Danjuga ada pengertian lain mengenahi tauhid dengan Pertama: Ilmu tauhid, ialah "ilmu yang membahas d an melengkapkan segala hujjah, terhadap keimanan, berdasarkan dalil-dalil akal serta menolak dan menangkis segala paham ahli bid'ah yang keliru, yang menyimpang dari jalan yang lurus".
Ilmu Tauhid Fiqih Dan Tasawuf – – Tauhid, Fiqh, Tasawwuf adalah landasan untuk mendukung ilmu-ilmu lain, agama dan bersifat umum. Islam tidak melarang umatnya untuk memperoleh dan mempelajari ilmu apapun. Sebaliknya, Islam menganjurkan dan memerintahkan umatnya untuk mencari ilmu di negeri-negeri yang jauh dan mempelajarinya sampai mati. Namun, di antara berbagai jenis ilmu yang ada, ada tiga ilmu utama yang wajib diketahui dan dipelajari. Terjemah Tauhid Sanusiyah ummul Barahin Ketiga ilmu ini menjadi dasar untuk mendukung ilmu-ilmu lain, agama dan alam. Apa tiga ilmu yang dicari dan dipelajari oleh seorang Muslim? Inilah penjelasannya. Ilmu tauhid adalah ilmu tentang satu Tuhan dan yang harus kita yakini. Allah SWT memiliki 20 wajib, 20 wajib dan 1 jenis Jaiz. harus dilihat. Ada 4 mode wajib, 4 mode mustahil dan 1 mode Jazz untuk Nabi. Lalu, ada 10 nama malaikat yang wajib diketahui oleh seorang muslim. Kemudian ada 25 nama nabi dan rasul yang ditemukan bersama. Ilmu tauhid mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan rukun iman yang harus dipenuhi dan dipenuhi oleh semua orang yang menyebut dirinya muslim. Ilmu tauhid mengajarkan kita bagaimana benar-benar mengetahui Keesaan Allah SWT. Fiqh adalah ilmu tentang segala aturan agama dan pelaksanaan syariat Islam. Bagaimana cara mengukuhkan shalat dan kegiatan keagamaan lainnya yang kita lakukan, bagaimana cara berwudhu yang benar, apa saja yang membatalkan puasa, bagaimana tata cara dan aturan sedekah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pemenuhan ritus keagamaan dalam Islam dll. lanjut Informasi Penerimaan Santriwan/santriwati Baru Tahun Ajaran 2022/2023 Karena ibadah adalah cara kita beriman dan berserah diri kepada Allah SWT, maka semua ilmu itu membantu kita untuk beribadah dengan benar dan wajib hukumnya. Setelah mengurapi keimanan kita kepada Allah SWT. Setelah mereformasi dan mereformasi apa yang kita sembah. Maka, langkah selanjutnya adalah menyelesaikannya dengan ilmu yang mengajarkan kita akhlak yang mulia dan hati yang suci. Budaya adalah cara seseorang percaya dalam konteks hubungan yang lebih luas dengan orang lain. Padahal Tasawwuf membantu dan memudahkan untuk benar-benar melihat kehadirat Allah SWT. Karena ketiga ilmu di atas bersifat dasar, maka harus diperoleh dan dipelajari dari sumbernya. Membaca buku atau belajar sendiri saja tidak cukup. Jika demikian, bukan tidak mungkin apa yang akan ditemukan, itu salah dan tidak benar, tidak benar. List Kitab › Artikel ini akan membahas lima ayat Al-Quran yang memberikan nilai-nilai filosofis, mengenai persamaan hak antara laki-laki dan perempuan… Keumalahayati mendapat pendidikan informal seperti mengaji di balai desa surau dengan mempelajari hukum-hukum Islam dari agama yang diyakininya. dia adalah … Kisah seorang wanita yang menyuarakan keadilan telah hidup sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang kisahnya dimuat dalam Al Qur’an yaitu dalam Qs…. Wanita Muslim dapat memilih untuk melakukan era baru ini untuk mencontoh kehidupannya. Mereka memiliki keterampilan bisnis, mereka memiliki kepercayaan diri dan etika… Tasawuf Dan Fiqih, Bertentangan Kah? Sudah menjadi tradisi di masyarakat muslim, ketika ada kerabat atau anggota keluarga yang meninggal dunia, selalu … Wanita, anak perempuan dan siswa sekolah Islam di Indonesia selalu menutupi kepala mereka dan mengenakan pakaian ketat, tetapi dengan persetujuan… Ijtehad dan mujtahid adalah dua istilah yang harus dipahami sebelum mencoba melakukannya. Hari ini, kita mendengar dari… Ada berbagai bentuk fundamentalisme. Fundamentalisme agama adalah salah satunya. Setiap agama memiliki kelompok ekstremis, meskipun biasanya ada yang kecil di dalam kelompok tersebut… October 26, 2020 1441 October 26, 2020 1441 Update June 4, 2021 0744 1557 1 0 Jual Terjemah Risalah Jamiah Tauhid Atasmu, dan cinta serta berkah Tuhan. Saya Melinda dari TBI 2, T20186072. Disini saya akan mencoba menulis esai untuk melengkapi mata kuliah Ilmu Fiqh UTS. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan para pembaca, Amin. Saya akan membahas hubungan fikih dengan ilmu-ilmu lain. Ayo pergi ~~~ Hubungan antara ilmu fikih dan ilmu tasawuf ibarat jiwa dan raga, jika tidak satu dengan yang lain maka tidak akan bekerja. Contoh dalam kajian ilmu tasawwuf mempelajari tentang usaha mengagungkan kesalehan, sekarang dalam ilmu fiqih hanya membahas tentang rukun shalat, tidak membahas tentang kebenaran dalam melaksanakan shalat, kebenaran ini sudah dibahas dalam ilmu. Tasawf Jadi jelaslah bahwa ilmu Fiqh berkaitan dengan ilmu tasawuf. Keterkaitan antara ilmu Fiqh dan ilmu Kalam berarti bahwa ilmu Kalam membahas masalah-masalah ketuhanan yang berkaitan dengan konsep-konsep kekuasaan. Jadi, sebenarnya sebelum menulis tentang mazhab ketuhanan, ia mendalami ilmu hukum Islam dalam ilmu fikih. Kaitan ilmu fikih dengan ilmu filsafat, sebelum para filosof mendirikan mazhab pasti mempelajari hukum-hukum atau asas-asas hukum, apakah sesuatu itu benar atau salah, maka filsafat dan fikih sangat erat kaitannya. Buku Terjemah Al Hikam Al Hikam Kajian Hikmah Hikmah Ilmu Iman Amal Tauhid Toriqot Dan Tasawuf Syekh Ahmad Ibnu Athoillah Al Iskandari Terbit Terang Kaitan antara ilmu ilmu tauhid dan ilmu tauhid adalah ilmu tauhid kita belajar tentang keimanan kepada Allah untuk dijadikan pedoman dalam ilmu fikih, seperti aturan sholat, rukun iman, dll. . Alhamdulillah informasi yang saya sampaikan selama ini mungkin sudah cukup. Maaf jika kata-kata dan penjelasannya salah. Sekian dan terima kasih 🙂 Ilmu Fikih, Ilmu Tasawuf, Ilmu Kalam, Ilmu Filsafat, Ilmu Tauhid, Keterkaitan Ilmu Fikih dengan Ilmu lainnya, Tugas-tugas dalam Humaniora.’ Para ahli, dan argumen. Imam al-Ghazali mengatakan dalam Ar-Risalah al-Laduniya bahwa ilmu terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu ilmu sayriyyah ilmu agama dan ilmu aqli ilmu rasionalitas. Ilmu Tasawuf Makalah Ilmu sayri agama terbagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu al-Shul ilmu tentang prinsip-prinsip agama, dan ilmu al-furu ilmu tentang amalan-amalan keagamaan. Kategori ilmu al-Ushul sebagai bagian dari ilmu Syari meliputi ilmu tauhid, ilmu logika ilmu Al-Qur’an dan tafsirnya, dan Ilmu al-Akhbar ilmu hadits. Nabi dan ilmunya. Ilmu al-ushul tergolong ilmu teoritis ilmian. Ilmu al-Furu ilmu keyakinan agama tergolong ilmu penelitian amaliyya dalam konteks ilmu sayri. Informasi ini memiliki tiga peran. Pertama, Haqq Allah mengacu pada rukun agama seperti tahrah, shalat, zakat, haji, jihad, dzikir dan kebajikan dan sunnah. Kedua, tanggung jawab sebagai hamba Tuhan, termasuk hubungan profesional, hubungan sosial, dan aktivitas antar manusia. Jenis pertama dan kedua disebut fiqh. Ilmu ini mulia karena manusia tidak dapat dipisahkan darinya. Yang ketiga adalah moralitas itu sendiri, yang dikenal sebagai ilmu moralitas. Ada hak untuk dikutuk, dan orang harus menghancurkannya; Dan ada yang perlu dikagumi, yaitu mengagungkan semangat masyarakat. Ilmu Akaliya ilmu pikiran adalah ilmu yang kompleks. Informasi ini dibagi menjadi tiga tingkatan. Yang pertama adalah ilmu ar-riyadhi matematika, atau aritmatika dan ilmu mantiki logika. Yang kedua adalah ilmu At-Tabiyyah ilmu alam atau biologi. Yang ketiga adalah ilmu nathar fil maujud ilmu menyelidiki segala sesuatu yang ada. Miqot Vol. Xxxviii No. 1 Januari Juni 2014 By Miqot Jurnal Ilmu Ilmu Keislaman Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu tauhid mengetahui sifat dan karakter Tuhan, nubuatan, kematian dan kehidupan, hari kiamat dan apa yang akan terjadi pada hari kiamat. Prinsip utama tauhid adalah tentang Allah hu Qadim sebelum, tanpa permulaan. Syaikh al-Khatib al-Baghdadi meriwayatkan bahwa Imam Junaid al-Baghdadi berkata Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling utama, karena yang diajarkan adalah bahwa hanya Allah Sang Pencipta saja yang Esa. Informasi ini harus dipelajari oleh setiap orang bijak. Para ulama ilmu ini adalah yang paling cerdas. Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah, pembahasan tauhid harus didasarkan pada dalil-dalil dan dalil-dalil kath’i tertentu dari al-Qur’an, hadits, ijma ulama dan dalil-dalil akal sehat. Imam al-Ghazali berkata dalam Ar-Risalah al-Laduniya Karya Al-Nazharأأوي اللأيد البايولNA Kota Tangerang kota_tangerang Dalam ilmu keimanan, para ulama nadhar logika bersandar pertama pada ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian pada hadits Nabi, dan terakhir pada argumentasi rasional dan argumentasi sosial. Al-Quran al-Karim adalah sumber argumentasi dan pendapat. Al-Qur’an adalah dalil yang membuktikan kebenaran sabda Nabi Muhammad SAW dan dalil yang membuktikan kebenaran atau ajarannya. Al-Qur’an adalah kitab Allah terakhir yang meneguhkan surat-surat kitab-kitab Ilahi sebelumnya. Allah memerintahkan dalam Al Qur’an bahwa umat Islam harus selalu menyerahkan masalah perselisihan kepada Allah dan Rasul-Nya Artinya “Maka, jika kamu menentang sesuatu, serahkanlah kepada Allah Qur’an dan Rasul Sunnah.” QS. Al-Nisa’ 59. Mengembalikan masalah kepada Allah adalah mengembalikan Al-Qur’an. Nah, merujuk masalah kepada Nabi adalah merujuk pada sunnah Nabi yang sebenarnya. Apa Itu Fiqih? Hadits juga merupakan sumber untuk memutuskan pendapat dalam Islam. Namun, tidak semua hadits dapat dijadikan landasan untuk mendirikan aqidah. Hadis-hadis yang dapat dijadikan dasar pendirian aqidah adalah hadits-hadits yang para perawinya sepakat, dan dapat dipercaya oleh para ulama. Meskipun hadits-hadits tersebut diperdebatkan oleh para perawi, namun tidak dapat dijadikan landasan untuk menegakkan suatu keyakinan sebagaimana yang disepakati oleh para ahli hadits dan para ahli hukum, yang membersihkan Allah dari jenis-jenis makhluk hidup. Menurutnya, untuk menentukan keimanan, tidak cukup hanya mengandalkan hadits yang diriwayatkan oleh aliran Daif, meski dipengaruhi oleh perawi lain. لاَ تَثْبُتُ الصِّفَةُ ِللهِ بِقَوْلِ صَحَابِيٍّ اَوْ تَابِعِيٍّ إِلاَّ بِمَا صَحَّ مِنَ اْلاَحَادِيْثِ النَّبَوِيَّةِ الْمَرْفُوْعَةِ الْمُتَّفَقِ عَلَى تَوْثِيْقِ رُوَاتِهَا، فَلاَ يُحْتَجُّ بِالضَّعِيْفِ وَلاَ بِالْمُخْتَلَفِ فِيْ تَوْثِيْقِ رُوَاتِهِ حَتَّى لَوْ وَرَدَ إِسْنَادٌ فِيْهِ مُخْتَلَفٌ فِيْهِ وَجَاءَ حَدِيْثٌ آخَرُ يَعْضِدُهُ فَلاَ يُحْتَجُّ بِهِ Artinya Sifat Tuhan tidak bisa ditentukan berdasarkan pendapat sahabat atau tabiyin. Sifat Tuhan dapat ditentukan berdasarkan hadis-hadis dari Nabi yang perawinya boleh dipercaya. Oleh karena itu, hadits Zaif dan hadits yang riwayatnya disengketakan tidak dapat dijadikan dalil dalam hal ini, maka jika sanadnya disengketakan, ada hadits yang mendukungnya, maka hadits tersebut tidak dapat digunakan. sebagai bukti. Hal itu juga disebutkan oleh al-Hafiz al-Bayhaqi dalam kitabnya al-Asma’ wa Akidah Akhlak_ma_kelas Xi_kskk_2020_compresspdf
