8 Psoriasis. Bercak kulit bersisik, berwarna keperakan, dan kulit tampak menebal. Umumnya kondisi ini terletak di kulit kepala, siku, lutut, dan punggung bawah. Mungkin akan terasa gatal atau tidak bergejala. penyebabnya karena autoimun (tubuh menyerang dirinya sendiri) 9.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik film biodegradable dari pati kulit ubi kayu. Penelitian ini merupakan RAL yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Variable yang diamati adalah uji kuat tarik, uji persen perpanjangan, uji ketahanan air dan uji biodegradibilitas. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik ragam yang diolah dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukan penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu Manihot esculenta berpengaruh secara signifikan terhadap uji yang meliputi karakteristik kuat tarik, persen perpanjangan, ketahanan air dan biodegradibilitas dimana pembuatan kemasan biodegaradable dengan penambahan konsentrasi pati 45%, 50% dan 55%. Untuk parameter kuat tarik, ketahanan air dan biodegradibilitas perlakuan terbaik terdapat pada penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu 55% sedangkan pada uji perpanjangan perlakuan terbaik pada konsentrasi pati kulit ubi kayu 50%. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian P-ISSN 2476-8995 Volume 6 Nomor 1 Februari 2020 65 â74 E-ISSN 2614-7858 Sintesis Kulit Ubi Kayu manihot esculenta Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Kemasan Biodegradable Synthesis of Cassava Bark manihot esculenta As a Basic Material for Making Biodegradable Packaging Adil, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Makassar. Email Patang, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Makassar. Email patang Andi Sukainah, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Makassar. Email andisukainah Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik film biodegradable dari pati kulit ubi kayu. Penelitian ini merupakan RAL yang terdiri dari 3 perlakuan menggunakan bahan utama gliserol dan kitosan 13 dengan penambahan konsentrasi pati 45%, 50% dan 55%. dan 3 kali ulangan. Variable yang diamati adalah uji kuat tarik, uji persen perpanjangan, uji ketahanan air dan uji biodegradibilitas. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik ragam yang diolah dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukan penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu Manihot esculenta berpengaruh secara signifikan terhadap uji yang meliputi karakteristik kuat tarik, persen perpanjangan, ketahanan air dan biodegradibilitas dimana pembuatan kemasan biodegaradable. Untuk parameter kuat tarik, ketahanan air dan biodegradibilitas perlakuan terbaik terdapat pada penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu 55% sedangkan pada uji perpanjangan perlakuan terbaik pada konsentrasi pati kulit ubi kayu 50%. Kata Kunci Biodegradable, Kemasan, Kulit Ubi Kayu, Sintesis Abstract The study aims to determine the effect of variations in starch concentration on the characteristics of biodegradable films from cassava starch. This research is a RAL consisting of 3 treatments using the main ingredients glycerol and chitosan 1 3 with the addition of starch concentrations of 45%, 50% and 55%. and 3 replications. The observed variables are tensile strength test, percent extension test, water resistance test and biodegradiability test. The analysis technique used in this study was analysis of variance which was processed using SPSS version 20. The results showed that the addition of cassava skin starch concentration Manihot esculenta significantly affected the test which included tensile strength characteristics, elongation percent, water resistance and biodegradiability where making biodegaradable packaging. For the parameters of tensile strength, water resistance and biodegradiability of the best treatment there is an increase in the concentration of cassava skin starch 55%, while in the extension of the best treatment at 50% cassava skin starch concentration. Keywords Biodegradable, Packaging, Cassava Skin, Synthesis JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 Latar Belakang Kemasan plastik merupakan wadah atau tempat untuk memberikan perlindungan sesuai tujuannya. Penggunaan plastik sebagai kemasan karena memiliki kelebihan antara lain bersifat kuat, ringan, fleksibel, tahan lama dan murah. Selain kelebihan yang sangat bermanfaat plastik kemasan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Sampah yang dihasilkan oleh plastik kemasan sulit terdegradasi atau tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanah, sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan. Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik yang berasal dari minyak bumi, yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui. Sampah plastik kemasan yang sulit terdegradasi mendorong banyak pihak untuk melakukan penelitian membuat plastik kemasan yang mudah terdegradasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan lingkungan tersebut yaitu mengembangkan biodegradable. Seiring dengan persoalan ini, maka penelitian bahan kemasan diarahkan pada bahan-bahan organik yang dapat dihancurkan secara alami dan yang paling penting bahannya mudah diperoleh. Biodegradable merupakan plastik yang berasal dari bahan alam dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bahan-bahan yang dapat digunakan salah satunya penelitian ini adalah pati kulit ubi kayu jenis adira 1 karena memiliki Kandungan pati berkisar 44-59% dan yang paling tinggi diantara semua jenis ubi kayu. Ketersedian ubi kayu di Indonesia cukup tinggi berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2005, luas areal pertanaman ubi kayu di Provinsi Sulawesi Barat mencapai Ha dengan total produksi ton. Areal tersebut terdapat di Kabupaten Polewali Mandar seluas Ha dengan produksi sebesar 211,66 ton, Kabupaten Majene 114,14 ton dengan luas Ha, Tinambung 136,41 ton dengan luas 605 ha, Pambusuang 53,34 ton dengan luas 754 ubi kayu yang melimpah tentunya menyisahkan permasalahan lingkungan berupa kulit ubi kayu. Kulit ubi kayu mencapai 10-20% dari umbidan lapisan periderm mencapai 0,5-2,0% dari total berat umbi, lapisan korteks yang berwarna putih mencapai 8-19,5%. Berdasarkan penelitian pendahuluan Lazuardi 2013 menyatakan dalam 100 g kulit ubi kayu mengandung pati 15-20 g. Plastik biodegradable memiliki peluang usaha yang besar di Indonesia karena pemerintah pernah menyuarakan tentang sampah plastik yang ada di Indonesia. Biodegradable dengan kegunaan dan fungsi hampir sama dengan plastik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat diminati oleh pemerintah kemudian akan menjadi prioritas utama pemerintah untuk diproduksi di Indonesia karena kelebihan dari plastik biodegradable ini mudah terurai. Kandungan pati yang berasal dari kulit ubi kayu yang cukup tinggi memungkinkan digunakan sebagai film plastik biodegradabel. Potensi tersebut dapat digunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah