Ilustrasi transaksi prostitusi. Foto ShutterstockMenjelang sahur, di salah satu lorong di Bastiong Talangame, Ternate, Maluku Utara, tampak dua perempuan duduk disinari lampu jalan seadanya, menunggu sambil menawarkan jasa mereka."Di sini Rp 150 ribu. Short time. Itu sekaligus dengan biaya kamar," tutur Bella bukan nama sebenarnya, salah satu perempuan, sembari menunjuk salah satu kamar di lantai dua kos-kosan, yang tak jauh dari lokasinya 12/5 cermat mencoba menelusuri cerita mereka dengan hadir di tengah dua wanita itu. Bella mulai mengajak. “Kemampuan duit berapa?” tanya Bella."Saya kasih Rp 120 ribu sudah. Itu so sudah murah itu. Dari pada ngana kamu dapat yang harga Rp200 ribu-Rp300 ribu," tutur Bella merinci, tarif kamar untuk sekali short time Rp 25 ribu. Sedangkan sisanya masuk ke kantongnya. Di lokasi ini, tidak ada muncikari atau germo. Harga yang dipatok bervariasi. "Paling mahal itu Rp 300 ribu," berujar agar berhati-hati dalam memilih pasangan kencan. Sebab, sudah ada beberapa yang diduga terjangkit penyakit menular seperti HIV-AIDS. Bella mengaku, akan menyiapkan alat kontrasepsi berupa kondom, jika pelanggan membutuhkan. "Jadi santai saja nyong panggilan untuk pria remaja di Ternate," ucap lalu, Pemerintah Kota Ternate telah mengeluarkan imbauan terkait aktivitas selama Ramadan. Selain menutup aktivitas pengelolaan rumah makan pada siang hari, juga menutup tempat hiburan malam selama dugaan praktik prostitusi masih bebas. Salah seorang warga setempat berinisial SF, kepada cermat, mengatakan praktik prostitusi di tempat tersebut tidak ada perantara. Segala bentuk tawar-menawar hingga berujung sepakat berlangsung di tempat. Termasuk kata dia, para PSK di sini nekat beroperasi di siang hari. Namun, jejak mereka sulit terlihat. Selain dilakukan secara sembunyi-sembunyi, penginapan atau kos-kosan tempat mereka 'melampiaskan hasrat' berdempetan dengan rumah warga. Dari amatan, nyaris sulit dipetakan, mana wisma, penginapan, kos-kosan, dan rumah warga. Saat malam hari, kehadiran para pekerja seks baru nampak sekitar pukul WIT. "Dorang/mereka PSK baru pulang menjelang salat subuh," ujar PSK Foto Helmi Afandi/kumparanTerjepit Kebutuhan EkonomiMalam itu, sekitar 6 perempuan duduk berjejer di pojok kiri emperan rumah tokoh, yang tak jauh dari lokasi salah satu Bank Unit Bastiong, Ternate Selatan. Beberapa di antaranya mondar-mandir menyapa pengendara roda dua yang melintas. Cermat mengajak salah satunya bukan nama sebenarnya terlebih dahulu membuka harga. "Sekali shot time Rp 250 ribu. Itu sekaligus dengan biaya kamar, tarifnya Rp 25 ribu," tutur perempuan yang mengaku tinggal di Kelurahan Toboko, Ternate Selatan yang dipatok Moni sedikit lebih mahal dibanding yang lain. Menyentil perbedaan harga itu, Moni bilang, ini soal usia. "Yang so sudah tua-tua itu memang Rp 100ribu," tutur perempuan yang mengaku baru berusia 25 tahun bilang, dalam beraktivitas, pemilik penginapan bekerjasama dengan mereka. Rata-rata pemilik penginapan berasal dari luar Maluku Utara. "Kamar memang disiapkan untuk torang kami begitu berhubungan," tutur berbincang, jemari kanan dari janda anak dua ini, tak berhenti mengapit rokok. Ia mengaku canggung kalau bercerita tanpa mengisap rokoknya."Saya begini jadi PSK karena saat suami saya kerja di Sanana, ternyata nikah di sana. Torang dua kami berdua sudah berpisah sejak 1 tahun lalu. Jadi saya stres," tutur Moni, mengaku terbebani dengan kebutuhan ekonomi serta dua anaknya yang masih kecil. "Anak-anak juga pe punya kemauan banyak sekali. Jadi terpaksa saya kerja begini," terjun di dunia hitam, tak membuat Moni merasa risih. Semua ia sembunyikan dari anak dan keluarganya. Terutama kedua orang tua."Ada yang kenal biasa tegur, 'ngana kamu bikin apa di sini', saya cuma bilang tunggu teman. Makanya saya agak lat larut malam baru keluar," di Bulan Ramadan tak membuat dirinya khawatir. Sebab tidak ada larangan dari siapapun. "Pernah sih dilarang sama pak RT, tapi setelah itu dibiarkan," ungkapnya.“Sudah, itu ngoni kalian punya rejeki. Mencari sudah, tapi jangan buat keributan," tuturnya, menirukan pak prostitusi. Foto Basith Subastian/kumparanMoni bilang, di penginapan tidak hanya rekan-rekannya, tetapi ada juga perempuan dari luar. Bahkan kedok mereka disiasati dengan mengenakan hijab. "Dorang mereka pake jilbab. Cadar. Tutup muka wajah. Datang sendiri naik motor. Masuk di dalam kamar, so ada laki-laki di dalam. Saya tahu semua itu," tengah perbincangan, Moni tiba-tiba melompat dari bangku, lalu membungkuk dan mengambil secarik kertas warna hijau. Dikiranya duit pecahan Rp 20 ribu. "Ternyata karcis pas masuk pelabuhan, hehe," Moni 2 jam menunggu, Moni mengaku belum ada satu pun pria yang datang menyapa. Moni bilang, di setiap Ramadan, jumlah pelanggan berkurang. Berbeda dengan hari biasa. "Kalau hari biasa satu malam bisa dapat Rp 500 ribu, dipotong biaya kamar. Tapi kalau pelanggan minta kurang, paling ya Rp 225 ribu. Jadi Rp 200 ribu saya punya, Rp 25 ribu untuk kamar," bilang, di lokasi ini tidak ada muncikari, germo, atau oknum-oknum tertentu yang bertugas membekingi aktivitas mereka. "Semua inisiatif dari torang kami sendiri," tak dapat memastikan berapa angka pasti jumlah PSK yang beroperasi di wilayah terpadat ini, namun ia memperkirakan di atas belasan orang. "Rata-rata dari Bitung, Manado, Jawa, dan Ternate sini sudah. Tapi itu campuran juga," Olis Editor Faris Bobero
AiyaLee menekankan, toleransi beragama masyarakat Ternate sangatlah tinggi sejak dulu hingga sekarang. Ia mencontohkan, "Pas Imlek kemarin, ada pengajian di Gang Habib I (yang terletak di dalam Kampong Cina). Pengajian sengaja setop jam 9 malam. Kemudian di-prepare (dipersiapkan) untuk acara Imlek jam 10." Perayaan Hari Tahun Baru Imlek Destinasi Wisata di Ternate – Ternate merupakan kota kepulauan yang terdiri dari delapan pulau meliputi pulau Ternate, pulau Hiri, pulau Moti, hingga pulau Tifure. Berada di bawah kaki gunung Gamalama, pesona wisata Ternate menjadi daya tarik yang cukup unik. Tak heran jika berkunjung ke Ternate bisa jadi pengalaman liburan yang sangat berkesan. Penasaran hal apa saja yang bisa Toppers lakukan saat liburan ke salah satu kota terbesar di Maluku Utara ini? Yuk, simak rekomendasi objek wisata di Ternate yang jadi pilihan favorit traveler. Baca jugaMenyusuri 10 Pesona Wisata Amahai & Pulau Seram Paling Indah! 1. Batu Angus Sumber gambar Indonesia Kaya Ternate kaya akan panorama eksotis, salah satunya bisa Toppers temukan di objek wisata Ternate satu ini. Dikenal dengan nama Batu Angus, destinasi wisata di Ternate ini menurut serajah terbentuk dari aliran lava yang membeku saat letusan Gunung Gamalama 1907 silam. Berkunjung ke objek wisata Ternate ini Toppers akan disuguhkan pemandangan bongkahan batu-batu sepanjang 2 km dan berakhir pada tebing terjal dimana kamu bisa melihat panorama lautan. 2. Pantai Kastela Sumber gambar Lelungan Sebagai kota kepulauan, jelas Ternate menawarkan banyak sekalo objek wisata pantai yang menarik. Salah satunya adalah Pantai Kastela. Objek wisata alam di Ternate satu ini memiliki suasana asri dan juga atmosfer yang menyegarkan. Soal panorama, jangan ditanya karena pantai sudah sangat termasyur dengan keindagan pemandangan matahari terbenamnya. Dibalik pepohonan yang berada dipinggir pantai, cahaya matahari senja memberikan suasana romantis yang manis. Daya tarik lain pantai Kastela adalah kuliner Pisang Mulubebe, makanan ringan tradisional khas yang bisa Toppers cicipi saat berlibur di pantai ini. Berdekatan dengan pantai ini, Toppers juga bisa mampir ke destinasi wisata di Ternate lainnya yaitu Benteng Gamlamo dan Monumen Sultan Khairun. 3. Pantai Sulamadaha Sumber gambar Hipwee Destinasi wisata pantai di Ternate selanjutnya adalah Pantai Sulamadaha yang lokasinya tak jauh dari Batu Angus. Pantai yuang berada di teluk ini memiliki pasir putih dengan ombak tenang yang mampu menyegarkan kepenatanmu. Pantai ini sangat terkenal akan perairannya yang jernih sehingga menjadi spot snorkeling yang cukup digemari. Saking jernihnya perairan di tujuan wisata Ternate satu ini, orang-orang kerap menyebutkan bahwa kamu bisa menemukan perahu-perahu di pantai ini tampak seperti melayang. Untuk mencapai lokasi snorkeling Toppers perlu menyewa perahu masyarakat setempat dengan harga yang terjangkau. 4. Gunung Gamalama Sumber gambar Tribunnews Gunung Gamalama merupakan ikon wisata alam Ternate yang sudah sangat populer. Mengunjungi objek wisata Terante ini, Toppers akan disuguhkan pemandangan hamparan perkebunan cengkeh di sepanjang lereng hingga hijaunya hutan. Jika Toppers suka mendaki gunung, dari atas gunung Toppers bisa melihat lebih jelas pemandangan alam Pulau Ternate hingga pulau-pulau disekitarnya seperti Pulau Halmahera dan juga Pulau Tidore yang dihubungkan hamparan birunya permukaan laut. 5. Danau Tolire Sumber gambar Tribunnews Berlokasi di Ternate utara dengan menempuh jarak sekitar 10 km dari pusat Kota Ternate, Toppers bisa menjumpai Danau Tolire, objek wisata Ternate yang memiliki keindahan tak kalah dari objek wisata Ternate lainnya. Banyak cerita rakyat seputar keberadaan Danau ini, mulai dari keberadaan siluman Buaya yang membuat penduduk tidak berani menangkap ikan-ikan yang ada di danau hingga kepercayaan bahwa setiap orang yang melemparkan batu atau benda berat ke danau ini, batu tersebut tak akan pernah berhasil menyentuh permukaan danau. Jadi, tak heran jika Toppers akan menjumpai banyak orang menjual batu di sekitar objek wusata satu ini. 6. Danau Laguna Sumber gambar Kompas Buat yang suka objek-objek wisata yang instagramable, kawasan wisata Ternate satu ini bisa jadi destinasi yang tepat. Danau Laguna berlokasi di Desa Ngade yang dikenal juga dengan nama Danau Ngade kini tengah menjadi tujuan wisata yang hits di Ternate. Dikawasan ini, Toppers bisa menikmati pemandangan alam dari ketinggian. Panorama Pulau Maitara dan Pulau Tidore bisa terlihat jelas dan menjadi objek yang tepat untuk ditangkap menggunakan lensa kamera kamu. Baca juga Liburan ke Lombok? Jangan Lupa untuk Mengunjungi 10 Tempat Menawan Ini! 7. Pantai Bobane Ici Sumber gambar Indonesia Kaya Suka dengan kuliner seafood? Jika ya, maka destinasi wisata di Ternate satu ini boleh masuk dalam daftar tujuan wisata saat ke Ternate. Pantai Bobana Ici memiliki ombak yang sangat ganas sehingga Toppers tidak dianjurkan untuk berenang atau bermain air. Tapi, daya tarik utama tempat wisata di Ternate satu ini adalah berbagai kuliner laut yang bisa dicicipi di berbagai warung makan di pinggiran pantai. Salah satu menu andalah yang populer adalah ikan bakar-nya. Menikmati lezatnya ikan bakar dengan panorama lautan berombak serta udara dengan angin sepoi-sepoi tentu bisa memberikanmu pengalaman tersendiri saat liburan di Ternate. 