Liputan6com, Jakarta Apa itu tasawuf mungkin masih belum dipahami semua umat muslim. Hal ini tentunya harus dihindari, karena tasawuf merupakan salah satu bagian dari ilmu Islam yang sangat penting dimengerti. Seperti diketahui, dalam Islam ada tiga ilmu dasar yang harus dipahami umat muslim. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat
Jakarta Sebagai umat muslim, kamu perlu mengenal istilah tasawuf. Tasawuf adalah bagian dari ilmu Islam yang penting. Dalam Islam, ada tiga ilmu dasar yang harus dipahami umatnya. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat Islam. Tasawuf adalah ilmu yang berfokus pada membangun diri untuk menjauhi hal duniawi. Tasawuf adalah ilmu yang memiliki berbagai versi asal sejarahnya. Beberapa pendapat mengungkapkan tasawuf adalah ilmu yang lahir di luar Islam. Sebagai umat Islam, tasawuf adalah ilmu yang penting diketahui. Tasawuf adalah salah satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk tetap hidup sederhana, jauh dari hal-hal duniawi. Tasawuf juga bisa diartikan sebagai proses manusia dalam berhijrah menuju kebaikan. Untuk lebih jelasnya, kali ini akan mengulas seara rinci mengenai tasawuf sebagai ilmu dasar yang penting dalam Islam. Dilansir dari simak ulasan selengkapnya berikut TasawufIlustrasi Sikap Tasawuf Credit atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian abadi. Tasawuf berasal dari kata sufi. Menurut Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat dari Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta, dalam TASAWUF Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya, ada sejumlah versi berbeda dalam mengartikan apa itu sufi atau tasawuf. Setidaknya ada ada enam pendapat dalam hal itu, yakni kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan hidup dalam kesederhanaan. kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf adalah seorang atau sekelompok orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan shaf pertama di sisi Allah Swt. kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk membersihkan jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus. Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan. Kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba wol. Meski punya definisi beragam, tasawuf punya arti yang satu yaitu upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi. Masih dalam sumber yang sama, tasawuf dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki mak‟rifat dan atau inti rasa Sikap Tasawuf Credit beberapa versi munculnya ilmu tasawuf. Ada yang percaya bahwa tasawuf sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ada pula yang meyakini tasawuf muncul setelah kerasulan Nabi. Tasawuf muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Ini berasal dari orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam sekitar abad ke-8 M. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" suffa, dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Tasawuf muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua TasawufIlustrasi Sikap Tasawuf Credit membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan tasawuf seseorang tidak berlebihan dalam hal duniawi dan tetap fokus pada iman dan takwa. Ada beberapa prinsip yang bisa dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan adalah Zikir Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz zikir. Fikr Meditasi Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri. Sahr Bangkit Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Ju'i Merasa Lapar Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati diri. Shumt Menikmati Keheningan Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju Tuhan. Shawm Puasa Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera eskternal. Khalwat Bersunyi Sendiri Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang banyak. Khidmat Melayani Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan diri.
hubunganfilsafat islam dengan ushul fiqh. BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kalam, fiqih, filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan obyek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang
Telah dituliskan 16 Juni 2015 Filed under Tak Berkategori HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN ILMU FIQIH DAN TASAWUF بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Hubungan Ilmu Tauhid dengan Ilmu Fiqh sangat erat dan saling menunjang tetapi ada juga perbedaannya yaitu pada sasaran pembahasannya. Ilmu Tauhid mengarahkan sasarannya kepada soal-soal kepercayaan aqidah sedangkan Fiqh sasarannya adalah hukum-hukum perbuatan lahiriyah mukallaf ahkam al-amaliah. Inilah sebabnya filsuf al-Araby mengatakan Ilmu Tauhid itu dapat menguatkan aqidah dan syari’ah yang dijelaskan oleh Allah SWT dan RasulNya. Sedangkan Ilmu Fiqh berusaha mengambil hukum sesuatu yang tidak dijelaskan oleh Allah SWT dan RasulNya baik aqidah mapun syari’ah. Sasaran Ilmu Tauhid hanya menyangkut soal-soal furu’ yang berhubungan dengan perbuatan. Seorang ahli Fiqh akan mengambil hukum-hukum ibadat dari dasar Tauhid, ke-Esa-an Allah SWT tanpa mempersoalkan masalah keTuhanan dan yang berhubungan dengannya. Karena bagian ini tergolong ke ahli Tauhid. Perbedaan kedua ilmu ini terletak pada methode dan obyeknya. Ilmu Tauhid mewarnai aqidah agama, dengan akal pikiran dan mengkontruksikannya atas dasar akal pikiran. Karena ilmu ini memang mengharuskan untuk memahami obyeknya dengan akal konprehensif sehingga ilmu tentang Tuhan baru akan diperoleh dengan jalan penyelidikan akal, tanpa meninggalkan nash-nash agama. Lain halnya dengan Ilmu Tasawuf, ia merasakan aqidah itu dengan hati nurani, tanpa memerlukan akal pikiran dan alasan logika tentang kebenarannya. Manusia cukup saja merasainya dengan hati karena cahaya yang datang itu berasal dari yang terletak di luar akal. Ilmu yang pasti benar yakin datangnya dari terkaan batin supposisi-hadas atau perasaan taste-intuisi-zauq-wijdan atau menyaksikan langsung dengan mata hati wahyu-revelation-discovery-kayf. Semua hasil ini sangat aneh dan berlainan dengan argumentasi-akal. Oleh karenanya tasawuf mengambil ilmu pengetahuan bukan dengan berguru dan bukan dengan membaca kitab, tetapi memperolehnya melalui pengalaman dan penyelidikan hati. HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN Al-QURAN TUJUAN ILMU TAUHID
Ilmufiqh sangat erat hubungannya dengan ilmu Tauhid, karena sumber ilmu fiqh yang pokok adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. [1] [1] Mengakui Al-Qur'an sebagai sumber hukum yang pertama dan paling utama, berangkat dari keimanan bahwa Al-Qur'an diturunkan Allah SWT dengan perantaraan malaikat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.Disini ilmu fiqh sudah memerlukan keimanan kepada Allah
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID uKBZzBMqNE3U2Zg5glpXhl6c0o1BEhjKJqT9sLKa2iIo85zFIbi4TA==
MengenalIlmu Tauhid, Pengertian serta Macam-Macamnya. Dinamakan ilmu tauhid karena pokok pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan keesaan (wahidah) Allah SWT dalam zat-Nya, dalam menerima peribadatan dari makhluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan. Dikutip dari Buku Akidah Akhlak Kelas X Madrasah
Jakarta Tasawuf adalah bagian dari ilmu Islam yang penting. Dalam Islam, ada tiga ilmu dasar yang harus dipahami umatnya. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat Islam. Tasawuf adalah ilmu yang berfokus pada membangun diri untuk menjauhi hal duniawi. Tasawuf adalah ilmu yang memiliki berbagai versi asal sejarahnya. Beberapa pendapat mengungkapkan tasawuf adalah ilmu yang lahir di luar Islam. 60 Kata Mutiara Islam Tentang Kehidupan Dunia, Jadikan Panutan 4 Macam-Macam Kalimat Tauhid yang Memahamkan Perwujudan Allah SWT Arti Surat Al Ashr, Makna dan Pembahasan Lengkapnya Sebagai umat Islam, tasawuf adalah ilmu yang penting diketahui. Tasawuf adalah salah satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk tetap hidup sederhana, jauh dari hal-hal duniawi. Berikut ulasan tentang tasawuf yang berhasil rangkum Kamis3/12/2020.Pengertian tasawufIlustrasi berdoa sumber iStockTasawuf atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian abadi. Tasawuf berasal dari kata sufi. Menurut Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat dari Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta, dalam TASAWUF Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya, ada sejumlah versi berbeda dalam mengartikan apa itu sufi atau tasawuf. Setidaknya ada ada enam pendapat dalam hal itu, yakni 1. kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan hidup dalam kesederhanaan. 2. kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf adalah seorang atau sekelompok orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan shaf pertama di sisi Allah Swt. 3. kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk membersihkan jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. 4. kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus. 5. Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan. 6. Kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba wol. Meski punya definisi beragam, tasawuf punya arti yang satu yaitu upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi. Masih dalam sumber yang sama, tasawuf dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki mak‟rifat dan atau inti rasa munculnya tasawufIlustrasi berdoa sumber iStockAda beberapa versi munculnya ilmu tasawuf. Ada yang percaya bahwa tasawuf sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ada pula yang meyakini tasawuf muncul setelah kerasulan Nabi. Tasawuf muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Ini berasal dari orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam sekitar abad ke-8 M. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" suffa, dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Tasawuf muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua tasawufIlustrasi Membaca Doa Credit membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan tasawuf seseorang tidak berlebihan dalam hal duniawi dan tetap fokus pada iman dan takwa. Ada beberapa prinsip yang bisa dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan adalah Zikir Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz zikir. Fikr Meditasi Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri. Sahr Bangkit Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Ju'i Merasa Lapar Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati diri. Shumt Menikmati Keheningan Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju Tuhan. Shawm Puasa Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera eskternal. Khalwat Bersunyi Sendiri Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang banyak. Khidmat Melayani Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan diri. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BUKUGURU ILMU KALAM X MA. by SYAIFUL ISLAM. Download Free PDF Download PDF Download Free PDF View PDF. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Akidah Akhlak. by Iqbal Firdany Firdany. Download Free PDF Download PDF Download Free PDF View PDF.