pada kulit ubi kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan kemasan plastik yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini pati yang digunakan adalah pati yang berasal dari kulit ubi kayu adera 1, namun dalam penggunaan pati ubi kayu masih memiliki kekurangan yaitu mudah sobek maka dilakukan penambahan film dengan bahan kitosan yang JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 mempunyaisifat komponen reaktif, pengikat, pengkilat, pengabsorbsi, penstabil, pembentuk film yang mudah di biodegradabillity sedangkan film berbahan gliserol memiliki kemampuan membentuk lapisan film yang fleksibilitas. Penambahan kitosan untuk menghasilkan sifat mekanik yang baik telah dilakukan Aripin 2017 yang meneliti studi pembuatan bahan alternatif Plastik biodegradable dari pati ubi jalar dengan plastcizer glizerol dengan metode melt intercalation. Penambahan kitosan yangmemiliki struktur rantai polimer dan cenderung membentuk fasa kristalin akanmeningkatkan kekuatan bioplastik. Penambahan gliserol pada pembuatan bioplastik telah dilakukan Arisma 2017 yang meneliti pengaruh penambahan plasticizer gliserol terhadap karakteristik edible film dari pati talas Colocasia esculenta L. schott. Berdasarkan uji kesukaan yang dilakukan pada 30 orang mahasiswa menunjukkan bahwa konsumen menyukai dodol yang dikemas menggunakan edible film dengan konsentrasi gliserol 30%, baik dari segi warna, aroma, rasa dan kekenyalan. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berupaya membuat biodegradabledari pati kulit ubi kayu Manihot esculenta dengan berbagai variasi konsentrasi pati 45%, 50% dan 55% dengan bahan utama menggunakan kitosan dan gliserol. Adapun konsentrasi gliserol dan kitosan 13 sebagai perlakuan control ini sesuai dengan penelitian Selpiana 2016 yang memiliki perlakuan GliserolKitosan terbaik pada 13. Variasi konsentrasi pati bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum terhadap karakteristik film biodegradable yang dihasilkan. Selanjutnya film biodegradable tersebut diuji karakteristiknya dengan parameter uji ketahanan air dan uji biodegradibiltas. Untuk membantu mengetahui hasil analisis uji karakteristik biodegradable yang diperoleh berpengaruh secara signifikan atau tidaksignifikan, dilakukan analisis menggunakan SPSS Statistical Package for Social Science versi Adapun tujuan dalam Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik film biodegradable dari pati kulit ubi kayu Manihot esculenta. Bahan dan Metode Penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana peneliti menggunakan rancangan acak lengkap RAL. Rancangan acak lengkap dapat didefinisikan sebagai rancangan dengan beberapa perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh unit percobaan. Desain ini digunakan karena percobaan dilakukan dilaboratorium dan kondisi lingkungan dapat dikontrol Nazir, 2003. Desain penelitian dengan 4 perlakuan dan kontrol sebagai pembanding. Perlakuan A gliserol - Kitosan 13 dengan penambahan Pati 45%, Perlakuan B gliserol - Kitosan 13 dengan penambahan Pati 50%, Perlakuan C gliserol - Kitosan 13 dengan penambahan Pati 55% serta kontrol tanpa penambahan pati. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Teknologi Pertanian, Laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Laboratorium Fisika Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai Pada bulan Februari-April 2019. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 68 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan yaitu oven digital, neraca analitik, mechanical universal testing machine, gelas ukur 100 ml, thermometer 110 oC, gelas kimia 250 ml, pipet skala 1 ml, cetakan kaca ukuran 20 x 20 cm, wadah larutan, wadah kedap udara, blender, spatula dan gunting. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu pati kulit ubi kayu Pati, aquadest H2O, gliserol, kitosan, natrium klorida, asam asetat dan Lampu. Tahap Persiapan Pembuatan Larutan Pati Larutan pati dibuat dengan cara menimbang pati kulit ubi kayu dengan berat 2 g dilarutkan dalam 100 ml aquades di dalam gelas kimia, kemudian diaduk selama 25 menit dengan cara pemanasan di atas kompor listrik pada suhu 80oC sampai terbentuk larutan homogen. Perlakuan pembuatan larutan pati diulangi untuk perlakuan B dan perlakuan C serta ulangan. Pembuatan Larutan Kitosan Larutan kitosan dibuat dengan cara menimbang kitosan dengan berat 2 g dilarutkan dalam 100 ml aquades di dalam gelas kimia 250 ml. Selanjutnya dilarutkan dalam asam asetat 1%, kemudian diaduk selama 25 menit dengan cara pemanasan diatas kompor listrik pada suhu 85oC sampai terbentuk larutan homogen dan membentuk larutan kental. Pembuatan Biodegradable Pembuatan biodegadable dilakukan dengan cara mencampurkan larutan gliserol dan kitosan dengan larutan pati sesuai perlakuan 13+45%. Setelah itu, larutan biodegadable dihomogenkan diatas hot plate pada suhu 85oC selama 25 menit. Perlakuan diulangi pada masing-masing variasi perlakuan pati 50% dan 55% serta kontrol tanpa penambahan pati untuk mengetahui pengaruh penambahan pati terhadap biodegadable dan dilakukan sebanyak tiga kali. Larutan tersebut dituang ke dalam cetakan kaca ukuran 20 cm x 20 cm. Cetakan yang berisi larutan film kemudian dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam. Cetakan dikeluarkan dari oven dan didinginkan pada suhu kamar selama 10 menit. Film yang terbentuk dikelupas peeling dengan bantuan larutan NaOH 4% sampai larutan biodegadable terlepas dari cetakan. Berdasarkan hasil penelitian larutan biodegadble dapat terlepas dari cetakan selama 30 menit. Larutan NaOH berfungsi sebagai larutan non pelarut yang dapat berdifusi kebawah lapisan biodegadable sehingga biodegadable terangkat keatas dan mudah dilepas Santoso,2006. Film yang diperoleh diuji ketahanan air dan uji biodegadibilitas. Hasil dan Pembahasan Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil uji sifat mekanik biodegradable dan pengujian uji biodegradibilitas. Pengujian sifat mekanik biodegradable yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode melt intercalation. Uji sifat mekanik biodegradable meliputi, uji kuat tarik, uji persen perpanjangan dan uji ketahanan air. Uji ini dilakukan untuk mengetahui plastik biodegradable berbahan dasar pati digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kemasan biodegradable, serta uji biodegradibilitas untuk mengetahui berapa lama kemasan biodegradable sampai terdegradasi sempurna dapat dilihat pada table 1. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 Tabel 1. Hasil Pengukuran Uji Sifat Mekanik Karakteristik Biodegradable Uji Kuat Tarik SNI 24,7-302MPa Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh lembaran plastik selama pengukuran berlansung. Kekuatan maksimum yang dimaksud merupakan tegangan maksimum yang dapat dicapai pada diagram tegangan suatu regangan dapat dilihat pada Gambar 1. berikut Gambar 1. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji Kuat Tarik Biodegradable Hasil analisis terhadap uji kuat tarik yang dihasilkan pada Gambar 1 menunjukan kuat tarik pada masing-masing perlakuan signifikan. Pada perlakuan kontrol tidak dilakukan uji kuat tarik karena dalam proses pengelupasan film biodegradable tidak terbentuk. Pada perlakuan pati 45% diperoleh kuat tarik paling rendah yaitu 25,57 MPa dan setiap konsentrasi mengalami kenaikan yang signifikan. Pada konsentrasi pati 50% dengan nilai rata-rata sebanyak 31,84 MPa, merujuk pada SNI bioplastik yaitu sebesar 24,7-302 MPa maka konsentrasi 45% dan 50% memenuhi standard SNI, sedangkan tingkat kuat tarik paling tinggi pada konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 73,97MPa. Pada konsentrasi 55% memiliki konsentrasi pati terbaik yang paling mendekati nilai maksimal SNI. Perlakuan konsentrasi pati 45% dengan memiliki nilai rata-rata 25,57MPa menunjukan nilai kuat tarik yang paling rendah diantara semua perlakuan. Ini dikarenakan sedikitnya ikatan dari pati yang dapat berikatan dengan kitosan dan gliserol sehingga menyebabkan kuat tarik film biodegradable semakin rendah Anita, 2013. Pada perlakuan konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 73,97MPa menunjukan nilai kuat tarik yang mendekati nilai maksimal dari SNI biodegradable sehingga pada perlakuan konsentrasi pati 55% merupakan nilai kuat tarik terbaik diantara semua konsentrasi perlakuan. Hasil penelitian pada penambahan konsentrasi pati 55% menunjukan kuat tarik paling tinggi dan pada perlakuan kontrol 05010045 50 Tarik MPa JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 70 tidak terbentuk film. Hal ini dikarenakan pati sebagai pembentuk film biodegradable sehingga semakin tinggi konsentrasi pati yang diberikan maka berpengaruh terhadap film kuat tarik. Pada perlakuan konsentrasi 55% mengalami kenaikan yang signifikan dengan nilai rata-rata 73,97MPa melebihi SNI biodegaradable, ini dikarenakan perbandingan antara gliserol, kitosan dan pati sangat berpengaruh. Salah satu penyebab perbedaan yang signifikan terhadap penambahan konsentrasi pati pada kuat tarik adalah penggunaan waktu dan suhu pengadukan sehingga larutan biodegradable mengalami geletanisasi. Suhu pemanasan yang digunakan suhu 85oC selama 25 menit. Menurut Wutoy 2013 bahwa suhu tersebut merupakan suhu gelatinasi yang baik. Pemanasan 25 menit terjadi gelatinasi sempurna pada larutan pati, viskometer suhu gelatinisasi dapat ditentukan, misalnya pada jagung 62-70 ÂșC, kentang 58-66ÂșC dan Ubi jalar 80-90ÂșC Winarno, 2002. Penggunaan suhu dan waktu yang tetap namun konsentrasi pati dinaikkan sehingga menyebabkan geletanisasi pati akan menyebabkan pasta pati menjadi sangat kental. Uji Persen Perpanjangan SNI 21-220% Persen perpanjangan merupakan panjang putus elongation at break atau perubahan panjang maksimum pada saat terjadi peregangan hingga sampel film terputus dapat dilihat pada Gambar 2 berikut Gambar 2. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji Persen Perpanjangan Biodegradable Hasil analisis terhadap uji persen perpanjangan yang dihasilkan pada Gambar 2 menunjukan persen perpanjangan pada masing-masing perlakuan yang signifikan. Pada perlakuan kontrol tidak dilakukan uji persen perpanjangan karena dalam proses pengelupasan film biodegradable pada perlakuan kontrol tidak terbentuk. Hasil analisis terhadap uji persen perpanjangan yang diperoleh nilai rata-rata yang berbanding terbalik dengan nilai kuat tarik. Pada perlakuan pati 45% diperoleh persen perpanjangan paling rendah yaitu 103,9%. Pada konsentrasi pati 50% dengan nilai rata-rata sebanyak 126,1%, jika merujuk pada SNI bioplastik yaitu sebesar 21-220%, maka konsentrasi 45%, 50% dan 55% memenuhi SNI biodegradable. Tingkat persen perpanjangan paling rendah pada konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 103,9%. Perlakuan konsentrasi terbaik pada uji persen perpanjangan berdasarkan SNI yakni pada pati konsentrasi 50%. Pada perlakuan konsentrasi pati 45% dengan nilai rata-rata 125,4% menunjukan nilai persen perpanjangan tertinggi kedua. Ini dikarenakan sedikitnya ikatan dari pati yang dapat diikat oleh kitosan dan gliserol sehingga menyebabkan keadaan persen perpanjangan film biodegradable semakin rendah. Pada perlakuan konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 103,9% menunjukan paling rendah diantara semua perlakuan. Jika merujuk pada SNI biodegradable sehingga pada perlakuan konsentrasi pati 50% merupakan nilai kuat tarik terbaik diantara semua perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi pati yang ditambahkan maka semakin tinggi kuat tarik yang dihasilkan dan semakin tinggi nilai kuat tarik biodegradable maka nilai perpanjangannya akan semakin rendah. Ini dikarenakan banyak ikatan yang dapat terikat oleh gliserol dan kitosan yang menyebabkan ikatan hidrogen semakin rapat dan kaku 05010015045 50 55125,4 % 126,1% 103,9%Persen Perpanjangan % JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 sehingga film biodegradable sulit untuk ditarik dan perpanjangannya akan semakin rendah. Nilai persen perpanjangan konsentrasi terbaik yang diperoleh pada penelitian ini yaitu dengan nilai rata-rata 126,1%, hasil yang diperoleh berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh peneliti terdahulu yaitu dengan nilai persen perpanjangan 2,78% untuk bioplastik ampas tebu dan ampas tahu dengan penambahan kitosan dan gliserol Selpiana, 2016. Film dengan persen perpanjangan tinggi menunjukkan bahwa pati kulit ubi kayu masuk dalam kategori bahan dasar yang bisa dijadikan sebagai plastik biodegradable. Uji Ketahanan Air SNI 99% Uji ketahanan air yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar daya serap bahan tersebut terhadap air dapat dilihat pada Gambar 3 berikut Gambar 3. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji Ketahanan Air Biodegradable Hasil analisis terhadap uji ketahanan air yang dihasilkan pada Gambar 3 menunjukan ketahanan air pada masing-masing perlakuan yang signifikan. Pada konsentrasi pati 45% dengan nilai rata-rata sebanyak 31%, jika merujuk pada SNI biodegradable yaitu sebesar 99%, maka konsentrasi 45%, 50% dan 55% tidak memnuhi SNI biodegradable. Pada konsentrasi pati 50% dan 55% memiliki nilai rata-rata 36% dan 50%. Perlakuan konsentrasi terbaik pada uji ketahanan air berdasarkan SNI yakni yang paling mendekati nilai SNI pada konsentrasi pati 55%. Ketahanan air terbaik yang mendekati nilai SNI yaitu pada konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 50%. Sedangkan, konsentrasi pati 45% dan 50% memiliki nilai rata-rata yaitu 31% dan 36% hal ini disebabkan semakin bertambahnya persentasi perbandingan kitosan dan pati menyebakan ketahanan air biodegradable menurun. Konsentrasi pati yang ditambahkan menyebabkan ketahanan air semakin tinggi, hal ini dikarenakan penambahan setiap perlakuan konsentrasi pati ini menyebabkan ikatan biopolimer pati lebih banyak dari ikatan biopolimer kitosan dan gliserol sehingga biopolimer pati yang tidak berikatan ini menyebabkan struktur kimia biodegradable berpori lebih besar