8. Benteng Kastela Sumber gambar Situs Budaya Objek wisata bersejarah di Ternate memiliki pesona yang tak kalah menarik. Salah satu yang bisa Toppers kunjungi adalah Benteng Kastela yang dibangun oleh Portugis yang juga dikenal dengan nama Benteng Gam Lamo. Benteng ini sendiri di bangun pada 1521 oleh Antonio de Brito dengan nama Nostra Senora del Rosario saat itu. Namun pembangunan ini lanjutkan oleh Garcia Henriques pada 1525 dan selesai pada 1540 oleh Jorge de Gastro. Dikomplek objek wisata ini Toppers juga bisa menemukan relief yang menceritakan kisah terbunuhnya Sultan Khaerun, Sultan Ternate yang ke-25 saat memenuhi undangan makan malam oleh Antonio Pimetal atas perintah Gubernur Lopez de Mosquita yang menjadi pemicu perlawanan Ternate terhadap kolonialisasi Portugis kala itu. 9. Museum Kedaton Sultan Ternate Sumber gambar Indonesia Kaya Dibangun pada 1813 atas perintah Sultan Muhammad Ali, bangunan museum ini dirancang oleh arsitek dari Tiongkok sebagai kediaman Sultan. Destinasi wisata Ternate ini sangat cocok untuk Toppers yang ingin mengenal lebih dalam mengenai sejarah dan budaya masyarakat Ternate. Berbagai koleksi seperti benda geologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, filologi, teknologi, seni rupa, dan keramik bisa Toppers temukan di Museum Kedaton Sultan Ternate ini. 10. Bukit Ngade Sumber gambar Wisata Lengkap Tak cuma pemandangan alamnya saja, panorama kota Ternate juga sangat cantik terutama kala matahari telah terbenam. Mengunjungi Bukit Ngade bisa jadi alternatif wisata Ternate yang menarik karena disini Toppers bisa menikmati panorama Ternate dari ketinggian yang sangat indah. 11. Pantai Falajawa Pantai Falajawa berada tidak jauh dari pusat kota sehingga cocok jadi destinasi wisata di Ternate untuk kamu yang mungkin tidak memiliki waktu untuk mengksplorasi destinasi wisata Ternate yang jauh. Dengan kondisi fasilitas yang lebih memadai, Pantai Falajawa juga kerap menjadi tempat nongkrong anak muda setempat. Disini, Toppers bisa berfoto dengan tulisan Ternate yang menjadi ciri khas dari tempat wisata Ternate satu ini. 12. Benteng Talukko Sumber gambar Indonesia Kaya Benteng Talukko adalah sisa-sisa peninggalan Portugis lainnya di Ternate yang kini menjadi destinasi wisata sejarah ternate yang populer. Dibangun oleh Fransisco Serao, pangilma Portugis pada 1540 benteng ini sempat diambil alih Belanda pada 1610. Pada 1996-1997, pemerintah Republik Indonesia memugar kembali benteng ini dan menjadi salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Ternate. Baca juga 11 Tempat Snorkeling Wajib Coba Liburan Ini Banyak sekali bukan destinasi wisata di Ternate yang bisa jadi referensi untuk traveling seru Toppers selanjutnya. Mulai dari keindahan alam hingga wisata sejarah bisa ditemui di Ternate. Ingin rencanakan traveling lebih praktis? Manfaatkan aplikasi Tokopedia untuk mewujudkan liburan impianmu! Mulai dari beli tiket pesawat dan kereta api hingga kebutuhan seperti koper dan tas ransel bisa ditemukan dengan mudah di Tokopedia. Yuk, mulai petualanganmu di Ternate! Dapatdijumpai di mana-mana mantra itu di seluruh Tanah Air. Penggunaan dan tujuannya sama. Dalam budaya masyarakat Ternate masa lampau, mantra berfungsi untuk: pengobatan, kekebalan dengan tujuan membela din dan perkelahian ataupun peperangan, agar dikasihi orang, memohon pertolongan dan ruh gaib, mengucap syukur pada ruh gaib, atau menolak bencana. Tradisi dan Budaya Islam di Ternate – Masuknya islam ke maluku erat sekali dengan kegiatan perdagangan. Para pedagang dan ulama yang singgah ke Maluku demi mencari rempah rempah menyebarkan islam disana. Mulai dari cara berdagang secara islam, perbuatan baik hingga bentuk kerajaan yang kini menjadi kesultanan. Salah satu kerajaan islam yang cukup berkembang di Maluku adalah kerajaan Ternate. Maka tak heran jika Ternate menjadi salah satu kerajaan islam tertua di sejarawan mengungkapkan ternate pertama kali mulai menerima islam sebagai agama dan tradisi pada tahun 1986. Tahun ini disebut sebut sebagai dimulainya islamisasi di Ternate. Bainullah yang menggantikan sultan Zainal Abidin mulai menerapkan hukum dan tradisi islam secara menyeluruh yakni melalui beberapa kebijakan. Diantaranya adalah para kaum lelaki maupun perempuan memakai pakaian islami. Dan kebijakan beliau lainnya adalah memberlakukan perkawinan secara kini sudah menjadi salah satu identitas yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat Ternate. Hal ini sangat jelas terlihat dengan berdirinya masjid kesultanan Ternate dan beberapa masjid lainnya. Bukan hanya masjid di kedaton tempat sultan berdiam, juga terdapat peninggalan berupa Al-Quran tertua yang terbuat dari kulit Tradisi dan Budaya Islam di Ternate1. Ritual Kolano Uci Sabea Turunnya Sultan ke MasjidSelanjutnya adalah sebuah ritual wajib yang dilakukan oleh sultan dan masyarakat Ternate yakni ritual kolano uci sabea yang bermakna turunnya sultan ke masjid untuk sholat dan berdoa. Ini adalah pesona religi yang menarik dan berbeda dengan kesultanan lainnya di Indonesia. karena dalam proses ini, sang sultan di tandu dan dikawal masyarakat adat Ternate dari kedaton menuju masjid sultan. Usai melaksanakan sholat teraweh, sultan akan kembali ke kedaton dengan ditandu seperti ketika keberangkatannya ke masjid. Di kedaton, sultan bersama permaisuri akan memanjatkan doa di ruangan khusus tepatnya diatas makam para berdoa, sultan dan permaisuri akan menerima rakyatnya untuk bertemu, bersalaman, bahkan mencium kaki sultan dan permaisuri sebagai tanda kesetiaan. Dalam satu tahun, ritual kolano suci sabea dilaksanakan empat kali. Malam qunut, malam lailatul qadar, serta pada hari raya idul fitri dan idul tradisi dan budaya islam di Ternate ini dilakukan secara turun temurun oleh setiap sultan Ternate hingga Masjid Kesultanan TernateMasjid ini menjadi bukti sejarah bagaimana islam pertama kali masuk di kota Ternate. Masjid sultan Ternate mulai dibangun pada tahun 1606 saat berkuasanya sultan ternate ke 28 mandarsyah. Setelah melewati tiga kepemimpinan, masjid ini baru rampung pada masa pemerintahan sultan hamzah pada tahun sultan Ternate dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu yang direkatkan dengan campuran kulit kayu pohon kalumpa. Dengan model bangunan yang bermodel segi empat dimana atapnya mengadopsi bentuk tumpang limas dan tiap tiap tumpang dipenuhi trali berukir 360 buah sesuai jumlah hari dalam yang juga disebut Sigi Lamo ini juga mempunyai larangan larangan yang tegas yang sampai kini masih dijalankan sesuai dengan amanah sultan dan tradisi. Diantaranya adalah larangan memakai sarung atau wajib menggunakan celana panjang bagi para jamaahnya. Kewajiban memakai penutup kepala atau kopiah, berbagai aturan ini konon berasal dari petuah petuah para leluhur yang juga disebut Doro Bololo, Dalil Tifa, serta Dalil Moro yang hingga kini masih ditaati oleh masyarakat ternate, terutama di lingkungan Asida, Makanan Khas Berbuka PuasaRamadhan di Ternate juga sangat berkesan terutama makanan satu ini yang disajikan ketika buka puasa. Berbekal makanan seperti tepung terigu, gula merah, gula pasir, susu kental manis, mentega, santan secukupnya, garam, fanili perasa dan kenari. Proses memasak asida ini membutuhkan waktu sekitar 3 jam lamanya. Setelah matang, siapkan piring dan oleskan mentega lalu taruh diatas piring dan dibentuk seperti gundukan. Asida pun siap juga Tradisi Bersyukur di Indonesia yang UnikDemikian informasi tentang Tradisi dan Budaya Islam di Ternate yang merupakan pusat penyebaran Islam dimasa perdagangan dulu. Elaela adalah pembakaran obor yang dalam bahasa daerah Ternate. Tradisi ini diikuti oleh seluruh masyarakat dan perangkat pemerintah. Seluruh warga di Ternate memasang obor di halaman rumah sampai pagi. Tak hanya obor, ada pula warga yang menambahkan damar. Sehingga hampir seluruh wilayah Ternate tercium aroma harum bau damar. ArticlePDF Available AbstractTulisan ini menjelaskan kehidupan masyarakat Ternate dalam dimensi sejarah. Kesultanan Ternate berdiri pada tahun 1257 M dengan raja kolano pertama bernama Baab Mansur Malamo. Masyarakat Ternate mendiami daerah kepulauan Ternate secara turun temurun dan masih setia melaksanakan adat istiadat kesultanan Ternate yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Masyarakat Ternate tumbuh dan berkembang dengan segala keragaman budayanya. Berdasarkan catatan di daerah Ternate terdapat 12 sub etnis suku dengan 13 bahasa lokal. Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di Ternate kental dengan budaya Islam yang dianut oleh Kesultanan Ternate. Marimoi Ngone Futuru Masidika Ngone Foruru adalah ajakan ke arah solidaritas dan persaudaraan antar etnis di Ternate. Potensi budaya ini merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 217 MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN TERNATE DALAM PERSPEKTIF SEJARAH Rustam Hasim Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FKIP-UNKHAIR Email rustamhasyim Diterima 08-09-2019 Direvisi 15-10-2019 Dipublikasi 04-11-2019 Abstrak. Tulisan ini menjelaskan kehidupan masyarakat Ternate dalam dimensi sejarah. Kesultanan Ternate berdiri pada tahun 1257 M dengan raja kolano pertama bernama Baab Mansur Malamo. Masyarakat Ternate mendiami daerah kepulauan Ternate secara turun temurun masih setia melaksanakan adat istiadat kesultanan Ternate yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Masyarakat Ternate tumbuh dan berkembang dengan segala keragaman budayanya. Berdasarkan catatan di daerah Ternate terdapat 12 sub etnis suku dengan 13 bahasa lokal. Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di Ternate kental dengan budaya Islam yang dianut oleh Kesultanan Ternate. Marimoi Ngone Futuru Masidika Ngone Foruru adalah ajakan kearah solidaritas dan persaudaraan antar etnis di Ternate. Potensi budaya ini merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan. Kata Kunci Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate. PENDAHULUAN Ternate mengemuka dalam catatan sejarah terutama karena hasil rempah-rempahnya. Tanahnya yang subur menjadikan Ternate penghasil cengkeh dan pala terpenting di Kepulauan Maluku. Keadaan itu didukung oleh posisi geografisnya yang terletak dalam kesatuan lintasan Laut Maluku, Sulawesi, dan Laut Sulu yang merupakan satu kesatuan, sehingga menempatkan kawasan ini sebagai bagian dari jalur utama internasional. Menurut Leonard Y. Andaya, perdagangan rempah-rempah di Ternate menjadi penggerak aktivitas perniagaan di kawasan Asia Tenggara dan memunculkan interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya di Nusantara Leonard Y. Andaya, 1973. Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan, hubungan komunikasi diletakkan jauh ke luar batas-batas Nusantara. Akibat hubungan-hubungan itu, terjadi konvergensi dan tercipta kondisi sosial budaya termasuk sosiolinguistik yang memungkinkan berkembangnnya segala unsur kebudayaan. Leirissa mengungkapkan bahwa penduduk Maluku Ternate terdiri dari berbagai suku bangsa di Nusantara yang bermigrasi ke pulau ini sejak masa kolonial. Bahkan bila dikaji lebih jauh ke belakang, sejak masa emporium dan imperium, telah banyak suku bangsa dan ras dari berbagai negeri maupun benua datang ke Ternate Leirissa,1999. Pertemuan antar-ras dan suku bangsa ini menimbulkan percampuran, sehingga melahirkan keturunan-keturunan yang baru dengan berbagai pola tingkah budayanya. Maka tidak mengherankan jika penduduk Ternate saat ini memiliki beragam bahasa dan tradisi yang sama atau berbeda dalam satu lingkungan tertentu, namun tetap memperlihatkan ciri kebudayaannya masing-masing. Interaksi perdagangan rempah-rempah yang intensif dengan kelompok suku bangsa itulah yang memungkinkan terbentuknya organisasi atau pemerintahan awal di Pulau Ternate. Melihat berbagai kondisi dan latar belakang kehidupan yang terdapat di dalamnya, menjadi penting dikedepankan untuk mendapatkan informasi atau gambaran utuh tentang dinamika internal masyarakat Ternate yang telah terpola dan mengakar dalam proses historis yang panjang Kuntowijoyo, 2002. Oleh Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 218 karena itu, pokok bahasan ini akan diawali dengan mengungkapkan fakta mengenai masyarakat Ternate dan kebudayaannya sebagai langkah awal untuk mengetahui dan mengenal batasan spasial penulisan ini. A. Asal Usul Masyarakat Ternate Kiya raha fato-fato, gapi, duko, tuanane se kiye besi, doka saya rako moi. Ma ronga gam madihutu. Gam madihitu gee maronga Maloku Kiya Raha. Artinya, empat gunung berjejer-jejer, yaitu Ternate, Tidore, Moti, dan Makean sebagai setangkai bunga mawar yang harum baunya. Namanya negeri asal kejadian, itulah namanya Ternate Abdul Hamid Hasan, 2002. Pulau Ternate merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate. Wilayah kesultanan itu kini menjadi bagian dari Kotamadya Ternate yang merupakan kesatuan pemerintahan otonomi dalam Provinsi Maluku Utara. Secara etimologi, kata Ternate berasal dari tiga suku kata, yaitu tara no ate, yang berarti turun ke bawah dan pikat dia. Maksudnya, turun dari tempat yang tinggi dataran tinggi untuk mengikat para pendatang supaya mau menetap di wilayah ini Ternate Andi Penggunaan nama Ternate dapat ditemukan dalam berbagai sumber sejarah Eropa. De Clercq, mengidentifikasi nama Ternate dalam beberapa pengertian. Pertama, nama sebuah karesidenan. Kedua, nama sebuah kota. Ketiga, nama sebuah kesultanan. Keempat, nama salah satu pulau de Clercq,1890. Sejarah asal-usul penduduk Ternate, hingga masih diperdebatkan. Menurut Leirissa, penduduk Ternate, termasuk kepulauan Maluku Utara, berasal dari campuran berbagai suku bangsa. Mereka berasal dari ras Malanesia, Proto-Malayu atau Netro-Melayu yang mendiami daerah pedalaman bagian Utara Pulau Halmahera, kemudian menyebar ke Ternate, Tidore, dan pulau-pulau sekitarnya sejak berabad-abad lampau melalui gelombang migrasi yang panjang Leirissa1997. Sejalan dengan itu, menurut Visser, penduduk tertua kepulauan Maluku Utara mendiami daerah pedalaman Halmahera. Penduduk asli Pulau Halmahera dikenal sebagai Suku Alifuru manusia awal. Mereka kemudian menyebar dari Pulau Halmahera ke sekitarnya, termasuk Pulau Ternate Visser, 1994 Sejalan dengan itu, menurut Adnan Amal bahwa asal usul penduduk Ternate berasal dari kerajaan Jailolo Halmahera yang bermigrasi sekitar tahun 1250 akibat konflik politik antara Raja Jailolo dengan kelompok-kelompok oposisi. Para pelarian tersebut mendirikan pemukiman di dekat puncak Gunung Gamalama yang disebut komunitas Tobona. Pembentukan komunitas Tobona inilah menandai permulaan terbentuknya organisasi sosial pra kerajaan yang di kepalai seorang pemimpin yang disebut momole kepala kampung/marga. Seiring bertambahnya para imigran maka terbentuklah beberapa pemukiman komunitas di Pulau Ternate. Pemukiman baru tersebut yaitu foramadiyahi yang mendiami dataran tinggi. Sampala yang menempati kawasan hutan dan Toboleu yang menempati pesisir pantai Ternate bagian utara. Dalam perkembangannya sekitar 1251 empat kelompok sosial ini mengadakan musyawarah untuk membentuk organisasi kerajaan. Dari musyawah tersebut dipililah Ciko kepala kampung Sampala sebagai pemimpin ketiga komunitas tersebut. Pengangkatan Ciko sebagai kolano raja pertama Ternate, van der Crab menceritakan bahwa Pada suatu hari Momole Guna kepala suku Tobona, menjelajahi hutan mencari pohon enau untuk menyedap tuaknya. Ia tiba di suatu lintasan jalan dan menemukan sebuah lesung yang terbuat dari emas. Momole Guna mengambilnya dan membawa pulang ke rumah. Lesung emas itu kemudian menjadi tontonan yang aneh bagi warga Tobona. Karena yang ingin melihatnya makin banyak berdatangan, Momole Guna tidak mau menahannya lebih lama lagi dan memutuskan untuk memeberinya kepada Momole Molematitti kepala suku Foramadiyahi. Mole matiti yang telah menerima menerima lesung anah itu, juga mengalami hal yang sama seperti di alami Momole Guna dari Tobona, karena tidak betah, ia berikan kepada Ciko dari Sampala. Ciko menerima lesung itu Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 219 disertai dengan segala keajaibannya dan dengan demikian ia memperoleh kehormatan menjadi penguasa atas pulau Ternate yang berakhir dengan penobatannya sebagai raja pertama pulau itu dengan gelar kolano P van der Crab, 1978. Setelah pengangkatannya sebagai pemimpin, Ciko mengubah gelarnya dari momole menjadi kolano raja. Demikian pula namanya juga diubah menjadi Mansur Malamo. Ciko inilah yang dipercaya sebagai kolano pertama yang meletakkan dasar bagi hadirnya kerajaan Ternate, sekaligus membentuk struktur kekuasaan dengan kolano sebagai penguasa tertinggi mengenai stuktur organisasi kerajaan Ternate akan dibahas pada bab selanjutnya. Setelah itu pusat kekuasaan-pun dipindahkan ke tepi pantai yang diberi nama Gamlamo negeri besar Abdul Hamid Hasan, 2002. Secara kultural, penduduk Kesultanan Ternate tergolong kelompok majemuk atau multikultural. Christiaan Frans van Fraasen mengklasifikasikan penduduk kesultanan ini ke dalam dua kategori. Katagori pertama adalah penduduk pribumi inheemsche bevolking, yaitu mereka yang berasal kelompok Tubo, Tobana, Tabanga, dan Toboleu yang telah lama dan menetap di Pulau Ternate. Kelompok inilah cikal-bakal terbentuknya Kerajaan Ternate. Kategori kedua adalah penduduk asli bukan orang Ternate di luar keempat kelompok di atas ditambah penduduk suku-suku yang berasal dari daerah lain Christiaan Frans van Fraasen,1987. Penduduk asli Ternate terbagi empat kelompok kekerabatan yang bersifat otonom marga, yaitu Marga Soa-Sio, Sangaji, Heku, dan Cim. Salah satu cirinya adalah melestarikan sistem marga. Oleh sebab itu, mereka lebih mudah dikenal dengan nama belakang atau family name yang melekat di belakang namanya. Marga inilah yang ikut membedakan mereka dengan etnis lainnya di Ternate. Keempat marga tersebut, menurut Adnan Amal, berasal dari empat kelompok utama pembentukan Kerajaan Ternate, yakni Tubo, Tobana, Tabanga, dan Toboleu yang merupakan penduduk