Menilai tasawuf sebagai sesuatu yang menyimpang bukanlah perkara ringan, apalagi tasawuf sudah ada sejak lama dan tumbuh bersama tumbuhnya fiqih Islam. Bila ada penyimpangan-penyimpangan, itu hanyalah penyimpangan oknum atau sekelompok orang yang menisbatkan diri kepada tasawuf. Penyimpangan suatu kelompok dalam satu gerbong ilmu sudah biasa terjadi, seperti dalam akidah, kita bisa lihat kelompok menyimpang seperti Khowarij dan Mujassimah, dalam fiqih juga, ada yang mutasahil seperti orang-orang liberal ada juga juga yang mutasyadid. Namun yang pasti, tasawuf sudah ada sejak generasi emas umat Islam dan keberadaanya diakui oleh para ulama, bahkan Ibnu Taimiyah w 728 H menulis kitab khusus tentang tasawuf yang beliau namai Fiqh at-Tasawuf. Sebagian umat Islam memandang tasawuf adalah sebagai sesuatu yang menyimpang dalam ajaran agama, mungkin karena persepsi yang keliru, padahal tidak boleh seseorang itu menghukumi sesuatu berdasarkan persepsi yang keliru, tetapi harus berdasarkan fakta dan kenyataan, salah satu ulama hijaz yang masyhur mengatakan dalam Syarh al-Ushul Min Ilmi al-Ushul, Hal. 604, ومن القواعد المعروفة المقررة عند أهل العلم الحكم على الشئ فرع عن تصوره؛ فلا تحكمْ على شئ إلا بعد أن تتصوره تصوُّرًا تامًّا؛ حتى يكون الحكم مطابقا للواقع، وإلا حصل خللٌ كبيرُ جدا Dan di antara kaidah yang sudah dikenal dan tetap di kalangan ahli ilmu adalah “hukum atas sesuatu terlahir dari persepsi atas sesuatu itu“. Maka janganlah kamu menghukumi sesuatu kecuali setelah kamu melihatnya dengan persepsi yang utuh, agar nanti hukum yang kamu berikan memang sesuai dengan kenyataan, kalau tidak seperti itu, maka akan timbul ketimpangan yang besar Seorang muslim ketika berkomitmen kepada Islam, maka dia akan mengambil seluruh ajaran dan ketentuan yang telah ditetapkan Islam. Mengambil sebagian ketentuan karena sesuai hawa nafsu dan meninggalkan sebagian karena tidak sesuai hawa nafsu adalah perangai buruk dari umat Yahudi dan merupakan sebab kebinasaan أَفَتُؤۡمِنُونَ بِبَعۡضِ ٱلۡكِتَٰبِ وَتَكۡفُرُونَ بِبَعۡضٍ ۚ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفۡعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمۡ إِلَّا خِزۡىٌ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا ۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ ٱلۡعَذَابِ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ Apakah kamu berIman kepada sebahagian AlKitab Taurat dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat Imam Ahmad w 241 H dalam musnadnya membawakan sebuah مهلا يا قوم، بهذا أهلكت الأمم من قبلكم، باختلافهم على أنبيائهم، وضربهم الكتب بعضها ببعض، إن القرآن لم ينزل يكذب بعضه بعضا، بل يصدق بعضه بعضا، فما عرفتم منه فاعملوا به، وما جهلتم منه فردوه إلى عالمه Tenanglah wahai kaum, inilah yang telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, mereka menentang Nabi yang diutus kepada mereka dan mempertentangkan sebagian Taurot dengan sebagian lainnya. Sesungguhnya al-Qur’an tidaklah diturunkan untuk mendustakan sebagian ayat dengan ayat lainnya, justru membenarkan satu sama lain. Apa yang telah kamu mengerti dari al-Qur’an maka amalkanlah, adapun yang kamu tidak mengeri, tanyakanlah pada orang alim yang mengetahui maksudnya kita perlu mengetahui prinsip ini, agar menjadi pengantar untuk pembahasan berikutnya, karena memang yang akan dibahas adalah suatu hadits yang harus dipahami dan diambil maknanya secara keseluruhan. Suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم duduk bermajelis bersama sahabatnya, tiba-tiba datang seorang yang nampak asing menghampiri majelis beliau, rambutnya sangat hitam, bajunya sangat putih, bersih dan rapih, tidak seperti seorang musafir yang telah melakukan perjalanan panjang. Kemudian orang ini mendekati Rasulullah صلى الله عليه وسلم, semakin dekat, sampai-sampai dia menempelkan kedua lututnya kepada lutut Nabi, kemudian meletakkan dua telapak tangannya ke atas dua paha Nabi, kemudian terjadilah tanya Jawab antara mereka berdua يََا مََُُحمدُ أََخْبِرْنِى عََنِ اَلإِسْلاَمِ، فََقَالَ رََسُوْلُ اَللهِ صََلى الله عليه وسلمَ اََلإِسْلاَمَُ أَنْ تََشْهَدَ أََنْ لَّا إلهَ إَِلَّا اَللهُ وََ أََن مََُُحمدًا رََسُوْلُ اَللهِ، وََتُقِيْمَُ الصلاَةَ، وَتُؤْتِي اَلزكَاةَ، وََتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتحج اَلْبَيْتَ إن اسَْتَطَعْتَ إَِلَيْهِ سَبِيْلاً. قََالَ َ صَدَقتَ. فَعَجِبْنَا لَه يَسْئلُهَُ وَيُصَدِقُه. قََالَ َ فََأَخْبِرنِى عنِ اَلإِيمانِ، قََالَ َ أََنْ تَؤمِنُ باللهِ،َ وَمَلاَئِكَتِهِ، وََكُتُبِهِ، وََرُسُلِهِ، وََالْيَوْمِ اَلآخِرِ، وَتؤمِنَ بالْقَدَرِ خَيَره وَشرِهِ. قََالَ َ صَدَقتَ. قََالَ َ فَأَخْبِرنِى عَنِ اَلإِحْسَانِ، قََالََ أََنْ تعْبدَ اللهَ كَأَناكَ ترَاهُ فَإِنْ لَم تَكُنْ تََرَاهُ فَإِنهُ يَرَاكََ Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam”. Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab ““Islam adalah bersaksi tidak ada yang berhak disembah dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan kamu menunaikan haji ke Baitullah, jika kamu mampu melakukannya”, lelaki itu berkata,”Kamu benar, “maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab “Iman adalah, kamu berIman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari Akhir, dan berIman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk”, ia berkata, “Engkau benar”. Dia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan”. Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab” Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya, kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu Hadits tersebut adalah hadits yang dikenal dengan sebutan hadits Jibril, hadits yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam, berkata Imam al-Qurthuby w 671 H dalam Fathul Bari li Ibn Hajr 125/1 هذا الحديث يصلح أن يقال له أم السنة لما تضمنه من جمل علم السنة Hadits ini layak disebut sebagai ummu sunnah, induknya sunah, itu dikarenakan kandunganya yang menghimpun ilmu sunah secara global Imam Nawawi w 676 H mengomntari hadits ini pada kitab Syarh an-Nawawi ala Shohih Muslim 160/1 واعلم أن هذا الحديث يجمع أنواعا من العلوم والمعارف والآداب واللطائف بل هوأصل الإسلام Dan ketahuiah, bahwa sesunggunya hadits ini menghimpun berbagai macam jenis ilmu, ma’rifah pengetahun, adab dan hal-hal tersirat, bahkan hadits ini merupakan pokok ajaran Islam Ibnu Daqiq w 702 H berkata dalam Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah li Ibni Daqiq al-Id hal. 29 هذاحديث عظيم قد اشتمل على جميع وظائف الأعمال الظاهرة والباطنة، وعلوم الشريعة كلها راجعة إليه ومتشعبة منه لما تضمنه من جمعه علم السنة فهو كالأم للسنة كما سميت الفاتحة أم القرآن لما تضمنته من جمعها معاني القرآن Hadits ini hadits yang agung, mencangkup seluruh fungsi dan kedudukan amal dhohir dan amal batin, semua ilmu tentang syariat Islam merujuk kepada hadits ini dan tercabang daripadanya, itu semua karena hadits ini mengandung ilmu sunah secara keseluruhan, dia seperti induknya sunah sama halnya seperti al-Fatihah yang dinamai induk al-Qur’an, karena kandungannya yang berisi makna-makna al-Qur’an secara keseluruhan Cukuplah persaksian dan penjelasan ulama-ulama besar yang mengatakan keagungan hadits Jibril ini dan bahwasannya hadits ini memuat ajaran Islam secara menyeluruh atau paling tidak hadits ini sebagai dasar dari semua ajaran Islam yang bercabang-cabang Di akhir hadits Jibril, Nabi menjelaskan kepada Umar dan sahabat lainnya bahwa yang datang ke majelis beliau adalah malaikat Jibril, dia datang untuk mengajarkan agama Islam kepada para Sahabat فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَكُمْ يُعَلِمُكُمْ دِيْنَكُمْ Dia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian Bayangkanlah suatu majelis yang mana pengajarnya adalah Rasulullah dan malaikat Jibril dan pendengarnya adalah para sahabat, sungguh indah dan luar biasa. Mengapa Rasulullah mengatakan bahwa kedatangan malaikat Jibril adalah untuk mengajarkan agama Islam? Itu karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah menghimpun dasar-dasar dan jenis-jenis ilmu yang ada dalam Islam, Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan dalam Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal. 97 هو حديث عظيم جدا، يشتمل على شرح الدين كله، ولهذا قال النبي صلى الله عليه وسلم في آخره “هذاجبريل أتاكم يعلمكم دينكم” بعد أن شرح درجة الإسلام، ودرجة الإيمان، ودرجة الإحسان، فجعل ذلك كله دينا ini adalah hadits yang sangat agung, mencangkup semua penjelasan agama, oleh sebab itu Rasulullah bersabda pada akhir hadits tersebut “Dia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian” setelah menjelasakan kedudukan Islam, kedudukan Iman dan kedudukan Ihsan, yang mana itu semua dijadikan sebagai agama Ibnu Rajab kemudian melanjutkan penjelasannya, bahwa yang dimaksud Islam dalam pertanyaan malaikat Jibril adalah setiap amal anggota tubuh yang dohir tampak baik itu berupa perbuatan atau ucapan. Intinya semua kewajiban berupa amalan dohir yang dibebankan kepada manusia adalah apa yang dimaksud Islam dalam hadits Jibril. Di antara dalil yang menguatkan penjelasan Ibnu Rajab ini adalah sabda Nabi المسلم مَن سلم المسلمون مِن لسانه وَيده Seorang muslim adalah ketika kaum muslim selamat dari gangguan lisan dan tangannya Lihatlah, ketika sesorang mampu menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain maka dia disebut muslim, keIslaman seseorang dikaitkan dengan amal perbuatannya. Agar semua amal perbuatan kita diterima Allah dan menjadi sebab masuk ke dalam jannah, maka dua syarat yang harus dipenuhi, pertama harus diniatkah lillahi ta’ala dan yang kedua harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang sudah digariskan syari’at. Untuk megetahui aturan dan hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan munusia yang bersifat dhohir tentu sangat sulit, namun alhamdulillah, ulama terdahulu yang cerdas, yang bertaqwa dan yang ikhlas telah berjuang mencurahkan seluruh waktu, harta dan kemampuannya untuk menyusun sebuah ilmu yang dapat memberi kemudahan bagi kita, orang awam, untuk bisa mempelajari mana yang halal mana yang haram, mana yang boleh dikerjakan mana yang tidak boleh dan sebagainya. Ilmu tersebut adalah ilmu Fiqih. Sebenarnya fiqih sebagai suatu makna tertentu sudah ada sejak dahulu, namun fiqih sebagai suatu disiplin ilmu adalah hal baru hasil kerja keras para ulama. Itu terbukti dari berbedanya definisi fiqih sebagai sebuah kata dalam bahasa Arab dengan definisi fiqih dalam arti sebuah ilmu. Definisi fiqih secara bahasa adalah paham, sebagaImana do’a Nabi Muhammad kepada Ibnu abbas اللهم علمه الدين وفقهه في التأويل Ya Allah ajarkanlah dia agama dan pahamkan dia takwil-takwilnya. Muttafaq alaih Sedangkan definisi fiqih secara istilah menurut Tajudin as-Subki dalam kitab jam’u al-jawami’ adalah العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية Ilmu yang membahas tentang hukum syariat atas perbuatan-perbuatan dhohir, yang digali dari dalil-dalil secara terperinci Itulah di antara khidmah para ulama dalam mengaplikasikan makna Islam dalam hadits Jibril dalam kehidupan nyata di Dunia ini. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk berterima kasih dan menghormati jasa-jasa mereka. Sedangkan di antara upaya kita agar mampu membumikan makna Islam dalam diri kita dengan benar adalah dengan belajar ilmu fiqih. Kemudian Iman ditafsirkan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan hati atau amal batin berupa I’tiqod dan keyakinan kita tentang rukun Iman yang enam. Agar keyakinan kita benar, para ulama telah bersusah payah memilah, memilih dan merumuskan semua petunjuk yang mengarahkan kita kepada Iman yang benar, maka lahirlah apa yang disebut ilmu tauhid atau ilmu akidah. Begitu juga Ihsan, para ulama di antaranya Ibnu Rajab menjelaskan tentang maksud dari Ihsan ini, beliau berkata الإحسان هو أن يعبد المؤمن ربه في الدنيا على وجه الحضور والمراقبة،كأنه يراه بقلبه وينظر إليه في حال عبادته Ihsan adalah ketika seorang mu’min beribadah kepada Tuhannya di Dunia ini dengan merasakan kehadiran dan pengawasanNya, seolah-olah dia melihat Allah dengan hatinya pada saat dia beribadah Imam an-Nawawi w 676 H mengatakan فمقصود العبادة الكلام الحث على الإخلاص في العبادة ومراقبة العبد ربه تبارك وتعالى في إتمام الخشوع والخضوع Yang dimaksud dengan ucapan Nabi tentang Ihsan adalah anjuran agar senantiasa ikhlas dalam beribadah serta merasakan pengawasan Allah جل جلاله untuk menyempurnakan kekhusyu’an dan ketundukan sepenuhnya kepada Allah Apabila seseorang telah mampu mencapai keadaan seperti ini, maka bukan tidak mungkin Allah menyingkap sebagiam rahasia atau hakikat yang orang lain tidak tahu. Seperti yang disebutkan dalam hadits mursal dalam Jami’ al-Ulum wa al-Hikam li Ibni Rajab أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له كيف أَصبحت ياحارثة؟ قال أصبحت مؤمنا حقا، قَال انظر ما تقول، فان لكل قول حقيقة، قال يا رسول الله، عرفت نفسي عن الدنيا فأسهرت ليلي وأظمأت نهاري، وكأني أنظر إلى عَرش ربي بارزا، وَكأني أنظر أهل الجنة في الجنة كيف يتزاورون فيها، وكأني أنظر إلى أَهل اَلناركيف يتعاوون فيها. قَال أبصرت فالزم، عبد نور الله الإيْمان في قلبه Sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya kepada Haritsah “bagaImana kabarmu pagi ini haritsah?” dia menjawab “pagi ini aku dalam kondisi mu’min hakiki” Nabi bertanya “apa maksud ucapanmu, karena setiap ucapan ada hakikatnya” dia menjawab”aku mencampakkan diriku dari dunia, aku beribadah sepanjang malam dan aku berpuasa sepanjang hari, maka aku seolah dapt melihat Arsy Tuhanku dengan jelas, dan aku seolah melihat ahli surga dalam surga bagaImana mereka saling berkunjung, dan seolah aku melihat ahli neraka dalam neraka bagaimana mereka saling menolong untuk keluar dari neraka” Nabi bersabda “kamu telah melihatnya, maka tetaplah seperti itu, seorang hamba yang telah Allah beri cahaya Iman dalam hatinya” Tersingkap atau tidaknya sebagian hakikat dan rahasia-rahasia Allah itu tidak bisa dideteksi dan dipastikan dengan akal dan panca indra, karena memang itu adalah pengalaman spiritual. Namun orang-orang sholeh nan alim yang telah mencapai derajat Ihsan tersebut menceritakan pengalaman-pengalamannya dan menjelaskan bagaimana cara agar sampai kepada derajat Ihsan tersebut. Namun satu yang pasti, bahwa para ulama yang sholeh yang telah mendapat cinta dari Allah alias menjadi waliyullah, akan mampu merasakan muroqobah pengawasan dari Allah, sehingga semua gerak-gerik tubuh dan hatinya selalu dijaga, adab dan akhlaknya akan menjadi baik dan ibadahnya akan penuh dengan kekhusyuan. Untuk mencapat derajat Ihsan ini tidaklah mudah, selain harus paham syari’at, menjaga kejernihan hati dan akhlak juga menjadi syarat yang harus dipenuhi, namun ternyata, para ulama terdahulu yang telah mencapai keadaan Ihsan ini sudah berupaya mencari, memilih, merenungi dan memahami apa saja yang bisa menghantarkan kita kepada derajat Ihsan, lalu mereka memetakan jalan-jalan menuju Ihsan ini, mereka beri rambu-rambu perjalanan, mereka beri peringatan akan apa saja yang menghalangi kita dalam menuju derajat Ihsan, inilah yang disebut ilmu tasawuf. Sebagaimana salah satu definisi yang dikatakan oleh Ma’ruf al-Karkhi dalam Awafif al-Ma’arif, hal. 62 التصوف الأخذ بالحقائق واليأس مما في أيدي الخلائق Tasawuf adalah mencari kebenaran hakiki dan berpaling dari apa yang dimiliki makhluk. Maksudnya adalah hidup dan mati dipesembahkan untuk Allah semata, serta tidak memperdulikan apapun yang ada pada diri manusia, berupa harta, jabatan atau lainnya. Masih banyak lagi definisi tentang tasawuf ini, tidak ada yang baku untuk dijadikan patokan, karena memang definisi itu sendiri lahir dari pengalaman spiritual pribadi setiap ulama yang telah mencapai derajat Ihsan, namun pada intinya, semua definisi itu menggambarkan bagaimana keadaan seseorang agar bisa mencapai derajat Ihsan. Telah kita bahas semua bahwa fiqih dan tasawuf memiliki dasar yang sama yaitu bertolak dari hadits Jibril, kemudian fungsi dari fiqih dan tasawuf juga sama, yaitu untuk berkhidmah mewujudkan kesempurnaan beragama bagi seorang muslim, fiqih untuk maqom Islam dan tasawuf untuk maqom Ihsan. Namun ada dua hal yang penting untuk dibahas mengenai hubungan antara fiqih dan tasawuf ini, yaitu Islam, Iman Dan Ihsan Bertingkat-Tingkat Hadits ini meski dalam beberapa riwayat memiliki redaksi berbeda, tetapi urutan Islam Iman dan Ihsan adalah yang paling terpilih, kerena adanya at-taroqiy kenaikan tingkat. Ibnu Hajar w 852 H berkata dalam kitabnya Fath al-Bari 117/1 ورجح هذا الطيبي لما فيه من الترقىي Dan imam at-Thibi w 743 H merojihkan urutan ini karena di dalamnya terdapat kenaikan tingkat Kenapa bisa terjadi kenaikan tingkat? Dalam Fathul bari 1/117, Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah dan Jami’ al-Ulum wa al-Hikam 1/86-87 dijabarkan hal pertama karena setiap mukmin pasti seorang muslim, namun tidak setiap muslim adalah seorang mukmin. Di antara dalilnya adalah قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّا ۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمۡ ۖ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيۡـًٔا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah kepada mereka, “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk Islam,’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. al-Hujarot14 Dan juga ada dalil dari sabda nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang diriwayatkan Sa’ad bin Abi waqosh أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أعطى رهطا وسعد جالس فترك رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا هو أعجبهم إلي فقلت يا رسول الله مالك عن فلان فوالله إنِي لأراه مؤمنا فقال َ أو مسلما Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberi sesuatu ke beberapa orang ketika itu Sa’ad bin Abi waqosh sedang duduk, namun Rasulullah tidak memberi kepada seorang diantara mereka, padahal dialah yang paling aku kagumi, maka aku bertanya “wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak memberi dia ? demi Allah aku melihat dia sebagai seorang mukmin, kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab “atau seorang muslim” Hadits ini mengisyaratkan bahwa seseorang yang tidak diberi oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم itu belum mencapai derajat mukmin sejati, akan tetapi hanya baru sampai pada derajat seorang muslim. Juga sabda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging tersebut baik, maka baiklah seluruh perbuatan tubuh. Dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatan tubuh. ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati Maksudnya adalah apabila hati seorang manusia telah diliputi Iman, secara otomatis akan memerintahkan jasad untuk mengimplementasikan keImanannya dalam kehidupan nyata, maka bergeraklah jasad mengamalkan syari’at Islam dengan totalitas. Namun ada juga orang yang dia memang melakukan amalan-amalan Islam, seperti shalat atau puasa, namun dia melakukannya asal-asalan, bolong-bolong atau malas-malasan, orang seperti tidak bisa dikatakan sebagai mukmin sejati, namun dikatakan dia adalah seorang muslim, karena dia mengamalkan syari’at Islam dan dihatinya masih ada Iman meskipun lemah. Adapun Ihsan, maka dia adalah derajat paling tinggi seorang hamba dalam agama Islam, ini dikarenakan seorang yang telah mencapai tingkat keImanan tinggi, akan tampak baginya hal-hal yang ghoib seperti nyata, tak ada lagi dalam hatinya bimbang dan keraguan, oleh sebab itulah nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyatakan bahwa Ihsan adalah “kamu beribadah kepada Allah seperti kamu melihatNya”, dan derajat Ihsan ini hanya dicapai oleh sedikit dari orang-orang mukmin. Dengan Ihsan inilah seluruh amalan lahir dan amalan batin menjadi sempurna, sebagai konsekuensi dari keyakinan dan kesadaran selalu diawasi oleh Allah جل جلاله, akan terjaga seluruh anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang buruk, akan terus hadir dalam hatinya kekhusyuan, ikhlas dan rasa takut kepada Allah, akan baik akhlak dan adabnya kepada sesama manusia dan makhluk lainnya, karena dia tahu bahwa itu semua merupakan bentuk ibadah kepada Allah, dan Allah selalu mengawasinya. Islam, Iman Dan Ihsan Tidak Bisa Terpisah, Semuanya Satu