dan menyebabkan ketahanan air lebih tinggi. Menurut Meyer 1985 bahwa sebagian air yang terkandung dalam suatu bahan sukar dihilangkan karena terikat pada molekul-molekul lain melalui ikatan hidrogen yang berenergi besar. semakin banyak molekul pati yang terdapat sebagai pembentuk film yang berarti makin banyak air yang terikat oleh komponen kimia penyusun bahan dan sebaliknya. Hubungan kuat tarik, persen perpanjangan dan ketahanan air terletak pada jumlah biopolimer yang dapat berikatan dengan kitosan dan gliserol. Semakin banyak konsentrasi pati yang ditambahkan maka struktur biopolimer akan semakin rapat dan kaku dan menyebabkan kuat tarik semakin tinggi, sebaliknya persen perpanjangan akan semakin rendah karena kekauan pada film yang memiliki struktur biopolimer yang rapat sehingga perpanjangan film semakin menurun, begitupun dengan 020406045 50 5531 3650Ketahanan Air % JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 72 ketahanan air semakin banyak konsentrasi pati yang ditambahkan maka jumlah biopolimer yang tidak berikatan dengan kitosan gliserol akan semakin banyak dan menyebabkan struktur biopolimer menjadi lebih renggang dan kekuatan menyerap air semakin tinggi. Uji Biodegradibilitas Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan dapat terdegradasi dengan baik di alam. Proses biodegradabilitas dapat terjadi dengan proses hidrolisis degradasi kimiawi, bakteri/jamur, enzim degradasi enzimatik, oleh angin dan abrasi degradasi mekanik, cahaya fotodegradasi. Biodegradasi adalah perubahan senyawa kimia menjadi komponen yang lebih sederhana melalui bantuan mikroorganisme. Saat degradasi film plastik akan mengalami proses penghancuran alami dapat dilihat pada gambar 4 berikut Gambar 4. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji biodegradibilitas Biodegradable Uji biodegradasi yang menggunakan EM4 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ummah 2013 bahwa pada EM4 mengandung lactobacillus sp, saccharomyces sp, actinomycetes sp sehingga membuat biodegradable terdegradasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi pati mempengaruhi degradasi biodegradable secara signifikan p< hal ini disebabkan oleh pati yang digunakan dalam pembuatan biodegradable berikatan dengan gliserol dan kitosan secara seimbang, dan dengan pengadukan secara homogen yang dilakukan selama 25 menit pada suhu 85oC sehingga biodegaradable dengan perlakuan pati degaradasi pada hari ke 7. Pada hari ke-7 perlakuan konsentrasi tanpa pati, 45%, 50% dan 55% mengalami penurunan berat secara signifikan ini menunjukan bahwa biodegaradble sangat mudah terdegradasi. Biodegradable dapat dikatakan ramah lingkungan jika dapat terdegradasi dengan baik. Analisis degradasi biodegradable dilakukan melalui pengamatan secara visual selama 7 hari. Pada hari pertama biodegradable masih berupa lembaran bening, kemudian pada hari ke-7 biodegradable menjadi berwarna hitam. Perendaman dalam bakteri EM4 selama 7 hari mengakibatkan biodegradable terdekomposisi secara perlahan. Hasil uji biodegradasi ini menunjukkan biodegradable berbahan pati kulit ubi kayu dapat dikatakan sebagai plastik yang ramah lingkungan biodegradable. Perlakuan variasi konsentrasi pati menghasilkan tingkat degradasi yang berbeda-beda dari biodegradable. Tingkat degradasi biodegradable tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai persen degradasi. Perbandingan nilai persen degradasi dari biodegradable ditunjukan pada gambar 4 yang menunjukkan bahwa biodegradable yang mudah terdegradasi adalah biodegradable dengan penambahan konsentrasi 55% yang dibuktikan dengan persen degradasi sebesar 89%. Biodegradable dengan penambahan konsentrasi 45% dan 50% memiliki persen degradasi paling rendah yaitu sebesar 79% dan 82%. Hal ini terjadi berkaitan dengan kemampuan biodegradable dalam menyerap larutan bakteri EM4. Semakin banyak konsentrasi pati yang ditambahkan maka biodegradable cenderung semakin 707580859045 50 5579 8289Uji Biodegradibilitas % JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 mudah terdegradasi. Gliserol dan pati memiliki sifat hidrofilik sehingga mempunyai kemampuan untuk mengikat air. Air merupakan media tumbuh bagi sebagian besar bakteri dan mikroba, sehingga kandungan air yang tinggi mengakibatkan bioplastik menjadi lebih mudah terdegradasi. Simpulan Berdasarkan dari data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu Manihot esculenta berpengaruh secara signifikan terhadap uji yang meliputi karakteristik kuat tarik, persen perpanjangan, ketahanan air dan biodegradibilitas. Konsentrasi pati yang divariasikan, dihasilkan 45%, 50% dan 55% dengan nilai kuat tarik untuk masing-masing konsentrasi yaitu 25,57MPa, 31,84MPa dan 73,97MPa. Nilai perpanjangan untuk masing-masing konsentrasi yaitu 125,4%, 126,1% dan 103,9%. Nilai ketahanan air untuk masing-masing konsentrasi yaitu 31%, 36% dan 50% serta nilai biodegradibilitas mengalami penurunan berat secara signifikan pada konsentrasi 55% pada hari ke-7 dengan nilai 89%. DAFTAR PUSTAKA Anita, Z., F. 2013. Pengaruh Penambahan Gliserol terhadap Sifat Mekanik Film Plastik dari Pati Kulit Ubi Kayu. Jurnal Teknik Kimia USU, 2 237-41. Arisma. 2017. Pengaruh Penambahan Plasticizer Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film dari Pati Talas Colocasia esculenta L. Schott. Skripsi. Makassar Universitas Islam Negeri Alauddin. Arpin. 2017. Study of Making Alternative Biodegradable Plastic Materials from Sweet Potato Starch with Glycerol Plasticizer with Melt Intercalation Method. Journal of Mechanical Engineering. 06 2 80-84. Badan Pusat Statistik. 2005. Sulawesi Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Sulawesi Barat. Budiardi. 2016. Studi Konversi Pati Ubi Kayu Cassava Starch menjadi Glukosa Secara Enzimatik. Jurnal Teknik Kimia. 0317-16. Coniwanti, Susilawati., S. Nurdjanah.,& Putri, S. 2014. Karakteristik Sifat Fisik & Kimia Ubi Kayu Manihot Esculenta Berdasarkan Lokasi Penanaman & Umur Panen Berbeda. Jurnal Teknologi Hasil. 213 22-30. Ginting, Tarigan, & Singgih, 2015. Effect of Gelatinization Temperature and Chitosan on Mechanical Properties of Bioplastics from Avocado Seed Starch persea americana mill with Plasticizer Glycerol. Journal Of Engineering And Science. 4 12 36-43. Harsojuwono, & Muliani, 2017. Biodegradable Plastic Characteristics of Cassava Starch Modified in Variations Temperature and Drying Time. Chemical and Process Engineering Research 4912 2225-2913. Saputro. 2017. Synthesis & Characterization of Bioplastics from Canosan Pati Canna Canna Edulis. Journal of Chemistry & Chemistry Education, 2 1 15-27. Sanjaya, G. L. & Puspita, L., 2010. The Effect of Addition of Khitsan & Glycerol Plasticizer on the Characteristics of Biodegradable Plastics from Starch Waste Cassava Bark. Surabaya Sepuluh November Institute of Technology. Selpiana 2016. Effect of Addition of Chitosan & Glycerol on Bioplastic Making from Sugarcane & Tofu Dregs. Journal of Chemical Engineering, 22 1 10-12. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 74 Setyowati. 2013. Studi Sifat Fisik,Kimia, dan Morfologi pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE Low Density Polyethylene. Jurnal Teknik Mesin, 22310-13. Ummah. 2013. Uji Ketahanan Biodegaradable plastic Berbasis Pati Tepung Biji Durian Durio Zibethinus Murr terhadap Air dan Pengukuran Densitasnya. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin. Uhsnul, 2017. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik . Bioplastik dari Pati Kulit Kentang. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin. Winarmo, 2002. Food and Nutrition Chemistry. Jakarta PT. Gramedia Main Library. Winarmo, 2002. Food and Nutrition Chemistry. Jakarta PT. Gramedia Main Library. Uhsnul, 2017. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik . Bioplastik dari Pati Kulit Kentang. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin. Winarmo, 2002. Food and Nutrition Chemistry. Jakarta PT. Gramedia Main Library. The alternative solution for high import costs of wheat flour is by substituting wheat flour with mocaf modified cassava flour. Mocaf is a modification of cassava flour made by fermentation treatment using lactic acid bacteria, acetic acid or enzymes. However, mocaf has a low gluten and protein content so it might produce noodle products with a poor texture. Therefore, it is necessary to add other ingredients in order to increase protein content and change the appearance, one of which is fortification with spirulina. Spirulina has a natural aroma like the smell of fresh seaweed with a slightly fishy aroma that comes from the high protein content. Hence, it is necessary to add basil leaf extract which can give a distinctive smell of basil to overcome the fishy aroma of the noodles. This research was conducted to determine the texture of modified noodles from mocaf with the addition of spirulina and basil leaf extract using a texture analyzer. Based on the research conducted, it was found that the addition of basil and spirulina leaf extracts could affect the texture of mocaf noodles to become more chewy, dense and not easily AnitaFauzi AkbarHamidah HarahapBiodegradable plastics are plastics that will decompose in nature with the help of microorganisms. The use of starch as the main material of plastic manufacturing has great potential because in Indonesia there are different starch crops. To obtain bioplastics, starch is added to the glycerol, in order to obtain a more flexible plastic and elastic. This study reviews the use of cassava starch and glycerol skin asa base for the manufacture of biodegradable plastics. The purpose of this research is to know the effect of adding glycerol in the process of making biodegradable plastic from cassava peel waste. In this research, the study of bioplastic manufacturing mixed starch with glycerol as a plastisizer to do variations of the glycerol. The results obtained in the form of a thin sheet of plastic plastic film that have been tested mechanical properties obtained optimum data variables namely cassava starch composition 3,5%, and the power og pull 0,02122Mpa, and plastic film storage time for 14 days. Bambang Admadi HarsojuwonoThis study aims to 1 know the effect of temperature and drying time on the characteristics of biodegradable plastic from cassava starch modified, 2 determine the temperature and drying time is right to produce biodegradable plastics from cassava starch modified with the best characteristics. This study uses a randomized block design with factorial experiment. The first factor is the temperature of the drying which consists of 5 levels that were 50 ° C, 55 ° C, 60 ° C, 65 ° C and 70 ° C. The second factor is the drying time consists of 3 levels, namely 5, 6 and 7 hours. Each combination of treatments grouped into two based on process making of biodegradable plastic, so there are 30 experimental units. Data were analyzed of variance and followed by Duncan test. The observed variables include mechanical and physical test consists of tensile strength, elongation at break, Young's modulus elasticity, swelling of volume and degradation time. The results of the research showed that the temperature and drying time by using automatic cabinet dryer with an air flow 5 + m3 / min, very significant effect on tensile strength, elongation at break, Young's modulus, percent swelling of volume and time of degradation biodegradable plastic of cassava starch modified. Temperature of 50 ° C with 5 hours drying by using automatic dryer cabinet with an air flow of 5 + m3 / min, had characteristics of biodegradable plastics tensile strength of M Pa, elongation at break of Young's modulus of 6629,47 M Pa, swelling of volume of and degradation time of 7 days. Keywords biodegradable plastic, cassava starch modified, temperature and drying timePengaruh Penambahan Plasticizer Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film dari Pati Talas Colocasia esculenta L. Schott. Skripsi. Makassar Universitas Islam Negeri AlauddinArismaArisma. 2017. Pengaruh Penambahan Plasticizer Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film dari Pati Talas Colocasia esculenta L. Schott. Skripsi. Makassar Universitas Islam Negeri of Making Alternative Biodegradable Plastic Materials from Sweet Potato Starch with Glycerol Plasticizer with Melt Intercalation MethodArpinArpin. 2017. Study of Making Alternative Biodegradable Plastic Materials from Sweet Potato Starch with Glycerol Plasticizer with Melt Intercalation Method. Journal of Mechanical Engineering. 06 2 Barat dalam AngkaStatistik Badan PusatBadan Pusat Statistik. 2005. Sulawesi Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Sulawesi SecaraGlukosa Secara Enzimatik. Jurnal Teknik Kimia. 0317-16. Coniwanti, Susilawati., S. Nurdjanah.,& Putri, S. L SanjayaL PuspitaSanjaya, G. L. & Puspita, L., 2010. The Effect of Addition of Khitsan & Glycerol Plasticizer on the Characteristics of Biodegradable Plastics from Starch Waste Cassava Bark. Surabaya Sepuluh November Institute of Technology. Selpiana 2016. Effect of Addition of Chitosan & Glycerol on Bioplastic Making from Sugarcane & Tofu Dregs. Journal of Chemical Engineering, 22 1 Sifat Fisik,Kimia, dan Morfologi pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE Low Density PolyethyleneSetyowatiSetyowati. 2013. Studi Sifat Fisik,Kimia, dan Morfologi pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE Low Density Polyethylene.Uji Ketahanan Biodegaradable plastic Berbasis Pati Tepung Biji Durian Durio Zibethinus Murr terhadap Air dan Pengukuran DensitasnyaJurnal Teknik Mesin, 22310-13. Ummah. 2013. Uji Ketahanan Biodegaradable plastic Berbasis Pati Tepung Biji Durian Durio Zibethinus Murr terhadap Air dan Pengukuran Densitasnya. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Penambahan Kitosan terhadap KarakteristikF J UhsnulUhsnul, 2017. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik. Bioplastik dari Pati Kulit Kentang. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin.