awal Pulau Ternate. Menurut berbagai sumber hingga kini keempat marga utama tersebut, secara turun-temurun memegang jabatan-jabatan politik di lingkungan Kesultanan Ternate Adnan Amal, 2007. Sementara penduduk asli bukan orang Ternate, terdiri dari kelompok etnis Tidore, Jailolo, Loloda, Bacan, Makian, dan Sanana. Etnis ini mendiami sebagian daerah Kesultanan Ternate, terutama Ternate Tengah dan Selatan. Mereka dianggap memiliki andil penting dalam proses perkembangan Kesultanan Ternate, sehingga diberikan kedudukan dalam struktur pemerintahan sebagai dewan kerajaan Bobato Nyagimoi se Tufkange atau dewan delapan belas dengan gelar masing-masing. Etnis Tidore diberi gelar Sangaji Limatahu. Etnis Jailolo, diberi gelar Sangaji Tomajiko. Etnis Bacan, diberi gelar Kimalaha Labuha, etnis Makian bergelar Sangaji Tokofi, etnis Loloda bergelar Sangaji Malayu-Konora, dan etnis Sula bergelar Salahakan Anas Dinsie dan Rinto Taib, 2001. Sama halnya dengan keempat marga utama, keberadaan beberapa etnis ini, hingga kini dipegang teguh sebagai landasan utama dalam melakukan rekruitmen politik. Menurut berbagai sumber beberapa etnis tersebut merupakan kelompok inti yang menduduki struktur birokrasi Kesultanan Ternate. Selain itu, terdapat juga penduduk dari etnis lain dari luar Maluku Utara yang berdiam di wilayah Kesultanan Ternate. Menurut B. Soelarto 1982, terdapat beberapa suku pendatang seperti etnis Melayu, Makassar, Buton, dan Jawa. Kehadiran mereka ke Ternate berkaitan dengan perkembangan perdagangan rempah-rempah yang sangat dibutuhkan dalam jaringan internasional. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di wilayah Nusantara, Ternate memberi kesempatan kepada kelompok suku bangsa tersebut untuk tinggal dan membentuk marga yang diberi nama menurut asal-usul leluhurnya. Misalnya marga Jawa adalah sub suku Ternate yang nenek moyangnya berasal dari Jawa, sehingga memiliki ciri fisik yang serupa dengan orang Jawa B. Soelarto,1982. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 220 Tabel 1. Nama-nama Marga yang ada di Ternate Marsaoli Tomaito Tomagola Tamadi Payahe Jiko Jawa Tolangara Tabala Tomajiko Malayu Kulaba Malaicim Tobeleu Tafamutu Tafaga Tokofi Takome Sula Gam cim Tabanga Siko Tafamutu Dodari- isa Mado Togolobe Faudu Tamajiko Talangam Moyau Tafure Maitara Koloncucu Wucu Tamao Doi Taake Tomahutu Sumber B. Soelarto, Sekitar Tradisi Ternate. Jakarta Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan RI, 1982. Demikian halnya dengan nenek moyang etnis Melayu, Buton, dan Makassar. Walaupun sebagai etnis pendatang, kelompok ini juga diberi kedudukan dalam pemerintahan, misalnya etnis Jawa ditempatkan dalam bobato akhirat bidang agama dengan gelar Imam Jawa, begitu pula etnis Makassar, ditempatkan dalam bobato dunia pemerintahan dunia, dengan diberi gelar sebagai Kapita Makassar. Proses ini Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 221 menarik, karena keberadaan beberapa suku yang mendiami wilayah kerajaan direkrut menjadi anggota kerajaan melalui sistem perwakilan distrik, sebagai landasan legitimasi dan integrasi. Ternate merupakan daerah kesultanan dan agama Islam menjadi agama resmi yang dianut moyoritas masyarakat. Namun demikian kepercayaan animisme dan dinamisme agama asal masih dipraktekan sebagian besar masyarakat Ternate. Menurut berbagai sumber, hingga kini masih terdapat sebagian masyarakat Ternate percaya kepada gunung Gamalama sebagai sumber kekuatan gaib supranatural yang dapat dimintai pertolongan untuk memberi keselamatan dan kesejahteraan hidup. Mereka antara lain menjalankan upacara penghormatan dan pemujaan dengan cara mengelilingi gunung Gamalama, yang disebut kololi kiye dan fere kiye. Menurut Abdul Hamid Hasan, kepercayaan-kepercayaan tersebut sedemikian mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Ternate. Walau mereka telah memeluk agama Islam mereka masih setia dengan tradisi leluhur mereka. Begitu para sultan, setelah dinobatkan wajib melakukan upacara kololi kiye dan fere kiye mengelilingi dan menaiki puncak gunung. Hanya saja, upacara itu tidak lagi ditujukan kepada kekuatan gaib gunung Gamalama, melainkan kehadirat Allah SWT Abdul Hamid Hasan, 2000. Selain pemujaan terhadap gunung Gamalama, kepercayaan lama lainnya yang dianut sebagian masyarakat Ternate adalah kepercayaan terhadap arca-kayu wonge. Benda tersebut fisik berbentuk lelaki-perempuan sebagai gambaran atau visualisasi nenek moyang mereka. Wonge ditempatkan di luar rumah dalam sebuah rumah-rumahan fala wonge yang berisi arca-arca nenek moyang mereka. Tempat itu dilengkapi sesajian berupa nasi kuning, sirih, pinang, tembakau, rokok tuak, dan dupa kemenyan. Wonge dipercaya sebagai penolak bala sekaligus pusat kekuatan gaib yang dapat dimintai pertolongan Masinambaw ed., 1980. Kepercayaan lama lainnya adalah upacara adat joko kaha injak tanah. Upacara ini sangat prinsipil dan wajib diselengarakan mulai dari ritus keluarga sampai penobatan ritus ini ialah memberi penghormatan kepada bumi sebagai pusat kekuatan gaib, agar membantu atau memberi keselamatan kepada manusia. Selain itu, sampai kini masih ada pemujaan terhadap roh nenek moyang berupa pemberian sesajian ke tempat keramat kuno jere. Tempat keramat ini dianggap bisa membawa berkah. Jere sendiri berupa batu yang muncul dengan sendirinya menyerupai makam, sehingga dianggap sebagai makam keramat B. Soelastro,1978. B. Mata Pencarian Penduduk Tanah dalam wilayah Ternate tergolong subur. Keadaan ini memungkinkan penduduk setempat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan mengolah lahan pertanian. Kombinasi antara kesuburan tanah dan iklim membuat usaha pertanian yang menonjol adalah tanaman cengkeh dan pala. Sisi kesejarahan yang penting dari Ternate adalah peranannya sebagai salah satu pulau penghasil cengkeh di Maluku. Suatu hal yang menjadikan pulau ini ajang kepentingan ekonomi, terutama perebutan rempah-rempah oleh bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris Bahar Andili, 1978. Faktor utama daya tarik Ternate antar-bangsa itu adalah cengkeh dan pala, sebagaimana dikemukakan Anthony Reid bahwa Pedagang Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk pala, serta Maluku Ternate untuk cengkeh, dan barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia kecuali di tempat itu. Penduduk menanam cengkeh karena mendatangkan hasil dan keuntuntungan berlimpah. Pada mulanya, tanaman tersebut adalah tanaman liar yang tumbuh di hutan-hutan yang kemudian ditanam dalam usaha perkebunan Anthony Reid, 1999. Meskipun jumlah penduduk Ternate sangat besar dibandingkan prosentase etnis pendatang, namun karena minimnya sumber daya manusia, maka mereka lebih banyak berkerja di sektor non-formal seperti Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 222 pertanian dan perikanan. Selain itu, sebagian penduduk Ternate menjadikan kerajinan rumah tangga sebagai usaha tambahan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pekerjaan-pekerjaan ini tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus. Sementara jabatan-jabatan publik seperti, guru, polisi, tenaga kesehatan, maupun birokrasi, lebih banyak dikuasai etnis pendatang Sutrisno Kutoyo,1978. Tabel 2. Mata Pencarian Penduduk Ternate Sumber Ternate dalam Angka 1995 Jumlah penduduk Pulau Ternate berdasarkan sensus tahun 1961 sebanyak orang lihat tabel 3. Perkembangan jumlah penduduk Ternate dari tahun ke tahun mengalami peningkatan pesat. Faktor utama daya tarik Kota Ternate adalah sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan kesempatan berusaha mendorong para pendatang dari berbagai daerah di Indonesia untuk berdomisili di Ternate. Dalam hal ini secara garis besar dapat disimpulkan terdapat tiga penggolongan penduduk yaitu penduduk asli Ternate, penduduk Indonesia pendatang, dan golongan penduduk orang asing. Tabel 3 Jumlah Penduduk Desa Kotapraja Ternate Menurut Perincian Kecamatan Pada Tahun 1961 1. Wijk LTR. A 2. Wijk LTR. B 3. Wijk LTR. C 4. Wijk 5. Wijk 6. Wijk 2. 689 710 326 2. 560 690 297 5. 249 3. 255 2. 809 623 Sumber Sensus Penduduk 1961 Penduduk Desa Sulawesi dan Maluku, Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Biro Pusat Statistik, 1980, hlm. 230. C. Pendidikan Perkembangan pendidikan di Ternate pasca-kemerdekaan Republik Indonesia, belum mengalami kemajuan. Masih banyak penduduknya yang buta huruf. Perkembangan pendidikan di Ternate baru dimulai sejak tahun 1950 atau saat bubarnya Negara Indonesia Timur NIT. Hal ini ditandai dengan disusunnya suatu organisasi pendidikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah Leirissa, 1975. Usaha-usaha peningkatan pendidikan dapat berjalan dengan baik memasuki tahun 1951 dengan disusunnya organisasi pendidikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang bertanggungjawab di bidang pendidikan dan kebudayaan Maluku. Organisasi pendidikan baru ini secara sentral mengatur semua pendidikan di seluruh pelosok Maluku dan Ambon sebagai pusat kegiatan. Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan itu menyelenggarakan urusan-urusan pendidikan, mulai dari pendidikan pra Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 223 sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah baik umum maupun kejuruan, pendidikan masyarakat seperti pemberantasan buta huruf, kegiatan-kegiatan umum seperti olahraga, pendidikan kebudayaan, kesenian, serta pengadaan tenaga pengajar Sem Touwe dan Rina Pusparani, 2013. Jumlah dan gambaran aktivitas sekolah di Maluku periode tahun 1950-an dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid di Maluku pada Tahun 1950 Sekolah Pangreh Praja yang Pindah dalam Pendidikan Menengah Sekolah Kepandian Gadis Tingkat Pertama Sumber Algemeen Verslag van Nijverheidsonderewijs een nijverheidssholen 1948, dalam Arsip Tanah Toraja 489/48 Anriwil Sulsel Selain sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah, terdapat pula yayasan-yayasan pendidikan seperti yayasan pendidikan gereja-gereja Protestan, Roma Katolik, dan organisasi-organisasi Islam seperti Muhamadiyah dan ABRI. Pada perkembangan selanjutnya, dibangun juga beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Pattimura tahun 1956, Universitas Khairun Ternate 1964, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ternate 1966, Universitas Muhammadiyah 1999, Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan STIKIP Kie Raha tahun 2001, AIKOM Ternate, dan Akademi Keperawatan APPER Ternate. Pendidikan formal ini di kemudian hari berfungsi sebagai katalisator bagi terwujudnya dua jenis elite, yakni elite tradisional istana dan elite modern birokrat dan intelektual. Kedua elite tersebut berasal dari tradisi pendidikan yang sama, tetapi berada dalam lingkungan politik dan hierarki sosial berbeda. Elite pertama lebih didukung oleh legitimasi budaya, sedangkan elite kedua berkat keunggulan merek di bidang ilmu pengetahuan. Pada aspek ini, kemajuan pendidikan memberi peluang besar bagi terjadinya perubahan sosial, khususnya mobilitas sosial. Sistem pengangkatan pegawai tidak lagi hanya berdasarkan status dan keturunan, tetapi juga berdasarkan jenjang pendidikan. D. Budaya Politik Masyarakat Ternate telah terorganisasi secara geneologis ke dalam kelompok-kelompok sosial dengan ciri khas masing-masing. Kesatuan kelompok sosial tersebut disebut soa marga oleh masyarakat Ternate. Tiap-tiap kampung terdiri dari beberapa soa dan setiap soa dikepalai oleh seorang kimalaha atau fanyira kepala kampung. Penggunaan sebutan-sebutan tersebut tergantung pada jauh dekat hubungannya dengan pusat kekuasaan. Pengangkatan kepala-kepala soa tersebut selalu di dasarkan pada faktor keturunan Abdul Hamid Hasan, 2000. Masyarakat Ternate pada umumnya dikenal sebagai masyarakat yang sangat ketat mempertahankan aturan pelapisan sosial. Bagi mereka, mempertahankan pelapisan sosial dipandang sebagai satu syarat memperjaya Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 224 dan menjaga kehormatan. Artinya, perbedaan peranan-peranan dipandang sebagai norma yang patut dipelihara, diikuti, dan dijalankan dalam kehidupan mereka. Hal penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan anggapan ini adalah kedudukan kelompok bangsawan sebagai kelompok yang dapat dan boleh menjadi pemimpin Ch. F. van Fraasen, 1983. Masyarakat Ternate, seperti halnya masyarakat di kerajaan Jawa Yogyakarta dan Surakarta yang mengenal pelapisan sosial yang tersusun secara hirarki. Meski penggolongan masyarakat tidak setajam pembagian kasta-kasta dalam struktur sosial feodal, namun ada penggolongan yang bertolak atas dasar keturunan geneologis. Tingkatan tertinggi adalah golongan kolano sultan yang terdiri dari sultan dan keluarganya sampai tiga lapis atau tingkatan turunannya. Dalam struktur Politik Kesultanan Ternate, sultan adalah titik pusat kekuasaan. Sebagai puncak hierarki , sultan memegang kekuasaan yang besar. Hal itu tercermin dari kepemilikannya terhadap benda-benda pusaka, gelar, ataupun silsilah geonologis Hasyim, 2017. Tingkatan pertama adalah anak-anak sultan bergelar “kaicil” untuk putra dan boki atau “nyaicil” untuk putri. Jika anak-anak itu berada pada jenjang ketiga dari sultan yang berkuasa, mereka bergelar “jou ma datu”. Sementara jenjang keempat bergelar “jou mamuse”. Selanjutnya, tingkatan kedua danu atau golongan bangsawan yang masih memiliki hubungan darah dengan keluarga sultan. Seperti cucu sultan dan anak-anak yang dilahirkan dari putri sultan dengan orang dari lingkungan istana. Termasuk juga kaum bangsawan yang diangkat menjadi pejabat birokrasi kerajaan dan golongan agama. Tingkatan ketiga adalah rakyat biasa atau disebut “bala kusu se kano-kano” M. Shaleh A. Putuhena, 1983. Kelompok bangsawan elite merupakan lapisan teratas yang mempunyai kedudukan politik, sosial, dan ekonomi yang lebih tinggi. Mereka inilah yang mendominasi kepemimpinan dalam masyarakat. Puncak hierarki ditempati sultan yang memiliki otoritas tradisional yang telah diterimannya sebagai hak turun-temurun. Hal itu tercermin pada nama atau gelar yang disandangnya. Di bawah sultan terdapat golongan bangsawan, yang dalam Kesultanan Ternate dibedakan atas bangsawan pusat dan bangsawan daerah. Bangsawan pusat adalah kelompok bangsawan yang berasal dari marga Soa-Sio, Soa Marasaoli, Limatahu, Tomagola, dan Tomaito. Mereka merupakan inti dari penduduk Ternate dan merupakan marga yang dipilih untuk menduduki jabatan bobato madopolo dewan menteri dan bobato nyagimoi se tufkange lembaga legislatif. Dengan fungsi politik yang melekat kepadanya mengangkat dan memberhentikan seorang sultan, maka sejak zaman dahulu hingga sekarang soa ini mempunyai kedudukan terhormat setelah kerabat sultan. Kelompok bangsawan ini dipandang mempunyai jenjang kebangsawanan lebih tinggi dari jenjang kebangsawanan daerah. Sementara bangsawanan daerah adalah kelompok bangsawan keturunan marga Sangaji dan Salahakan. Mereka umumnya menjadi utusan sultan kepala distrik untuk mengatur dan menjalankan pemerintahan serta mengurus kepentingan sultan di daerah-daerah yang jauh dari pusat kerajaan atau sebarang pulau. Umumnya penempatan dan pengangkatan seorang Sangaji kepala distrik dan Salahakan utusan sultan, bergantung pada kemurnian darah kebangsawanannya. Hal ini dipandang sebagai suatu ketentuan karena dalam struktur pemerintahan Kesultanan Ternate, bangsawan yang berasal dari marga Sangaji tidak dapat dan tidak boleh melaksanakan kekuasaan atas golongan yang lebih tinggi marga Soa-sio. Aturan dan ketentuan ini menuntut pengaturan jenjang kebangsawanan berkaitan sejajar dengan kepangkatan kekuasaan. Dalam usaha untuk memperluas pengaruh, mempertinggi kewibawaan, mempertahankan kekuasaan, kaum bangsawan senantiasa mengandalkan selain kekuasaan dan kepintaran perluasan jaringan hubungan kekeluargaan. Suatu hal yang oleh Chabot disebut perkawinan politik antar-bangsawan. Menurut Edward L. Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 225 Poelingggomang, perkawinan antar-bangsawan menunjukkan dua kecenderungan. Pertama, usaha untuk menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih erat. Kedua, usaha ke arah hubungan dengan anggota kelompok lain dengan maksud mencapai hubungan yang menguntungkan Edward L. Poelinggomang, 2004. Dasar hubungan perkawinan antar-bangsawan ini juga menunjukan bahwa perkawinan merupakan alat untuk memperluas jaringan kekerabatan. Semakin luas jaringan kekeluargaan, semakin luas pula pengaruh kelompok itu. Hal itu akan mempertinggi kewibawaan pemimpin kelompok dalam memperkuat kedudukan kekuasaannya. Dengan kata lain, kecenderungan memperluas pengaruh, kewibawaan, dan kekuasaan lewat hubungan perkawinan, menunjukan bahwa masalah kekuasaan politik tidak dapat dipisahkan dari kekerabatan. Pembagian atau pelapisan sosial dalam masyarakat Kesultanan Ternate berdampak pada penyematan gelar atau titel yang dipergunakan sebagai ciri utama untuk membedakan mereka satu sama lain. Misalnya, gelar Soa-Sio dan Sangaji hanya diperuntukkan bagi bangsawan yang menduduki Bobato Madopola dewan kerajaan. Sementara gelar heku dan cim diberikan kepada petugas-petugas yang mengurusi keamanan pada dasarnya merupakan perwujudan dari garis keturunan yang bersandar pada individu yang berada dalam kerangka geneologis yang sama dari pihak laki-laki patrilineal dan terkadang terkait secara unilinear ke satu sumber Christiaan Frans van Fraasen, 1978. Pada golongan bagsawan, terdapat pula perbedaan menurut tingkatannya sesuai dengan jasa dan hubungan kekerabatan seseorang dengan sultan. Hingga kini, dalam kehidupan adat masyarakat Ternate, golongan kolano sultan dan golongan dano bangsawan merupakan kelompok elite. Demikian pula pengelompokan soa, masih diakui sebagai lembaga adat dalam kehidupan sehari-hari. Bangsawan masih merupakan kelompok atas dan mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Sementara bentuk hubungan bangsawan dengan penduduk berupa hubungan tambal-balik antara patron dan klien. Kaum bangsawan berkewajiban memberikan perlindungan kepada penduduk dan sebaliknya, penduduk memberikan imbalan berupa barang, jasa, dan tenaga kepada kaum bangsawan Hasmawati & Hasim, 2017. Pelapisan sosial di atas memberi pengaruh pada sistem kepemimpinan politik, terutama di tingkat pusat kerajaan sultan. Rakyat yang memandang penting adanya keluarga inti kekerabatan patrilinial maupun bilateral memiliki ketaatan mutlak yang didasarkan kepada tatanan budaya politik Jou kasa ngom ka ge yang artinya, di mana sultan, di situlah kami. Hal itu menempatkan sultan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Penolakan terhadap keputusan sultan Iddin Kolano akan mendatangkan malapetaka. Hal itu pula diyakini oleh para bangsawan, sehingga mereka tidak perlu mengontrol rakyatnya. Ada keyakinan bahwa setiap kesalahan yang dibuat oleh rakyatnya, akan dilaporkan karena mereka takut akibatnya jika tidak segera diselesaikan. Keyakinan akan adanya hubungan erat antara Jou sultan dan bala rakyat, membuat tatanan kultural yang berlaku senantiasa ditaati dan dipertahankan karena dipandang memiliki kekuatan magis dengan melindungi tatanan sosial dan politik yang ada Radjiloen L., 1982. Bagi masyarakat