Kesatuan Yang Disebut Agama Meskipun disebut bertingkat-tingkat namun bukan berarti maknanya adalah mengerjakan satu dulu kemudian berpindah ke level berikutnya. Yang dimaksud tingkatan disini adalah tingkatan keimanan, yang tadinya lemah, mengerjakan ibadah tidak optimal, masih suka bermaksiat, sampai pada tingkat keimanan tinggi, yang mana mampu merasakan muroqobatullah. Sebagai contoh, saat orang imannya masih lemah, dia mengerjakan sholat, namun sholatnya tidak khusyu, tidak menjaga adab-adab dan sebagainya. Beda dengan orang yang sudah mencapai derajat ihsan, ketika dia sholat, hatinya khusyu, adab-adab dan sunah-sunahnya dijaga, serta sholatnya akan membentengi dia dari maksiat. Hal inilah yang sangat sulit dilakukan oleh kebanyakan kita, karena dalam prakteknya, meskipun kita mengerjakan suatu ibadah lengkap dengan semua rukun dan sunahnya, tetapi belum tentu mampu menghadirkan hati sepenuhnya untuk tunduk dan merendahkan diri di hadapan Allah, mungkin saja raga kita melaksakan sholat tetapi hati kita sibuk bersama dunia. Begitu juga dalam bermuamalah dengan manusia dan alam, mungkin kita berakhlak baik hanya ketika ada kepentingan, mungkin kita berakhlak baik hanya kepada golongan kita saja dan seterusnya. Padahal berakhlak baik adalah jenis ibadah juga, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda مَا شَيْئٌ أََثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ اَلْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خَُلُقٍ حَسَنٍ وَإِن اللهَ ليُبْغِضُ اَلْفَاحِشَ الْبَذِيْءََ Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji lagi kotor Inilah salah satu pentingnya belajar tasawuf di samping belajar fiqih. Dijelaskan oleh Imam Malik Hasiyah al-Adawi ala’ syarh al-Imam az-Zarqoni ala’ matn al-Aziyah fi al-Fiqh al-Maliki 195/3 من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق ومن جمع بينهما فقد تحقق Barangsiapa bertasawuf tanpa fiqih maka akan menjadi zindiq, barangsiapa berfiqih tanpa tasawuf maka akanmenjadi fasiq, dan barangsiapa mengamalkan keduanya maka akan mencapai hakikat Meski penisbatan ucapan ini kepada imam Malik w 179 H masih diperbincangkan, namun maknanya memang benar adanya, ketika orang bertasawuf namun tidak mempunyai pengetahuan tentang fiqih akan menjadi zindiq, dia seenaknya meninggalkan sholat karena merasa sudah dekat dengan Allah, begitu juga orang yang tau fiqih namun tidak bertasawuf, dia akan bermudah-mudahan dalam menjalankan syari’at, sholat asal-asalan yang penting sah, ah ini kan halal dalam madzhab Maliki, ah ini kan boleh dalam madzhab Hanafi dan sebagianya. Intinya Islam, Iman dan Ihsan adala satu kesatuan yang dinamakan agama Islam, semuanya berjalan bersama beriringan, barangsipa memisahkannya maka telah berkurang sebagian dari agama.
Jadisyarat untuk mendalami ilmu tasawuf (tentang ihsan) terlebih dahulu harus mengetahui ilmu fiqih (tentang Islam) dan ilmu tauhid/ushuluddin (tentang Iman). Dengan ketiga ilmu itu kita mengharapkan meningkat derajat/kualitas ketakwaan kita. Mulai sebagai Muslim menjadi mukmin dan kemudian muhsin atau yang kita ketahui sebagai implementasi
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU TAUHID, FIQIH, FILSAFAT, DAN PSIKOLOGI A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Pada Nabi saw dan khulafaur rasyidin ra., sebutan atau istilah tasawuf tidak pernah dikenal. Para pengikut Nabi saw diberi panggilan shahabat, dan pada masa berikutnya, yaitu pada masa shahabat, orang-orang yang tidak berjumpa dengan Nabi disebut tabi’in, dan seterusnya disebut tabi’it tabi’in. Istilah tasawuf baru dipakai pada pertengahan abad II Hijriah, dan pertama kali oleh Abu Hasyim al-Kufy W 250 H. dengan meletakkan ash-shufi di belakang namanya, meskipun sebelum itu telah ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, wara’, tawakkal, dan dalam Tasawuf merupakan suatu sistem latihan dengan kesungguhan riyadhahmujahadah untuk membersihkan, mempertinggi, dan memperdalam kerohanian dalam rangka mendekatkan taqarrub kepada Allah, sehingga dengan itu maka segala konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya. Tasawuf merupakan bagian dari ajaran Islam, karena ia membina akhlak manusia sebagaimana Islam juga diturunkan dalam rangka membina akhlak umat manusia di atas bumi ini, agar tercapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup lahir dan batin, dunia dan akherat. Oleh karena itu siapapun boleh menyandang predikat mutasawwif sepanjang berbudi pekerti tinggi, sanggup menderita lapar dan dahaga, bila memperoleh rizki tidak lekat di dalam hatinya, dan begitu seterusnya, yang pada pokok-pokoknya sifat-sifat mulia dan terhindar dari sifat-sifat tercela. Hal inilah yang dikehendaki dalam tasawuf yang sebenarnya. Di dalam peradaban Islam, selain tasawuf terdapat tiga disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian agama; tauhid, fiqh, dan falsafah. Jika ilmu tasawuf membidangi segi penghayatan dan pengamalan keagamaan yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan 1 Nicholson, Fi al-Tasawuf al-Islam wa Tarikhuh, terj. Abu al-Ala Afifi Kairo Lajnah al-Ta’lif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr, 1969, hlm. 112. 1 orientasinya sangat esoteristik, mengenai hal-hal batiniah, maka ilmu tauhid, dalam pembahasannya biasa diarahkan kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai derivasinya, Sedangkan Ilmu Fiqih biasanya membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan orientasinya pun sangat eksoteristik, mengenai hal-hal lahiriah. Adapun Ilmu Falsafah membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-luasnya. Maka dalam hal ini ilmu tasawuf tentunya mempunyai hubunganhubungan yang terkait dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan konstribusi ilmu tasawuf terhadap ilmu-ilmu tersebut dan begitu sebaliknya bagaimana konstribusi ilmu keislaman yang lain terhadap ilmu tasawuf. Bahkan diera sekarang ini tasawuf sering dihubung-hubungkan dengan psikologi, yang mana psikologi merupakan disiplin ilmu yang membahas tentang gejala-gejala dan aktifitas kejiwaan manusia. Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan berusaha menjelaskan hubungan tasawuf dengan keempat disiplin keilmuan lainnya; tauhid, fiqih, filsafat, dan psikologi. 2. Rumusan Masalah Dengan melihat uraian di atas, maka studi ini berusaha untuk menfokuskan perhatian pada beberapa hal berikut a. Bagaimana hubungan tasawuf dengan ilmu tauhid? b. Bagaimana hubungan tasawuf dengan ilmu fiqih? c. Bagaimana hubungan tasawuf dengan ilmu filsafat? d. Bagaimana hubungan tasawuf dengan ilmu jiwa psikologi? 3. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka studi ini bertujuan untuk a. Mengetahui hubungan tasawuf dengan ilmu tauhid b. Mengetahui hubungan tasawuf dengan ilmu fiqih c. Mengetahui hubungan tasawuf dengan ilmu filsafat d. Dan mengetahui hubungan tasawuf dengan ilmu jiwa psikologi B. Hubungan Tasawuf dengan Tauhid, Fiqih, Filsafat, dan Psikologi 1. Konsep Dasar Tasawuf a Pengertian Tasawuf Secara lughat, “tasawuf” berasal dari bermacam-macam kata. Menurut Hamka sebagaimana dikutip oleh M. Solihin dalam buku Akhlak Tasawuf, tasawuf berasal dari berbagai kata seperti shifa berarti 2 suci bersih, shuf berarti “bulu binatang”, dan shufah yang berarti “golongan sahabat Nabi yang memisahkan diri di suatu tempat terpencil di samping masjid Nabi”. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata shufanah yang berarti “sebangsa kayu mersik yang tumbuh di padang pasir tanah Arab”, atau juga kata shaf yang berarti “barisan jamaah ketika menunaikan shalat bersama-sama”. Kesemua pengertian tadi tampaknya mempunyai arti yang dekat kepada tasawuf. Apabil kita perhatikan dari bahasa Arab, maka kata tasawuf berasal dari tasrif tasawwaf-yatasawwafu-tasawwufan. Misalnya, tasawwafarrajulu, artinya “seorang laki-laki sedang bertasawuf”.2 Dilihat dari aspek bahasa, tasawuf adalah sikap mental yang selalu berusaha memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana. Sikap dan jiwa yang demikian itu pada hakikatnya merupakan akhlak yang mulia. Dari sekian banyak defenisi yang ditampilkan oleh para ahli tentang tasawuf, Asmaran dalam buku Pengantar Studi Tasawuf mencoba untuk memaparkan beberapa pengertian yang berasal dari para pemikir dan cendekiawan muslim3 1 Ma’ruf al-Karkhi mengatakan, tasawuf ialah mengambil hakikat dan putus atas terhadap apa yang ada di tangan makhluk. Maka siapa yang tidak benar-benar fakir, dia tidak benar-benar bertasawuf. 2 Abu al-Husain al-Nuri mengatakan, tasawuf bukanlah wawasan atau ilmu, tetapi akhlak. Karena seandainya wawasan, maka ia dapat dicapai hanya dengan kesungguhan; dan seandainya ilmu ia akan dapat dicapai dengan belajar. Akan tetapi tasawuf hanya dapat dicapai dengan berakhlak dengan akhlak Allah. Dan engkau tidak mampu menerima akhlak ke-Tuhanan hanya dengan wawasan dan ilmu. 2 M. Solihin dan Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf Manusia, Etika, dan Makna Hidup Bandung Penerbit Nuansa, 2005, cet. 1, hlm. 150. 3 Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf Jakarta Raja Grafindo Pustaka, 2002 , hlm. 5253. 3 3 Abu Muhammad Ruwain mengatakan, tasawuf ialah membiarkan diri dengan Allah menurut kehendak-Nya. 4 Muhammad Ali al-Qassab memberi ulasan, tasawuf ialah akhlak yang mulia timbul pada masa yang mulia dari seseorang yang mulia di tengah-tengah kaumnya yang mulia. 