Misalnya selain dengan direbus, kacang kedelai juga bisa direndam dalam waktu lama untuk mempermudah pengupasan kulit. Proses ini bisa dilakukan sebelum atau setelah proses pengasaman. Selain itu, jamur pembuat tempe juga dapat berupa ragi komersial, ragi tradisional (usar), atau dengan kultur Rhizopus oligosporus murni yang diperoleh dengan
Niky96 Teknik kopek/mengopek,maaf kalau salah 27 votes Thanks 40
Pembersihanvakum dilakukan oleh peralatan untuk terapi vakum. Kompresor udara menghasilkan tekanan negatif. Satu set nosel dengan area yang berbeda dan diameter yang berbeda disertakan dengan perangkat. Yang paling tipis dari mereka - kanula dengan diameter 0,2 mm - ditujukan untuk prosedur pembersihan. Sisanya untuk pijat vakum.
Kulit ubi merupakan limbah dari pengolahan keripik, kerupuk, tape dan olahan ubi lainnya yang dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan. Salah satu inovasinya adalah dengan memanfaatkan kulit ubi tersebut menjadi kompos. Kompos dengan kualitas yang baik tentunya memberikan hasil bagi tanaman yang baik pula. Hal ini sangat tergantung pada bahan baku dan perlakuan pada saat pembuatan kompos. Pengecilan ukuran dan lamanya fermentasi menjadi faktor penting dalam penentuan kualitas kompos kulit ubi. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio C/N kompos kulit ubi akibat faktor pengecilan ukuran bahan baku dan lamanya fermentasi yang tepat dalam menghasilkan kompos kulit ubi. Penelitian dilaksanakan di Ruang Fermentasi Fakultas Pertanian Universitas Jabal Ghafur Glee Gapui Sigli mulai April sampai September 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL pola faktorial 2x2 dengan 3 ulangan. Faktor pertama pengecilan ukuran bahan terdiri dari 2 taraf yaitu pencacah manual dan penggilingan. Faktor kedua lama fermentasi terdiri dari 2 taraf yaitu 4 minggu dan 8 minggu. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengecilan ukuran bahan berpengaruh tidak nyata terhadap C organik dan rasio C/N. Perlakuan lama fermentasi berpengaruh sangat nyata terhadap N total dan C/N, berpengaruh tidak nyata terhadap C organik. Ada hubungan yang signifikan dari peran N total dalam proses rasio C/N terhadap lamanya fementasi dan terdapat pengaruh yang sangat nyata dari lama fermentasi terhadap N total dan rasio C/N. Kata Kunci Kompos, fermentasi, rasio C/N To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this Ekstrak Kulit Singkong dan Air Cucian Beras Pada Pertumbuhan Tanaman Sirsak Annona muricata L.Agriculture Sciences. 35, 642-652 dalam Hikmah, N. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Singkong dan Air Cucian Beras Pada Pertumbuhan Tanaman Sirsak Annona muricata L.. Artikel Publikasi. UNMUHA, DjuarnaniS S Kristian Dan BudiDjuarnani, N., Kristian dan Budi, 2005. Cara Cepat Membuat Pembuatan Kompos. Disampaikan pada Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten SukamaraM A FirmansyahFirmansyah, 2010. Teknik Pembuatan Kompos. Disampaikan pada Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Pupuk Organik Granul dan Aneka LimbahWahyonoWahyono, 2011 Membuat Pupuk Organik Granul dan Aneka Limbah. Jakarta;Optimalisasi Pengomposan Sampah Kebun dengan Variasi Aerasi dan Penambahan Kotoran Sapi sebagai BioaktivatorM MirwanMirwan, M. 2015. Optimalisasi Pengomposan Sampah Kebun dengan Variasi Aerasi dan Penambahan Kotoran Sapi sebagai Bioaktivator. Teknik Lingkungan. 46 penambahan sekam pada proses pengomposan sampah domestikE S PandebesieD Dan RayuantiPandebesie, dan Rayuanti,D. 2012. Pengaruh penambahan sekam pada proses pengomposan sampah domestik. Jurnal Lingkungan Tropis 61 31-40Pemanfaatan Limbah Pisang Untuk Pembuatan Pupuk Kompos Menggunakan Kompos Rotary Drum. Prosiding Seminar Nasional Bidang Teknik Kimia dan TekstilT Sriharti Dan SalimSriharti dan Salim, T. 2008. Pemanfaatan Limbah Pisang Untuk Pembuatan Pupuk Kompos Menggunakan Kompos Rotary Drum. Prosiding Seminar Nasional Bidang Teknik Kimia dan Tekstil, Yogyakarta.