Ternate, hubungan antara sultan dan bawahan berlaku hubungan patron-clien Jou se ngofa ngare atau menurut istilah Jawa disebut hubungan gusti-kawula. Meskipun demikian, jika dilihat dari hierarkinya, maka raja mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada rakyat. Dalam hubungan ini, sultan mendapat kedudukan khusus dalam masyarakat sebagai kelompok tersendiri yang dapat melaksanakan kekuasaan atas rakyat dan menempati strata bangsawan yang tinggi. Mereka ditempatkan sebagai tokoh yang dapat menghubungkan dunia atas dan dunia bawah yang kemudian menjadi pemegang kendali kehidupan pemerintahan dan dianggap memiliki kekuatan suprtanatural yang dapat menciptakan ketertiban dan kesejahtraan rakyat Suhartono, 1995. Oleh karena itu, segala titah dan perintah dipandang sebagai Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 226 hukum yang harus ditaati suluruh rakyat. Pelanggaran atau pengingkaran atas titah dan perintah sultan dipandang sebagai sikap penghinaan atas kedudukannya dan akan berdampak malapetaka. Gambaran stratifikasi sosial itu kini telah berubah. Telah terjadi perubahan sejalan dengan proses moderenisasi. Pembukaan sekolah-sekolah pada perkembangan selanjutnya melahirkan kelas baru dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, para rakyat dapat menyekolahkan anak-anak mereka agar dapat masuk dalam jajaran birokrasi. Jika dahulu sultan dan kerabatnya yang mendominasi kegiatan pemerintahan, kini telah terbuka peluang kepada rakyat melalui pendidikan dan kemampuan dalam bidangnya menjadi prasyarat utama untuk masuk dalam jajaran birokrasi Muhammad, 2004. Setelah proklamsi kemerdekaan, kedudukan kaum bangsawan mengalami transisi. Pada satu sisi, terdapat elite tradisional yang tetap mempertahankan statusquo dan memandang setiap perubahan sebagai ancaman bagi mereka. Sementara di pihak lain, terdapat golongan elite baru yang yang memegang kepemimpinan dan menghendaki perubahan. Sementara di saat yang sama, terjadi perubahan persyaratan untuk masuk dalam lingkungan birokrasi dan terbuka peluang luas bagi penduduk untuk memperoleh pendidikan yang tinggi Sartono Kartodirdjo, 1981. Perubahan-perubahan di atas, dalam perkembangannya kemudian, mempengaruhi tatanan budaya masyarakat Ternate. Konvensi yang sebelumnya berlaku dalam masa kerajaan yang menekankan bahwa merekalah yang berada pada strata yang lebih tinggi yang boleh melaksanakan kekuasaan atas kelompok berstrata lebih rendah kini telah pudar. Tidak dapat disangkal bahwa dampak dari birokratisasi pemerintahan dan penyelengaraan pendidikan telah melapangkan terjadinya mobilisasi sosial. Hal itu berpengaruh pula terhadap pola hubungan antara bangsawan dengan rakyat. Meski dalam kehidupan kekinian, keberadaan kaum bangsawan masih dapat terindetifikasi. Dalam perkembangannya, tidak jarang tampil seorang pejabat birokrasi dari kalangan rakyat biasa dan menjalankan kekuasaan terhadap bawahannya yang berdarah bangsawan. Menurut Suhartono W. Pranoto, proses modernisasi telah mengubah masyarakat tradisional dan menciptakan pergeseran peran serta fungsi dari lembaga-lembaga lama ke baru. Sistem pendidikan yang mengarah ke birokrasi modern memungkinkan terjadinya mobilitas sosial. Golongan terpelajar yang secara perlahan mendapat kesempatan untuk menduduki posisi yang sama dengan golongan aristokrat, menyebabkan terjadinya mobilitas sosial Suhartono W. Pranoto, 2001. Hal ini tampak pada pergeseran sistem sosial, strata ekonomi, posisi politik, sampai gaya hidup. Sementara para bangsawan, masih tetap bertahan dalam status tradisionalnya. Hal itu membuat jabatan-jabatan dalam struktur Kesultanan Ternate masih didominasi golongan bangsawan secara turun-temurun. Penutup Penduduk Ternate dewasa ini terdiri atas berbagai suku bangsa Indonesia yang berimigrasi ke daerah ini sejak masa Kolonial. Bahkan bila dikaji lebih jauh ke belakang sejak masa Emporium dan masa Emperium, telah banyak suku bangsa bahkan ras-ras dari berbagai negara dan benua telah datang ke daerah ini. Pertemuan antara ras dan suku bangsa ini, kemungkinan besar telah terjadi pencampuran sehingga melahirkan keturunan-keturunan yang baru dengan berbagai polah tingkah budayanya. Kota Ternate tumbuh sebagai pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan meletakkan hubugan kominakasi jauh keluar batas-batas Nusantara. Sebagai akibat hubungan-hubungan itu terjadi konvergensi gerakan barang dan manusia ke kota-kota tersebut. Dengan demikian tercita kondisi sosial budaya bahkan sosiolonguistik yang memungkinkan berkembangnya segala unsur kebudayaan. Sebelum agama Islam diterima oleh penduduk Pulau Ternate, orang Ternate telah terbagi atas empat kelompok kekerabatan. Keempatnya adalah Marga Tubo, Marga Tobana, Marga Tabanga, dan Marga Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 227 Toboleu. Masyarakat Ternate terbagi dalam susunan sosial yang tradisioal. Meskipun penggolongan masyarakat tidak setajam pembagian kasta-kasta dalam struktur sosial feodal, namun ada penggolongan yang bertolak atas dasar keturunan. Dengan kata lain pembagian masyarakat Ternate tidak bersifat fungsional. Disamping pembagian struktur kehidupan sosial seperti tersebut diatas, masi ada lagi pembagian kelompok kekerabatan dalam soa atau marga, yang merupakan kelompok berdasarkan kekerabatan murni yang membagi seluruh masyarakat Ternate atas 41 kelompok kekerabatan. Bahasa Ternate merupakan bahasa induk dari berbagai bahasa daerah di Maluku Utara. Bahkan pengaruhnya sampai di pulau Mindano, kepulawan Sula, Sabah di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, sepanjang Sulawesi Tengah-Selatan, pulau Banggai, pulau Waigeo, Pulau Morotai. Adapun bahasa-bahasa daerah di Ternate, Halmahera, Tidore disebut “Kie se gam”. Berbagai bahasa daerah di Maluku Utara masi tetap dipergunakan sebagai bahasa lokal. Ada yang berpendapat bahwa bahasa Terante termasuk rumpun bahasa Austronesia, berdasarkan kesamaan dalam segi tata bahasa pronauncation dan vocabulary. DAFTAR PUSTAKA Andaya, Leonard Y. 1993. The Wold of Maluku Eastem lndonesia in the Early Moden Period, Honolulu University of Hawai Press Beretta. 1917. Halmahera and Morotai, Batavia Javasche Boekhandel Lapian, dalam pengantar Memorie van Overgaua Tobias 1857. 1980. Memorie van Overgave C. Bosscher Residen Temate 1859, JakartaANRI Clercq, 1820. Bijdngen tot de Kennmis der Residentie Temate. Leiden Brill. Crab, 1862. De Moluksche Eiland, Rerse van den Gouvemeurt Genenal Fahud Door den Molukschen Arcipel. Batavia Lange. Grap, P van der. 1978. Geschiedenis van Ternate, in Teranataansche en Maleische Tekst, Beschreven Dor den Ternatean Naidah, Met Vertaling en Aante keningen Door P. A. van der Cerap ". dalam BKl, jilid 26. No 2 Cribb Robert, ed., 1994. The Late Colonial State in lndonesia Politikal en Ekonomi Fondations of the Netherlands Indies 1880-1942, Leiden KITLV Press. Djoko Suryo, et. al., 2001. Agama dan Perubahan Sosial Studi Tentang Hubungan Antar lslam, Masyarakat dan Struktur Sosial Politik, Yogyakarta UGM LKPSM. Hasmawati, H., & Hasim, R. 2017. KEDUDUKAN ELITE KESULTANAN DALAM MASYARAKAT TERNATE. JURNAL ILMU BUDAYA, 52 Desember. Hasyim, R. 2017. Dari Mitos Tujuh Putri hingga Legitimasi Agama Sumber Kekuasaan Sultan Ternate. SASDAYA Gadjah Mada Journal of Humanities, 12, 144–163. Muhammad, S. 2004. Kesultanan Ternate sejarah sosial, ekonomi, dan politik. Ombak. M. Masinambaw. 1980. Halmahera dan Raja Ampat Konsep dan Strategi Penelitian, Jakarta LEKNAS-LIPI. Edward L. Poelinggomang. 1991. Proteksi dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makasar Pada Abad ke-19”, Amsterdam Academisch Proefschrieft de Vrije Universiteit te Amsterdam. Fraassen, F van. 1987. Ternate de Molukken en de Indonesische Archipel. Van soa organisatie en Viedeling Een Studie van Traditionele Samenleeving en Cuoltuur in lndonesie”. Disertasi Leiden. Garraghan, J. Gilbeft. 1957. A. Guide to Histoical Method, New York Fordham University Press. Hanna Willard A. 1983. Kepulauan Banda Kolonialisme dan Akibatnya di Kepulauan Pala. Jakarta Gramedia. Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 228 I Gde Parimartha. 2002. Perdagangan dan Politik di Nusa Tenggara 18161915, Jakarta Penebit Djambatan. Jusuf Abdulrahman, et al., 2001. Temate Bandar Jalur Sutra, JakartaLlTS. Kotoppo, L. 1984. Nuku Perjuangan Kemerdekaan di Maluku Utara, Jakartra Sinar Harapan. Kontowijoyo, 2001. Pengantar llmu Sejarah, Yogyakarta Yayasan Benteng Wijaya. Lindblad, J. Thomas et al., 1998. Sejarah Ekonomi Modern lndonesia Ed., Jakarta Pustaka LP3ES. Rustam Hasim, “Dari Mitos Tujuh Putri hingga legitimasi Agama; Sumber kekuasaan Sultan Ternate,” Leirissa, et. al., 1999. Temate Sebagai Bandar Jalur Sutra, Jakarta Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Diroktorat Sejarah dan Nilai Nasional, Depdikbud, Rl. Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate ... Budaya dan bahasa di Negara RI beragam dan jumlahnya banyak di dukung dengan wilayah yang luas dan beragam. Salah satu wilayah di RI yakni Ternate sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara Hasyim, 2019. Ada beberapa etnis dan bahasanya di wilayah daerah itu. ...Shinta Bella ApriliaRina P. PamantungErenst MantiriBudaya adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Linguistik antropologi memandang dan mengkaji bahasa dari sudut pandang antropologi, budaya, dan bahasa untuk menemukan makna di balik pemakaiannya. Nama-nama makanan tradisional bahasa Ternate ternyata masih jarang dilakukan sehingga perlu sekali ditelusuri termasuk nama makanan tersebut lainnya. Sebagaimana diketahui, nama makanan dalam bahasa Ternate yang sering muncul seperti papeda dan bagea kenari, asida, dan agi guraci, padahal nama makanan masih banyak yang lain. Kompleksitas makanan khas Ternate terletak pada keberadaannya yang dianggap sebagai fenomena budaya di Indonesia yang memiliki gejala-gejala budaya dengan kekhasan/keunikan tersendiri karena realitas sekarang nama makanan adalah salah satu peninggalan budaya yang awet dan lestari sehingga masih bertahan saat ini dengan pemunculan leksikon berupa nama makanan khas dalam bahasa Ternate. Tujuan dari penelitian yakni mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan bentuk lingual sistem penamaan makanan dalam bahasa Ternate, menganalisis dan mendeskripsikan makna yang dikandung oleh makanan dalam bahasa Ternate.... Kornelis Matelief de Jonge in 1607 built a fort in the city, which was named Fort Oranje. The fort was previously named Malayu Hasyim, 2019. ...Rustam HasyimNoble people from the circle of Sultanate of Ternate construct and maintain their power base by creating the magical aspect of religious and Culture. This hegemonic strategy allowed this group to pose a certain powerful position and to have a certain place in the heart of the people of Ternate. There are, at least, four important heritage elements in the Sultanate of Ternate used as a strategy to form and strengthen their position. The first is the doctrine Jou se Ngofangare king and servant which means Sultan as the representation of God's power macro cosmos. Second is the mythical Seven Princess, which justifies the Sultan position by using magical-religious as a means to gain people consent. Third, this group tends to use their noble title and heirloom as signs of charisma and sacred magical power. Those heirlooms such as sword and title function to legitimize the Sultan as ruler. Fourth, Kadaton palace which produces cultural meaning as the highest indigenous identity and the source of magical beliefBijdngen tot de Kennmis der Residentie TemateF S A ClercqClercq, 1820. Bijdngen tot de Kennmis der Residentie Temate. Leiden dan Perubahan Sosial Studi Tentang Hubungan Antar lslamDjoko SuryoDjoko Suryo, et. al., 2001. Agama dan Perubahan Sosial Studi Tentang Hubungan Antar lslam, Masyarakat dan Struktur Sosial Politik, Yogyakarta UGM Ternate sejarah sosial, ekonomi, dan politikS MuhammadMuhammad, S. 2004. Kesultanan Ternate sejarah sosial, ekonomi, dan politik. dan Raja Ampat Konsep dan Strategi PenelitianE K M M. Masinambaw. 1980. Halmahera dan Raja Ampat Konsep dan Strategi Penelitian, Jakarta dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makasar Pada Abad ke-19L EdwardPoelinggomangEdward L. Poelinggomang. 1991. Proteksi dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makasar Pada Abad ke-19", Amsterdam Academisch Proefschrieft de Vrije Universiteit te soa organisatie en Viedeling Een Studie van Traditionele Samenleeving en Cuoltuur in lndonesieFraassenFraassen, F van. 1987. Ternate de Molukken en de Indonesische Archipel. Van soa organisatie en Viedeling Een Studie van Traditionele Samenleeving en Cuoltuur in lndonesie". Disertasi Leiden. Tidore HN - Masyarakat serta Panitia Festival Kampung Nelayan Tomalou (FKNT) mengisi malam pergantian tahun 2021 dengan menggelar zikir akbar di Masjid Agung Nurul Bahar Tomalou, Kota Tidore Kepulauan, Jumat, 31 Desember 2021.. Sebelumnya, rangkaian acara ini dimulai sejak sore hari dengan melaksanakan ziarah kubur di setiap lingkungan, seperti Makam Sultan Tidore Syaifudin alias Jou Kota Kejayaan Ternate sebagai salah satu bandar niaga terkemuka di wilayah Timur Nusantara telah membawa perubahan besar bagi sebagian rakyatnya. Di bawah pimpinan Sida Arif Malamo 1322-1331, Ternate menjadi pintu masuk utama perniagaan Maluku, mengungguli saudaranya, Tidore. Para pedagang dari Cina, Arab, dan Gujarat pun berlomba menarik hati rakyat di daerah penghasil cengkih raja cengkih kualitas terbaik itu untuk menjalin hubungan dagang dengan negeri mereka. Di tengah aktivitas niaga tersebut, ajaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab mulai dikenal rakyat Ternate. Keinginan untuk memperdalamnya pun mulai dirasakan sebagian dari mereka, terutama yang sering bersinggungan dengan orang-orang Arab itu. Namun hingga pertengahan abad ke-15, proses Islamisasi di sana belum sepenuhnya dapat diterima rakyat Ternate. Tidak adanya dukungan dari para penguasa membuat Islam sulit berkembang kala itu. Barulah pada masa pemerintahan Marhum 1431-1486, di akhir kekuasaannya, ajaran Islam mulai mendapat tempat dan diterima banyak penguasa Ternate. Perkembangannya saat itu cukup intens. Bahkan, menurut M. Adnan Amal dalam Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, Marhum membawa Islam ke lingkungan terdalam istana. “Putra Marhum, Zainal Abidin, memperoleh didikan Islam sejak kanak-kanak hingga dewasa di bawah bimbingan juru dakwah terkenal, Datu Maulana Husein, yang dapat dianggap sebagai pembawa Islam ke Maluku, khususnya ke Ternate,” ungkap Adnan. Juru Dakwah dari Gresik Menurut Mundzirin Yusuf dalam Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Datu Maulana Husein berasal dari Minangkabau. Dia datang ke Ternate pada 1465 sebagai pedagang dan juru dakwah dari Gresik. Datu Maulana Husein berhasil menjalin hubungan persahabatan dengan Marhum. Berkat itu, dia mampu menyebarkan ajaran Islam di lingkungan istana Ternate. “Dia pandai membaca Al-Qur’an dan suaranya amat merdu. Hampir setiap malam dia membaca kitab suci itu dengan tilawah yang baik dan menarik pribumi Ternate. Akibatnya, banyak pribumi Ternate datang ke rumahnya sekedar mendengar tilawah Al-Qur’an, dan jumlahnya semakin membengkak dari hari ke hari,” kata Adnan. Dengan cara tersebut Maulana Husein mampu menarik minat rakyat Ternate untuk mengenal Islam. Di antara mereka juga banyak yang meminta diajarkan cara membaca Al-Qur’an. Di kediamannya, Maulana Husein lalu membuka pengajian dan sekolah untuk mengajarkan ajaran Islam secara lebih dalam kepada siapapun yang ingin mempelajarinya. Masyarakat pun berbondong-bondong mendatangi Maulana Husein untuk menjadi seorang muslim. Di lingkungan istana, setelah berhasil mengislamkan Marhum, Maulana Husein memberikan pengajaran Islam kepada seluruh keluarga istana dan pejabat istana. Dia mengajarkan tata cara shalat, membaca Al-Qur’an, dan ajaran Islam lainnya. Raja juga memerintahkan semua orang untuk memeluk Islam. Menurut Adnan, Marhum menjadi raja pertama Ternate yang dimakamkan secara Islam. Murid Sunan Giri Zainal Abidin meneruskan takhta Ternate setelah ayahnya, Marhum, wafat pada 1486. Dia ditetapkan sebagai sultan pertama negeri tersebut. Di bawah pemerintahannya, Islam menjadi agama resmi kerajaan Ternate. Zainal Abidin melakukan perubahan-perubahan besar di Ternate, di antaranya gelar Kolano yang digunakan raja berubah menjadi Sultan; Ternate secara resmi menjadi kesultanan; mempertegas kedudukan agama Islam di pemerintahan; dan membentuk Lembaga Jolebe yang bertugas membantu tugas harian Sultan di bidang agama jolebe berjubah putih dan pemerintahan jolebe berjubah hitam. “Perubahan struktur dan kelembagaan Kesultanan Ternate telah membawa pengaruh besar terhadap kerajaan-kerajaan lainnya di Maluku. Kerajaan-kerajaan seperti Tidore dan Bacan, akhirnya juga terpengaruh dan menerapkan struktur dan kelembagaan kerajaannya mengikuti struktur dan kelembagaan baru yang diintroduksi Ternate,” tulis Adnan. Baca juga Akhir Tragis Sultan Ternate di Tangan Portugis Dasar pendidikan agama yang diperoleh Zainal Abidin selain berasal dari gurunya, Datu Maulana Husein, juga berasal dari salah seorang Wali Songo, yakni Sunan Giri. Pada 1495, dengan didampingi Maulana Husein, Zainal pergi ke Gresik untuk memperdalam Islam di madrasah milik Sunan Giri. Menjadi murid seorang Wali Songo memang menjadi cita-cita Zainal Abidin sejak remaja. Berkat cerita yang selalu disampaikan gurunya, dia selalu membayangkan sosok para penyebar ajaran Islam di tanah Jawa tersebut. Zanal Abidin menjadi satu-satunya sultan asal Maluku yang menimba ilmu dari seorang Wali Songo. Di sekolah teman-temannya memberi nama kecil untuk Zainal Abidin, yakni Sultan Bualawa Sultan Cengkih. Dikisahkan De Graaf dan TH. Pigeaud dalam Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, Zainal Abidin dikenal handal dalam berpedang. Pernah suatu hari, dia bertemu seorang pemuda yang mengamuk dan hendak menyerang Sunan Giri. Dengan sigap, Zainal Abidin mencabut pedangnya dan dengan satu tebasan membelah kepala orang tersebut. De Graaf juga menyebut ada kisah yang menyebut keahilan berpedangnya dapat membelah sebuah batu karang. Selama di Giri, Zainal Abidin menjalin hubungan baik dengan penguasa dan orang-orang berpengaruh lainnya. Ketika hendak pulang ke tanah airnya, dia mengajak sejumlah ahli agama ke Ternate untuk mengajarkan agama dan budaya Islam. Satu yang cukup terkenal di antara mereka adalah Tuhubahahul. Para ulama tersebut diberi tugas sebagai guru agama, mubaligh, dan imam di Kesultanan Ternate. Pada 1500, Zainal Abidin wafat. Dia digantikan oleh Bayanullah, yang di kalangan orang Barat dikenal dengan nama Sultan Boleif atau Abu Lais. Pada masa pemerintahannya, aturan-aturan yang bertujuan memantapkan syairat Islam di segala segi kehidupan masyarakat Ternate dibuat. Dan para pelanggar aturan tersebut akan diganjar hukum berat. Baca juga Islamisasi Minangkabau Beberapa peraturan yang dibuat Bayanullah, di antaranya pembatasan poligami, larangan pergundikan, pemangkasan biaya pernikahan yang berlebihan, dan peraturan