5 Al-Junaedi menyimpulkan, tasawuf ialah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal instink kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu hakikat, memakai barang terpenting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat kepada semua umat manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari’ah. Melihat beberapa definisi di atas, dapatlah dipahami bahwa “tasawuf adalah takwa” dengan segala tingkatannya, baik yang berbentuk kasat mata al-Hissiyah ataupun maknawi. Takwa adalah akidah sekaligus akhlak, takwa adalah menyerahkan seluruh sikap penghambaan dan penyembahan hanya kepada Allah Swt., dan bergaul dengan manusia dengan dasar akhlak yang terpuji. b Orientasi ajaran Tasawuf Tasawuf merupakan pengejawantahan lebih lanjut dari ajaran ihsan, salah satu dari tiga serangkai ajaran agama, yaitu islam, iman dan ihsan. Jadi, apa yang diajarkan oleh tasawuf adalah tidak lain bagaimana menyembah Tuhan dalam suatu kesadaran penuh bahwa kita berada di dekat-Nya sehingga kita melihat-Nya atau bahwa Ia senantiasa mengawasi kita dan kita senantiasa berdiri di Dalam hubungan ini Harun Nasution mengatakan, Tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan. Sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Intisari dari tasawuf ialah kesadaran akan 4 Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, hlm. 66. 4 adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dan Tuhan dengan mengasingkan diri dan c Isi Pokok Ajaran Tasawuf Ada tiga macam ajaran tasawuf, yaitu6 Tasawuf Akhlaqi tasawuf akhlak adalah laku tasawuf yang dihiasi dengan akhlak yang baik, sehat dan terpuji. Di sini, seorang pelaku tasawuf menghindari watak yang tidak sehat seperti riya’ pamer, sum’ah ingin didengar, ujub membanggakan diri, sombong, egois, dan sebagainya. Setelah menyingkirkan watak yang tidak sehat, seseorang lalu menghiasi diri dengan takwa dan ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Pelaku tasawuf akhlaqi selalu bersikap adil dan menjauhi sikap pendusta dan zalim. Dia merasa selalu disaksikan oleh Yang Maha Mengetahui. Tasawuf Amali tasawuf amal. Ada beberapa istilah yang perlu diketahui yang terdapat dalam ajaran tasawuf amali. Pertama adalah Murid yang terdiri atas; Mubtadi’ seseorang yang baru mempelajari syariat, Mutawassith seseorang yang sudah mengetahui pengetahuan yang cukup tentang syariat Islam, dan Muntahi seseorang yang ilmu syariatnya telah matang. Selain itu, dia telah menjalani tharikat dan mendalami ilmu batiniah sehingga jiwanya bersih dan tidak melakukan maksiat. Tampak disini, syariat Islam berperan bagi orang-orang yang ingin memasuki lapangan tasawuf. Untuk itu, melaksanakan syariat Islam merupakan kriteria utama bagi seorang murid. Istilah kedua yang perlu diketahui dalam tasawuf amali adalah Syaikh, yaitu seorang pemimpin kelompok keruhanian. Syaikh adalah pengawas para murid dalam segala kehidupan. Syaikh ini disebut juga dengan Mursyid. Seorang murid harus 5 Harun Nasution, Filsafat & Mistisme dalam Islam Jakarta Bulan Bintang, 1973, hlm. 6 M. Solihin dan M. Rosyid Anawar, Akhlak Tasawuf Manusia, Etika, dan Makna Hidup, 56. hlm. 164. 5 tunduk, setia, dan rela dengan perlakuan apa saja yang ia terima dari syaikh-nya. Tasawuf Falsafi, adalah laku tasawuf yang menggunakan terminologi filsafat dalam pengungkapan ajarannya. Berdasarkan tasawuf falsafi, maka konsepsi Tuhan merupakan perkembangan lebih lanjut dari pemikiran para ahli kalam teolog dan filosof. Secara garis besar, tasawuf falsafi memiliki tiga konsepsi tentang Tuhan yang berakar dari Al-Qur’an dan hadis. Berikut penulis akan menguraikannya satu persatu. Pertama, konsepsi etika yang dipelopori dan berkembang di kalangan zuhud sebagai bibit permulaan timbulnya tasawuf. Dzat Tuhan dianggap sebagai kekuasaan, daya, dan iradat yang mutlak. Tuhan adalah pencipta yang tertinggi dari segala sesuatu, termasuk tingkah laku manusia. Kedua, konsepsi etika, yaitu tentang Tuhan dalam estetika. Tasawuf bersumber dari anggapan bahwa Tuhan dan manusia berkomunikasi timbal balik. Rasa cinta yang luar biasa kepada Tuhan adalah karakteristik konsepsi estetika ini yang pertama kali dimunculkan oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Jika seorang sufi menyembah Tuhan, maka sebenarnya dia ingin mendapat sambutan cinta dari-Nya. Ketiga, konsepsi kesatuan wujud, yaitu bahwa dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ketuhanan, karena dia merupakan pancaran dari Nur Ilahi. Oleh karena itu, jiwa manusia selalu berusaha kembali bersatu dengan sumber asalnya. Jadi alam semesta dan berbagai fenomena di dunia ini hanyalah bayangan dari realita sesungguhnya, yaitu Tuhan. Satu-satunya wujud yang hakiki adalah wujud Tuhan yang menjadi dasar bagi adanya segala sesuatu. 2. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Tauhid a Pengertian Ilmu Tauhid Menurut Syeh M. Abduh, ilmu tauhid ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada- 6 Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rasul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama. Allah SWT berfirman هفاَمعلهمم أهناها هل إإلههه إإال ا اا “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan Yang Haq melainkan Allah.” Muhammad 19 Seandainya ada orang yang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikategorikan bukan muslim dan digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir. Ilmu Tauhid juga disebut; Ilmu Aqa’id Aqdun artinya tali atau pengikat. Aqa’id adalah bentuk jama’ dari Aqdun. Disebut Aqa’id, karena di dalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya. Ilmu Kalam Kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini banyak membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah alasan yang lebih banyak dari ilmu lain. Ilmu Ushuluddin Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut Ilmu Ushuluddin, karena di dalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama, sedang ilmu yang lainnya disebut furu’al-Din cabang-cabang agama, yang harus berpijak di atas ushuluddin. 7 M. Hanafi, Pengantar Teologi Islam Jakarta PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003, hlm. 2. 7 Ilmu Ma’rifat Ma’rifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu ma’rifat, karena di dalamnya mengandung bimbingan dan arahan kepada umat manusia untuk mengenal Khaliqnya. 8 Berdasarkan penjelasan di atas, maka bisa dipahami bahwa Ilmu Tauhid adalah ilmu tentang ketuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalanpersoalan gaib. b Bidang Pembahasan Ilmu Tauhid Tauhid mempunyai beberapa bidang pembahasan, diantaranya ada 6 yaitu Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah hanya untuk-Nya tanpa sekutu apapun bentuknya. Iman kepada rasul-rasul Allah para pembawa petunjuk Ilahi, mengetahui sifat-sifat yang wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur dan amanah, mengetahui sifat-sifat yang mustahil ada pada mereka seperti dusta dan khianat, mengetahui mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan mereka, khususnya mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad saw. Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah manusia yang panjang. Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan hubungan mereka dengan manusia di dunia dan akhirat. Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai balasan bagi orang-orang mukmin surga maupun orang-orang kafir neraka. Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya semua yang ada di alam semesta ini. Dari penjelasan di atas, maka bisa dipahami bahwa ilmu tauhid mengandung ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui rasul-rasulNya kepada masyarakat manusia, dan penjelasan para pemuka atau pakar agama yang membentuk ajaran agama. Ajaran dasar agama 8 Zakaria, A, Pokok-pokok Ilmu Tauhid. Garut IBN AZKA Press, 2008, hlm. 11. 8 bersifat absolut, sedangkan penjelasan ahli agama bersifat relatif, nisbi, bisa berubah dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman. c Hubungan dengan Tasawuf Dalam kaitannya dengan ilmu tauhid, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman ketuhanan. Penghayatan yang mendalam melalui hati terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan ilmu kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional dan muatan naqliah. Jika tidak diimbangi oleh kesadaran rohaniah ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialektika keislaman belaka yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qalbiyah hati.9 Tasawuf Islam tidak akan ada kalau tidak ada tauhid, tegasnya tiada guna pembersihan hati kalau tidak beriman. Tasawuf Islam yang sebenarnya adalah hasil dari aqidah yang murni dan kuat yang sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-nya. Perlu diingat bahwa lapangan tasawuf itu adalah Beberapa hal yang dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu kalam menurut Tiswani dalam bukunya Buku Daras Akhlak Tasawuf 1 Dilihat dari materi, ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah sedangkan ilmu tasawuf dapat menyentuh rasa rohaniah seorang hamba. 9 Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf Pustaka Setia Bandung, 2007, hlm. 88. Yunasril Ali, Pengantar Ilmu Tasawuf Jakarta Pedoman ilmu jaya,1987, hlm. 35-36. 10 9 2 Dalam ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara itu pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya untuk menyelamatkan diri dari kemunafikan. 3 Selain itu, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan 3. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Fiqih a Pengertian Ilmu Fiqih Kata fiqih فقهsecara bahasa memiliki dua makna. Makna pertama adalah al-Fahmu al-Mujarrad, yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti Makna yang kedua adalah alFahmu al-Daqiq, yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmuilmu agama sering disebut sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Al Imam Abu Hanifah mempunyai definisi yang unik tentang fiqih, yaitu Mengenal jiwa manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya. 14 Sebenarnya definisi ini masih terlalu umum, bahkan masih juga mencakup wilayah akidah dan keimanan bahkan juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga 11 12 13 Tiswani, Akhlak Tasawuf Bina Pratama Jakarta,2007, hlm. 95-96. Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, madah fiqih Al Mishbah Al Munir Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar Razi, Mukhtar Ash Shihah, jilid 1, hlm. 213. 14 Ubaidillah bin Mas’ud Al Mahbubi Al Bukhari Al Hanafi, At Taudhih ala At Tanqih, jilid 1, hlm. 10. 