pipettetes, neraca analitik dan kertas saring/saringan. Bahan yang digunakan yaitu adalah kulit ubi jalar ungu, Asam asetat, Etanol, Crystal violet, Alkohol, Safranin, Oil emersi, lugol, Aluminium foil, dan aquadest. a. Preparasi sampel Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dipisahkan kulit dengan isi ubi jalar
Unduh PDF Unduh PDF Pengelupasan, diambil dari kata Latin âexfoliatusâ menggugurkan daun, adalah kata yang menjelaskan segala jenis proses untuk menyingkirkan serpihan kulit mati dari tubuh .[1] Proses sederhana ini dapat dilakukan dengan mudah di rumah, dan seringkali menghasilkan kulit yang lebih cerah dan lembut daripada sebelumnya! Secara umum, terdapat dua kategori besar dalam pengelupasan yang harus diketahui pengelupasan mekanis dan kimiawi. Meski proses pengelupasan bergantung pada material dan daerah yang dirawat, Anda akan menyadari bahwa ada banyak kesamaan pada setiap teknik pengelupasan. Melakukan pengelupasan dengan benar secara rutin akan membuat kulit terlihat dan terasa lebih halus dari sebelumnya. 1Mandi atau berendam. Meski mandi bukan bagian dari proses pengelupasan, merendam tubuh dalam air panas dapat membuka pori-pori, membuat kulit lebih mudah dibersihkan. Pengelupasan lebih mudah dilakukan di kamar mandi, karena Anda membutuhkan persediaan air panas siap pakai dan tempat untuk menyingkirkan serpihan kulit mati yang telah dikelupas. Gunakan sabun yang aman untuk kulit dan sabun bebas pewangi untuk mandi dan diamkan selama setidaknya 15 menit untuk melunakkan membasahi permukaan kulit. Kulit yang terlihat melunak justru baik. Gosok dengan tangan untuk menyingkirkan kulit mati. Hal ini bermanfaat terutama untuk kaki, jari kaki, dan tumit. 2 Gunakan spons bertekstur untuk menggosok kulit. Merawat kulit dengan spons dapat membantu menyingkirkan serpihan kulit mati, menjadikan kulit lebih lembut dan bersih dari sebelumnya. Disarankan untuk menyiapkan spons untuk dipakai setelah mandi. Spons akan terasa sedikit kasar pada kulit, namun jika terlalu kasar sampai terasa sakit, waslap pengelupas adalah pilihan yang lebih lembut dan cocok. [2] Pengelupasan juga dapat dilakukan dengan kain waslap kasar. Sikat mandi merupakan pilihan yang baik, terutama untuk menggosok bagian belakang lengan atau kaki. Jika suka membuat peralatan sendiri, Anda dapat mencari cara membuat spons loofah sendiri. 3 Gosok tubuh dengan lembut menggunakan spons mulai dari pergelangan kaki lalu ke atas. Gosokkan spons pada kulit dalam gerakan melingkar yang kecil. Pastikan untuk memberi sedikit tekanan sehingga tekstur kasar spons terasa pada kulit; dengan demikian, kulit mati pada permukaan kulit dapat disingkirkan. Disarankan untuk memulai dari pergelangan kaki ke atas untuk memperlancar peredaran darah selama proses pengelupasan.[3] Jika melakukan pengelupasan seluruh tubuh, pastikan untuk memberi perhatian lebih pada tumit, siku, dan lutut. Daerah-daerah ini dianggap sebagai bagian kulit paling kering dan perlu mendapat perhatian lebih sesuai kebutuhan. 4 Tambahkan pasir basah dalam pengelupasan seluruh tubuh. Jika Anda pernah jalan-jalan di pantai sambil bertelanjang kaki, mungkin Anda menyadari bahwa kapalan pada kaki melunak. Butiran pasir adalah pengelupas alami, dan teksturnya yang kasar cocok untuk mengikis serpihan kulit berlebih. Ambil secangkir pasir, basahi dengan air, dan gosokkan pada tubuh. Meski Anda tidak dapat menambahkan scrub atau losion pada pasir seperti pada loofah atau waslap,tekstur pasir yang lembut membuat pengelupasan mekanis lebih santai dan menyenangkan. [4] Peringatan penggunaan pasir saat mandi dapat lebih berantakan dibandingkan pengelupas lain. Meski disarankan untuk mencoba menggunakan pasir setidaknya sekali, cara ini mungkin bukan pilihan terbaik jika Anda tidak punya waktu lebih untuk membersihkannya setelah selesai. Pasir yang terlalu sering masuk ke pipa air dapat merusak pipa. Jika menggunakan pasir, pasir harus dibersihkan, bahkan dikelantang, karena pasir dari tempat terbuka dapat membawa bakteri dan jika digunakan untuk pengelupasan dapat membawa lebih banyak bahaya daripada manfaat. Pilih pasir berbutir kecil, bukan besar, karena butir yang lebih kecil lebih ramah untuk kulit. Fokuskan pada kulit keras pada lengan dan kaki karena pasir bisa jadi lebih kasar dibandingkan scrub pengelupas. KIAT PAKAR Melissa Jannes adalah Ahli Kecantikan Berlisensi sekaligus pemilik Maebee's Beauty Studio di Philadelphia, praktisi tunggal yang bekerja dengan memberikan perhatian penuh kepada masing-masing konsumen. Para konsumen harus membuat janji terlebih dahulu untuk mendapatkan pelayanan berkualitas ini. Dia juga menjadi Pengajar Nasional untuk Universal Companies, satu-satunya pemasok tunggal terbesar bagi pekerja profesional spa di 47 negara bagian. Melissa meraih gelar Ahli Kecantikan di The Beauty School of Middletown pada 2008 dan mendapatkan lisensi di New York maupun Pennsylvania. Pada 2012, kemampuannya melakukan penghilangan bulu gaya bikini meraih penghargaan "Best of Beauty" dari Allure Magazine. Melissa Jannes Pakar Kecantikan Berlisensi & Pengajar Brazilian Wax Trik Pakar Anda bisa membuat scrub tubuh sendiri dari garam epsom atau garam Himalaya dan minyak zaitun. Anda juga bisa mencampur gula dan sejenis minyak untuk membuat scrub wajah sendiri. 5 Bilas dengan air panas. Akhiri dengan membilas tubuh adalah cara yang menenangkan dan efektif untuk mengakhiri pengelupasan. Meski disarankan untuk mengulang proses ini setidaknya tiga kali seminggu, seharusnya Anda akan dengan segera menyadari bahwa kulit menjadi lebih lembut. Mengoleskan pelembap atau shea butter setelah membilas kulit, bahkan setelah menjalani pengelupasan bukan âmekanisâ murni, akan membantu menjaga kelembapan kulit. Iklan 1 Belilah pengelupas kimiawi di toko. Meski sebutan âpengelupasan kimiawiâ terdengar tidak sehat dan tidak alami untuk kulit, kebanyakan pengelupas kimiawi sebenarnya dibuat dari bahan alami seperti buah, susu, atau gula. [5] Ada banyak pengelupas yang cukup terjangkau dan tersedia di toko serba ada terdekat. 