berpakaian bagi perempuan. Peraturan lain yang dikeluarkan untuk mempertegas kedudukan Islam adalah kewajiban memeluk agama Islam bagi semua rakyat Ternate. “Setelah Zainal Abidin, Bayanullah dapat dipandang sebagai tokoh paling berjasa dalam penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah Kesultanan Ternate. Di samping itu, Bayanullah merupakan sultan yang paling signifikan jasanya dalam implementasi prinsip-prinsip Islam ke dalam struktur dan lembaga-lembaga Kesultanan Ternate. Dia juga sukses mengeluarkan rakyatnya dari politeisme ke moniteisme Islam,” ungkap Adnan. JAKARTA (13/06/2022) Personil Denpom XVI/1 Ternate di pimpin Dandenpom XVI/1 Ternate Letkol Cpm Agustinus K Lerebulan S.H, MH melaksanakan Kegiatan Apel Gelar Pasukan dalam rangka Operasi Kepolisian "Patuh Kie Raha 2022" Polda Maluku Utara, yang berlangsung di Lapangan Apel Mapolda Maluku Utara, dan selaku Komandan Apel Kapolda Maluku Utara, Irjen Pol Risyapudin Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. i Indonesia, Islam adalah agama mayoritas yang dianut oleh penduduknya, dan bahkan menjadi umat Islam terbesar di dunia. Padahal, berdasarkan sejarah Islam bukanlah agama pertama yang masuk ke Indonesia namun, justru kedudukan Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia terbilang sangat indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, menunjukan bahwa Islam mampu memberi perubahan di tengah perbenturan sosio-kultural tersebut. Dan Islam kini menjadi bagian penting dari setiap sendi kehidupan masyarakat Indonesia, bahkan hingga pada aktivitas adat istiadat. Kota Ternate menjadi salah satu daerah dengan eksistensi budaya yang masih terbilang aktif hingga kini. Daerah yang terletak di sebelah barat pantai halmahera ini dulunya terkenal dengan masyarakatnya yang memiliki kepercayaan pada hal-hal yang berbau ghaib, serta mereka percaya bahwa ada kekuatan besar yang mengendalikan alam semesta. Sehingga saat Islam masuk dengan membawa konsep ketuhanan, menjadikannya cukup mudah untuk diterima masyarakat walaupun Islam tetap harus berhadapan terlebih dahulu dengan beberapa benturan sosio-kultural. Kini setelah mampu melewati benturan tersebut, Islam tumbuh pesat di Ternate bahkan dijadikannya Islam sebagai agama resmi kerajaan Ternate. Resminya Islam sebagai agama kerajaan, membawa banyak perubahan besar dalam setiap aktivitas masyarakat kerajaan Ela-ela merupakan pembakaran obor yang diartikan dalam bahasa ternate."Ela-ela" adalah sebuah istilah lokal Ternate berarti "menyalakan obor", yang kebetulan secara lafal memiliki bunyi yang dekat dengan kata "Lailah" sebagai bagian dari istilah "Lailatul Qadar".Tradisi ini selalu diselenggarakan setiap tahun pada bulan suci ramadhan menyambut malam lailatul Qadar. Bagi umat muslim Lailatul Qadar adalah malam yang penting yang terjadi dalam bulan ramadhan dan dekat dengan Hari Raya Idul Fitri. Lailatul Qadar juga diperingati sebagai malam diturunkannya kitab suci Al-Quran. Seperti tradisi masyarakat Kota Ternate saat tiba waktu malam Lailatul Qadar. Festival ela-ela di kota Ternate menjadi tradisi turun temurun yang masih dipertahankan hingga saat ini,pada kegiatan festival ela-ela berisi ritual penyambutan malam lailatul Qadar dan diawali dengan pembacaan doa di kedaton kesultanan ini diikuti oleh seluruh masyarakat kota ternate. Seluruh warga kota ternate membakar obor di depan halam rumahnya dari malam hingga pagi tak hanya obor ada pula warga yang menambahkan damar sehingga hampir seluruh wilayah kota ternate tercium aroma harum bau damar. Tradisi membakar obor ini sudah diwariskan sejak ratusan tahun masyarakat di malam 27 ramadhan akan turunnya malaikat dari itu masyarakat menyambut dengan cara menerangi kampung dengan obor dan mengharumkan dengan konfirmasi ayat Alquran bahwa "Jibril dan para Malaikat akan turun ke Bumi pada malam Lailatul Qadar" QS. Al-Qadr{97}ayat 4.Malam Ela-ela sejatinya adalah cara cerdas Ulama Ternate masa lalu mewariskan ajakan untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan, khususnya 10 malam terakhir. Keriuhan masyarakat dengan pernak-pernik obor adalah wadah yang sejatinya perlu dimanfaatkan sebagai ajang memperbanyak Ibadah di malam Lailatul Qadar. Sebuah tafa'ul ekspresi harapan berupa ritual yang sejatinya kental dengan nilai spiritual dari sekian tradisi luhur pada beberapa daerah lain di Indonesia. Warisan tradisi kadang lebih menitikberatkan ritual dan prestise daerah dalam bingkai ekspos keragaman budaya. Sementara nilai dan spirit yang terkandung di dalamnya tidak jarang terabaikan dan tenggelam dalam hiruk-pikuk kehebohan kedepannya tradisi Ela-ela dapat dikemas secara utuh. Lengkap dari sisi ritual dan sarat dengan nilai luhur yang diresapi oleh masyarakat. Lihat Ilmu Sosbud SelengkapnyaKBRN Tidore : Pemuda Soa-Sio Kota Tidore Kepulauan menggelar Pawai Obor dengan tema Masoninga Soa-Sio menyambut Malam Lailatul Qadar yang jatuh pada malam ke- 27 Ramadhan 1443 H. Kegiatan tersebut dihadiri Staf Ahli Walikota Bidang Ekonomi Pembangunan dan Keuangan Kota
Islam masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan pada abad ke-7. Sumber Situs Resmi NUIslam diyakini masuk ke nusantara pada abad ke-7 melalui perdagangan. Islam kemudian semakin berkembang sejak munculnya kerajaan-kerajaan satu wilayah yang mengalami perkembangan agama Islam secara pesat adalah Maluku. Terdapat dua kerajaan yang menjadi pilar peradaban Islam di Maluku, yakni Kerajaan Ternate dan Kerajaan memahami perkembangan Islam di kedua kerajaan ini, simak penjelasan di bawah TernateMenurut Ahmad M Sewang dan Wahyuddin dalam buku yang berjudul Sejarah Islam Indonesia, kerajaan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam yang besar di Maluku, selain kerajaan Tidore, Bacan dan Ternate didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257 M. Kerajaan ini berperan penting dalam kejayaan Nusantara di kawasan Timur, mulai dari abad ke-1 hingga abad ke-17. Hal ini karena wilayah Ternate yang terkenal dengan kekayaan pertama dari kerajaan Ternate adalah Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano raja pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo 1257-1272 M.Pada awal masa pemerintahan, kerajaan Ternate dipimpin oleh para kolano raja hingga akhirnya pada abad ke-15, kerajaan Ternate mulai dipimpin oleh seorang beberapa sultan yang pernah memimpin Kerajaan Ternate, yakniSetelah meninggalnya Kolano Mahrum pada 1486, sang anak Zainal Abidin naik ke kursi kerajaan. Zainal merupakan pemimpin pertama Kerajaan Ternate yang menggantikan gelar kolano menjadi Abidin adalah murid Sunan Ampel dan jebolan sekolah agama Islam Gresik asuhan Sunan Ampel. Ada beberapa kebijakan dari Sultan Zainal Abidin ketika memimpin kerajaan Ternate, yakniMenjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan sejak itu menjadi lembaga kesultanan yang baru, yaitu Jolebe atau Bobato seorang sultan sebagai pembina agama Islam atau “Amir ad-Din” yang membawai Babullah merupakan salah satu sultan yang pernah memimpin kerajaan Ternate. Sumber KemdikbudSultan Bayanullah merupakan putra dari Sultan Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, corak keislaman dari kerajaan Ternate mulai ini disebabkan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Sultan Bayanullah, di antaranyaLarangan kumpul kebo dan diwajibkan berpakaian secara pantas dan memakai cidaku cawat bagi laki-laki Khairun merupakan sultan yang pernah memimpin perlawanan rakyat Ternate terhadap bangsa Portugis. Namun, akhirnya kedua belah pihak bersepakat untuk melakukan ia dikhianati oleh orang Portugis yaitu Lopez de Mesquita, dengan cara dibunuh dan dilempar ke meneruskan perjuangan ayahnya Sultan Khairun, Sultan Babullah memilih untuk memimpin pasukan rakyat Ternate untuk mengusir bangsa Portugis. Usaha tersebut tidak sia-sia. Portugis berhasil diusir oleh Sultan TidoreKerajaan Tidore merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Kerajaan ini didirikan oleh saudara dari pendiri kerajaan Ternate Mayshur Malamo, yakni Sahajati atau Raja dari buku Sejarah Umat Islam karya Hamka, Raja Ciriliyati adalah orang pertama Tidore yang masuk agama Islam. Setelah masuk Islam, ia diberi gelar Sultan juga mengeluarkan beberapa kebijakan yang mendukung proses percepatan penyebaran agama Islam. Salah satunya dengan membangun madrasah-madrasah dan masjid-masjid sebagai sarana pendidikan dan ibadah satu peninggalan kerajaan Tidore yang menjadi tanda peradaban Islam adalah Masjid Tidore. Sumber KemdikbudSelain Raja Ciriliyati, ada beberapa raja yang pernah memimpin kerajaan Tidore, yakni1. Sultan Nuku JamaluddinSultan Nuku atau Jamaluddin merupakan salah satu sultan yang membawa kejayaan kepada rakyat Tidore. Ia bahkan pernah memimpin perlawanan rakyat Tidore yang melawan Sultan Nuku dan keluarga ditangkap oleh koloni Belanda dan dibawa ke Batavia hingga akhirnya dibuang ke Sri Sultan Nuku Jamaluddin, sultan lain yang berhasil memajukan kerajaan Tidore adalah Sultan Kaicil Nuku. Ia bahkan diberi gelar Sri Maha Tuan Sultan Syaidul Jihad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mabus Kaicil Paparangan Jou Kaicil Nuku memberikan beberapa kebijakan politik di masa kepemimpinannya, yaituMempersatukan seluruh kesultananTidore sebagai suatu kedaulatan yang kembali empat pilar kekuasaan Kesultanan sebuah persekutuan antara keempat kesultanan Maluku. Mengenyahkan kekuasaan dan penjajahan asing dari yang mendirikan Kerajaan Ternate?Siapa raja pertama Kerajaan Ternate?Sebutkan salah satu kebijakan Sultan Zainal Abidin di Kerajaan Ternate! oXdmk.