10 fiqih yang dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al Fiqh al Akbar. Adapun definisi yang lebih mencakup ruang lingkup istilah fiqih yang dikenal para ulama adalah15 اللععلِم با لحأكا م الشرعية العملِية المكتسب من أدلتها التفصيلِية "Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah perbuatan nyata yang diambil dari dalil-dalil secara rinci." Dalam artian ilmu fiqih adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang berhubungan dengan segala amaliah mukallaf baik yang wajib, sunah, mubah, makruh atau haram yang digali dari dalil-dalil yang jelas tafshili. Produk ilmu fiqih adalah “fiqih”. Sedangkan kaidah-kaidah istinbath mengeluarkan hukum dari sumbernya dipelajari dalam ilmu “Ushul Fiqih”. b Bidang Pembahasan Ilmu Fiqih Ilmu Fiqh merupakan kumpulan aturan yang meliputi segala sesuatu, memberi ketentuan hukum terhadap semua perbuatan manusia, baik dalam urusan pribadinya sendiri maupun dalam hubungannya dengan manusia lain dan dalam hubungannya dengan umat yang lain. Pembahasan Ilmu Fiqh pada dasarnya dibagi menjadi dua bidang, yaitu bidang Ibadah dan bidang Mu’amalah. Bidang mu’amalah ini bisa disebut juga bidang adat al-adat yaitu aturan-aturan yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan manusia sebagai perorangan maupun sebagai golongan, atau dengan perkataan lain, aturan-aturan untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan Apabila pembidangan itu hanya dua, maka pengertian mu’amalah disini adalah mu’amalah dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk bidang–bidang hukum keluarga, pidana, perdata, acara, hukum internasional dan lain sebagainya. Sebab, ada pula pengertian 15 16 Adz Dzarkasyi, Al Bahrul Muhith, jilid 1, A. Hanafi Pengantar dan Sejarah Hukum Islam Jakarta Bulan Bintang, 1970, hlm. 32. 11 mu’amalah dalam arti yang sempit, yaitu hanya menyangkut hukum perdata Berdasarkan penjelasan di atas, bisa diambil sebuah pemahaman bahwa pembidangan ilmu fiqh menjadi dua bagian besar, yaitu Bidang Fiqh Ibadah Mahdhah adalah aturan yang mengatur hubungan muslim dengan Allah SWT. dan bidang Fiqh Mu’amalah dalam arti yang luas, yakni interaksi keseharian seorang muslim dalam bermasyarakat. c Hubungan dengan Tasawuf Sebagaimana yang kita ketahui, pembahasan kitab-kitab fiqih selalu dimulai dari thaharah tata cara bersuci, lalu berlanjut pada persoalan-persoalan kefiqihan lainnya. Namun, pembahasan ilmu fiqih tentang thaharah dan lainnya tidak secara langsung terkait dengan pembicaraan nilai-nilai ruhaniahnya. Padahal, thaharah akan terasa lebih bermakna jika disertai pemahaman ruhaniah. Untuk memberikan pemahaman keruhaniahan dalam fiqih, ilmu tasawuf tampaknya merupakan pilihan yang paling tepat. Karena di dalam tasawuf terdapat pembahasan yang mayoritas bersifat batiniyah. Sehingga tasawuf dapat memberikan corak batiniyah terhadap fiqih. Corak batin yang dimaksud, seperti ikhlas dan khusyu’ berikut jalannya masing-masing. Bahkan ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih. Alasannya, pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan Ma’rifat secara rasa al-Ma’rifat al-Dzauqiyah terhadap Allah melahirkan pelaksanaan terhadap hukum-hukum-Nya secara sempurna. Dari sinilah dapat diketahui kelirunya pendapat yang menuduh perjalanan menuju Allah dalam tasawuf sebagai tindakan melepaskan diri dari hukum-hukum Allah. Hal ini sangat menegaskan bahwa Ilmu Tasawuf dan Ilmu Fiqih adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap orang harus menempuh keduanya, dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan 17 18 Syahru Anwar, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh Bogor Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 60. Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 90. 12 terhadap kedua disiplin ilmu sangat beragam sesuai dengan kadar kualitas ilmunya. Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu fiqih, yang terkesan sangat formalistic-lahiriah, menjadi sangat kering atau kaku dan tidak mempunyai makna bagi penghambaan seseorang jika tidak diisi dengan muatan kesadaran rohaniah yang dimiliki oleh tasawuf. Begitu juga sebaliknya, tasawuf akan terhindar dari sikap-sikap merasa suci sehingga tidak perlu lagi memperhatikan kesucian lahir yang diatur dalam Keterkaitan antara Ilmu Fiqih dengan Ilmu Tasawuf 1 Ilmu Tasawuf mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih. 2 Ilmu Fiqih merupakan jembatan yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf. 3 Tasawuf dan Fiqih merupakan dua disiplin ilmu yang saling 4. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Filsafat a Pengertian Ilmu Filsafat Filsafat adalah kata majmuk yang berasal dari bahasa yunani philosophia dan philoshopos. Philo, berarti cinta loving, sedangkan Sophia atau sophos, berarti pengetahuan atau kebijaksanaan wisdom.21 Jadi, filsafat secara sederhana berarti cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Pengertian cinta yang dimaksudkan disini adalah dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau mendalami hal yang diinginkan. Demikian juga yang dimaksud dengan pengetahuan, yaitu mengetahui dengan mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai ke dasar segala dasar. Filsafat mempunyai banyak definisi dari para pemikir atau filosof. Antara lain 1 Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada. 19 Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf , hlm. 91-92. Tiswani, Akhlak Tasawuf , hlm. 98-99. 21 K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani Yogyakarta Yayasan Kanisius, 1984, Cet. IV, 20 hlm. 13. 13 2 Aristoteles berpendapat bahwa filsafat merupakan metode atau cara yang digunakan untuk menyelidiki sebab dan asal suatu benda. 3 Al–Farabi menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang ada dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. 4 Immanuel Kant mendefinisikan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu 1 apakah yang dapat kita ketahui metafisika, 2 apakah yang boleh kita kerjakan etika, 3 sampai dimanakah harapan – harapan kita agama, dan 4 apakah yang dinamakan manusia antropologi. 5 Harun Nasution menyatakan pendapatnya bahwa filsafat adalah berfikir menurut tata tertib logika dan bebas tidak terikat tradisi, agama atau dogma dan dengan sedalam– dalamnya sehingga sampai ke dasar Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat ialah suatu proses berfikir rasional dalam mencari hakikat sesuatu secara sistematis, menyeluruh dan mendasar. Dikatakan menyeluruh karena berfikir berdasarkan logika yang rasional untuk memahami segala sesuatu termasuk diri sendiri yang hakikatnya mencari kebenaran yang harus dinyatakan dalam bentuk komprehensif. Dan dikatakan mendasar karena mampu memberikan penjelasan pengalaman atau kenyataan empiris sampai ke dasar–dasarnya sehingga tidak ada suatu yang tabu bagi kegiatan berfikir filsafat. b Bidang Pembahasan Filsafat Adapun objek bahasan filsafat terbagi menjadi tiga bahasan pokok 1 Ontologi al-Wujud Pembahasan ontologi mencakup hakekat segala yang ada alMaujudat. Pada umumnya bahasan “yang ada” terbagi menjadi 22 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Pengantar Filsafat IAIN Sunan Ampel press, Surabaya, 2012, hlm. 2. 14 dua bidang, yakni fisika dan metafisika. Bidang fisika mencakup tentang manusia, alam semesta, dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya, baik benda hidup maupun benda mati. Sedangkan metafisika membahas ketuhanan dan masalah imateri. 2 Epistemologi al-Ma’rifat Pembahasan epistemologi bersangkutan dengan hakikat pengetahuan dan cara bagaimana atau dengan sarana apa pengetahuan dapat diperoleh. 3 Aksiologi al-Qoyyim Pembahasan aksiologi bersangkutan dengan hakikat nilai. Dalam menentukan hakikat atau ukuran baik dan buruk dibahas dalam filsafat etika atau akhlak. Dalam menentukan hakikat atau ukuran benar dan salah dibahas dalam filsafat logika atau mantiq. Dalam menentukan hakikat atau ukuran indah dan tidaknya dibahas dalam filsafat estetika atau jamal. c Hubungan dengan Tasawuf Dalam segi praktis, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan Filsafat adalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. 24 Jadi, ilmu filsafat ditinjau dari segi praktis adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Adapun ilmu tasawuf yang berkembang di dunia Islam tidak dapat dinafikan dari sumbangan pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang jiwa. Secara jujur harus diakui bahwa terminologi jiwa dan roh itu sendiri sesungguhnya terminologi yang banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat. Kajian-kajian tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi 23 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Bandung Rosda Karya 2003, hlm. 124 Muhammad Sholikhin, Filsafat dan Metafisika dalam Islam Yogyakarta Narasi, 2008, hlm. 57 24 15 kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Menurut sebagian ahli tasawuf, jiwa adalah roh setelah bersatu dengan jasad. Penyatuan roh dan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap roh. Pengaruh-pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun Oleh karena itu, Ilmu tasawuf sangat erat kaitannya dengan ilmu filsafat. Menurut Tiswani dalam bukunya Buku Daras Akhlak Tasawuf menyatakan 1 Ilmu tasawuf dan ilmu filsafat sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran sejati atau kebenaran tertinggi. 2 Ilmu filsafat lebih menitikberatkan pada teori, sedangkan ilmu tasawuf pada aplikasi. 3 Tasawuf landasannya berpijak dan bertolak dari perasaan sedangkan filsafat landasannya berpijak pada rasio dan kepandaian menggunakan akal pikiran. 4 Filsafat turut mempengaruhi materi-materi dalam 5. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Jiwa Psikologi a Pengertian Psikologi Psikologi adalah ilmu yang sudah mulai berkembang sejak abad 17 dan 18 serta nampak pesat kemajuannya pada abad 20. Pada awalnya ilmu ini adalah bagian daripada filsafat sebagaimana pula ilmu-ilmu yang lain seperti misalnya ilmu hukum tatanegara maupun ilmu ekonomi, namun kemudian memisahkan diri dan berdiri sebagai ilmu “Psikologi“ berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang artinya jiwa, dan ”Logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi 25 Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 92. Tiswani, Akhlak Tasawuf, hlm. 97. 