2Mandi atau berendam.[6] Seperti langkah pada pengelupasan mekanis, berendam atau mandi dengan air panas akan membuka pori-pori Anda, membuat kulit lebih mudah untuk dibersihkan dan dikelupas. Memasukkan proses pengelupasan dalam jadwal kegiatan sehari-hari akan membuatnya lebih mudah untuk dijadikan kebiasaan; ingatlah bahwa pendekatan terbaik untuk melakukan pengelupasan adalah dengan menjadikannya kebiasaan. Kulit Anda mungkin akan bertambah lembut segera setelah dikelupas, namun pengulangan akan memberi hasil yang lebih tahan lama. 3 Bersihkan kulit dengan pengelupas yang dibeli di toko. Keluarkan pengelupas pada tangan, dan mulai gosokkan pada kulit. Sebelum mengoleskan pengelupas, penting untuk memastikan bahwa tangan bersih; jika tidak, Anda dapat menyebarkan bakteri pada kulit dan wajah. Dengan gerakan memutar yang lembut, oleskan pengelupas pada kulit untuk menyingkirkan kotoran dan sel kulit mati. Berhati-hati saat mengelupas kulit wajah; tidak hanya merupakan bagian yang paling diperhatikan orang, area ini juga mengandung paling banyak minyak dibanding area lain. Tiga menit pada wajah sudah cukup; area tubuh yang lain tidak perlu dikelupas seintensif wajah, namun dilakukan secukupnya. Saat mengelupas wajah, fokuskan pada area tengah wajah, dari dahi ke hidung lalu ke dagu. Secara kolektif area ini disebut zona Tâ, yang terkenal paling berminyak. 4Bilas tubuh setelah proses pengelupasan selesai. Ambil air dengan tangan dan bilas produk hingga bersih. Pastikan pengelupas telah hilang seluruhnya untuk mencegah kulit teriritasi karenanya. Meski proses pengelupasan kimiawi memerlukan lebih sedikit elemen fisikâ dibanding pengelupasan mekanis, Anda akan mendapatkan kulit yang sama halus dan mulusnya seperti ketika dikelupas menggunakan loofah. 5Mengoleskan pelembap setelah pengelupasan akan mengurangi kekeringan atau iritasi dan meningkatkan kelembapan. Iklan Anda dapat memilih untuk mengelupas dengan loofah atau waslap atau mengombinasikannya dengan pengelupas kimiawi [7] Mengombinasikan loofah dengan pembersih kimiawi disarankan jika Anda tidak memiliki banyak waktu untuk mengelupas kulit. Pastikan untuk meluangkan banyak waktu dan perhatian; menggosokkan loofah lebih perlahan dari biasanya akan memberi waktu bagi elemen kimia untuk bekerja pada kulit.[8] Jangan berjemur di bawah matahari segera setelah pengelupasan. Setelah pengelupasan, Anda harus melembapkan kulit. Anda dapat menggunakan krim, losion, atau pelembap alami seperti minyak zaitun, shea butter, atau lidah buaya. Meski kebanyakan orang memilih salah satu di antara kedua kategori pengelupasan yang telah dijelaskan di atas, Anda sebaiknya mengombinasikan keduanya saat melakukan pengelupasan di rumah. Pengelupasan mekanis sangat bermanfaat membersihkan serpihan kulit mati di permukaan, namun produk yang dibeli di toko dapat membersihkan secara lebih mendalam. Ada banyak keuntungan dari mengelupas kulit. Jika Anda memiliki jerawat, perlu Anda ketahui bahwa mengelupas kulit akan membantu mencegah jerawat di waktu mendatang dengan mengeluarkan bakteri dari dalam pori-pori sebelum berkembang menjadi jerawat.[9] Mengelupas kulit juga memiliki bonus lain, yaitu membuat Anda bercukur lebih bersih. [10] Iklan Peringatan Tidak disarankan untuk menggunakan loofah dan pengelupas tubuhâ lain pada wajah karena teksturnya terlalu kasar. Beberapa pengelupas, yang murah dan sangat berminyak, dapat membuat bak mandi licin. Pengelupas ini sangat mungkin mengotori dasar bak mandi sehingga sisa kotoran dapat melekat pada bak. Ada keadaan yang dinamakan pengelupasan terlalu keras. âJanganâ mengelupas kulit hingga terasa sakit. Jika terasa sakit pada saat pengelupasan, tubuh sedang berusaha memberi tahu Anda sesuatu. Hentikan pengelupasan dan tunggu hingga iritasi hilang, lalu mulai lagi dengan lebih lembut. [11] Pengelupas fisik, seperti scrub, mungkin terbuat dari microbeads. Microbeads terbuat dari bahan yang tidak dapat diurai, dan penggunaannya berdampak buruk bagi lingkungan. Oleh sebab itu, bahan-bahan ini dilarang di beberapa negara. [12] Iklan Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda?
Seringterpapar sinar matahari. Kulit di tangan akan mudah sekali mengalami pengelupasan kalau Anda terkena paparan sinar matahari yang intens. Misal Anda pergi ke pantai lalu kaki dan tangannya terpapar sinar matahari secara berlebihan. Hal ini menyebabkan masalah seperti terbakar, melepuh, memiliki warna merah, dan nyeri kalau disentuh.
kulitjeruk sebagai alternatif bahan pembuat plastik. METODE Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pembuatan chitin dan chitosan dari kulit kerang dan pembuatan bioplastik. Bahan dan alat penelitian: 1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini dibedakan menjadi bahan untuk pembuatan chitosan dan bahan pembuatan bioplastik.
BUKUBIOLOGI UNTUK KELAS XI SMA. by Idik Saeful Bahri. Download Free PDF Download PDF Download Free PDF View PDF. 01 BIO11-SuahaBakhtiar.pdf. by Reiza Fitri Yulia. Download Free PDF Download PDF Download Free PDF View PDF. BUKU BIOLOGI Kelas XI Faidah Rachmawati, Nurul Urifah, Ari Wijayati.
teknologidna untuk akselerasi program pemuliaan, makalah taksonomi tumbuhan pemuliaan tanaman tebu, bab iii sub bab iii pemuliaan tanaman dan hewan, kumpulan judul contoh skripsi pertanian contoh skripsi 2017, teknik persilangan padi oryza sativa l untuk perakitan, genetika tanaman agronomi unhas, laporan dpt deskripsi
2zxpI. eqyv7bywqh.pages.dev/404eqyv7bywqh.pages.dev/311eqyv7bywqh.pages.dev/328eqyv7bywqh.pages.dev/243eqyv7bywqh.pages.dev/242eqyv7bywqh.pages.dev/391eqyv7bywqh.pages.dev/136eqyv7bywqh.pages.dev/14
teknik untuk mempermudah pengelupasan kulit ubi yaitu