27 Sudarsono Ardhana, Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum Surabaya Usaha Nasional, 1963, hlm. 3. 26 16 psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. 28 Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut Chaplin psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah Menurut Rosleny Marliany, psikologi dapat diartikan ilmu jiwa. Makna ilmu jiwa bukan mempelajari jiwa dalam pengertian jiwa sebagai soul atau roh, tetapi lebih mempelajari kepada gejala-gejala yang tampak dari manusia yang ditafsirkan sebagai latar belakang kejiwaan seseorang atau spirit dari manusia sebagai mahluk yang Pengertian psikologi di atas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Dalam artian bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya. b Bidang Pembahasan Psikologi 28 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial Jakarta PT Rineka Cipta, 2007, hlm. 1. Abu Ahmadi, Psikologi Umum Semarang Rineka Cipta, 1991, hlm. 4. 30 Rosleny Marliany, Psikologi Umum Bandung CV Pustaka Setia, 2010, hlm. 13. 29 17 1 Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsur yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret kerohanian, nilai-nilai, ide-ide. Dan Objeknya yaitu 2 Objek Formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain antropologi, sosiologi, dan lain-lain. Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memprediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang, bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari c Hubungan dengan Tasawuf Pembahasan Tasawuf sangat erat kaitannya dengan pembahasan penyucian diri atau jiwa manusia. Dalam hal ini akan terlihat adanya hubungan antara jiwa dan raga manusia, dimana ketika seseorang melakukan proses penyucian jiwa melalui riyadhah, maka akan terjadi proses transformasi diri. Misalnya ketika seseorang sudah berhasil menahan diri dari sifat amarah, maka akan terpancar pada dirinya sifat penyabar. Karena orang lain akan tahu bahwa seseorang itu penyabar dari penampilan dirinya. Adanya keterkaitan antara jiwa dan raga dalam pembahasan tasawuf inilah yang menjadikan tasawuf erat hubungannya dengan psikologi yang banyak membahas tentang jiwa. Dan sekarang ini kajian tentang jiwa yang lebih ditekankan pada personality kepribadian disebut dengan Transpersonal Psikologi. Kalau dulu istilahnya kesehatan mental. Problem kepribadian mental meliputi semua unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan; yang mana semua itu akan sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi masalah. Dalam 31 32 Alex Sobur, Psikologi Umum Bandung Pustaka Setia, 2003, Alex Sobur, Psikologi Umum, hlm. 42. 18 hal inilah muncul dua kondisi manusia yaitu yang sehat mental dan yang kurang sehat mental. Orang yang sehat mental adalah orang yang mampu mengatasi persoalan-persoalan pribadinya sehingga kebahagiaan dalam hidupnya. Misalnya ketika ada masalah dia tidak mudah stres, tapi mencoba mencari solusi pemecahannya dengan cara mencari sebab-sebab permasalahannya. Orang yang sehat mentalnya tentulah tercermin dalam diri orang yang baik kepribadiannya yang sangat tercermin dalam tingkah laku atau Sebaliknya, golongan yang kurang sehat mentalnya sangatlah luas, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Dari orang yang merasa terganggu kesehatan hatinya, sampai orang yang sakit jiwa. Gejala-gejala umum yang terdapat pada mereka yang kurang sehat dapat dilihat dalam beberapa segi, misalnya dalam segi perasaan; yaitu perasaan terganggu, tidak tentram, rasa gelisah, rasa iri, rasa sedih yang tidak beralasan, dan lain Perhatian pakar ilmu jiwa kontemporer lebih banyak dicurahkan untuk membahas persoalan “kesadaran” dan “ketidak-sadaran”, dorongan-dorongan kejiwaan, kecenderungan, aktifitas kejiwaan dan akal, pikiran individu dan kelompok serta membahas berbagai teori ilmu jiwa yang berbeda-beda. Sekalipun pakar ilmu jiwa kontemporer telah banyak membicarakan persoalan yang terkait dengan kejiwaan, akan tetapi tidak pernah menyinggung permasalahan hakikat jiwa dan hakikat penyakitnya. Mereka hanya berhenti pada tingkatan fenomena lahirnya kejiwaan Sesungguhnya kaum sufi adalah orang-orang yang telah memberikan sumbangan studi kejiwaan dengan membahas tentang siratan-siratan hati dan kendala-kendala jiwa, yang dinilai oleh para sufi sebagai landasan dalam mengawali suatu perbuatan. Kaum sufi berpendapat bahwa perilaku lahiriyah manusia sebenarnya bukanlah merupakan kepribadian manusia, akan tetapi unsur yang paling utama 33 Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 94. Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf, hlm. 95. 35 Amir an-Najar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf Jakarta Pustaka Azzam, 2001, hlm. 142. 34 19 dalam kepribadiannya adalah “al-Khuluq”, yaitu perilaku batin. AlKhuluq merupakan lembaga yang solid di dalam jiwa manusia yang dapat menampilkan segala bentuk perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan proses berpikir dan Perlu diketahui, terapi jiwa sufistik ternyata bukan hanya merupakan teori semata, akan tetapi juga merupakan terapan. Para sufi telah membuat diagnosa bagaimana cara mereka memberikan pengobatan kejiwaan bagi para pasiennya. Mereka kaum sufi menjelaskan kepada pasiennya bagaimana cara untuk mencapai kesempurnaan jiwa, melalui pengembangan ruh keimanan di dalam jiwa-jiwa yang lemah serta menghimbau mereka agar menyucikan jiwa dan niatnya, memperkuat azamnya dan menyerahkan segala persoalan yang sedang dihadapi kepada Allah, mengajak mereka agar menjadi pribadi tawakal, penuh dengan kejujuran dan keikhlasan, serta makan dengan makanan yang halal. Kemudian para sufi beranjak kepada pengobatan kejiwaan yang kacau, lemah, melalui dzikir yang benar yang dapat memberikan ketenangan kepada jiwa dan Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa tasawuf dan psikologi memiliki hubungan yang erat sekali, hal ini juga dapat kita lihat dari uraian berikut 1 Ilmu tasawuf dalam pembahasannya menekankan unsur jiwa atau bathin manusia, begitu juga ilmu psikologi. 2 Ilmu psikologi membahas masalah kesehatan mental, dan hal apa saja yang membuat kerusakan pada mental sedangkan ilmu tasawuf memberikan langkah-langkah praktis agar orang senantiasa dapat memiliki mental yang sehat dan bathin yang suci. 3 Ilmu tasawuf memberikan obat bagi penyakit-penyakit mental manusia. Mental menjadi sakit bila manusia tidak tenang bathinnya dan jauh dari Allah. Ketidak-tenangan ini membuat 36 37 Amir an-Najar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, hlm. 142. Amir an-Najar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, hlm. 202 20 manusia menjadi sakit mental, dan akhirnya akan bermuara pada prilaku yang tidak normal dan selalu melanggar normanorma akhlak yang C. Kesimpulan Pada pembahasan ini dapat penulis simpulkan, bahwa sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman, tasawuf tidak dapat terlepas dari keterkaitannya dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya yakni ilmu, tauhid, fiqih, filsafat, dan bahkan psikologi. Bisa dikatakan keseluruhannya memiliki hubungan yang sangat erat. Adapun rincian hubungan tasawuf dengan keempat disiplin ilmu tersebut, diantaranya sebagai berikut Hubungan tasawuf dengan Tauhid 1 Dilihat dari materi, ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah sedangkan ilmu tasawuf dapat menyentuh rasa rohaniah seorang hamba. 2 Dalam ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara itu pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya untuk menyelamatkan diri dari kemunafikan. 3 Selain itu, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan kalam. Hubungan tasawuf dengan Fiqih 1 Ilmu tasawuf mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih. 2 Ilmu fiqih merupakan jembatan yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf. 3 Tasawuf dan fiqih merupakan dua disiplin ilmu yang saling menyempurnakan. Hubungan tasawuf dengan Filsafat 1 Ilmu tasawuf dan ilmu filsafat sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran sejati atau kebenaran tertinggi. 2 Ilmu filsafat lebih menitikberatkan pada teori, sedangkan ilmu tasawuf pada aplikasi. 38 Tiswani, Akhlak Tasawuf, hlm. 101 21 3 Tasawuf landasannya berpijak dan bertolak dari perasaan sedangkan filsafat landasannya berpijak pada rasio dan kepandaian menggunakan akal pikiran. 4 Filsafat turut mempengaruhi materi-materi dalam tasawuf. Hubungan tasawuf dengan Psikologi 1 Ilmu tasawuf dalam pembahasannya menekankan unsur jiwa atau bathin manusia, begitu juga ilmu psikologi. 2 Ilmu psikologi membahas masalah kesehatan mental, dan hal-hal apa saja yang membuat kerusakan pada mental sedangkan ilmu tasawuf memberikan langkah-langkah praktis agar orang senantiasa dapat memiliki mental yang sehat dan bathin yang suci. 3 Ilmu tasawuf memberikan obat bagi penyakit-penyakit mental manusia. Mental menjadi sakit bila manusia tidak tenang bathinnya dan jauh dari Allah. Ketidaktenangan ini membuat manusia menjadi sakit mental, dan akhirnya akan bermuara pada prilaku yang tidak normal dan selalu melanggar norma-norma akhlak yang berlaku. 22 DAFTAR PUSTAKA Adz Dzarkasyi, Al Bahrul Muhith, jilid 1 Ahmadi, Abu. 1991 Psikologi Umum. Semarang Rineka Cipta -. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta PT Rineka Cipta al-Hanif , Abu Jihaduddin Rifqi. 1990. Mempertajam Mata Hati. Bintang Pelajar ali, pengantar ilmu tasawuf. Jakarta Pedoman ilmu jaya an-Najar, Amir. 2001. Ilmu Jiwa dalam Tasawuf. Jakarta Pustaka Azzam Anwar, Rosihan. 2007. Ilmu Tasawuf. Pustaka Setia Bandung. Anwar, Syahru. 2010. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Bogor Ghalia Indonesia Ardhana, Sudarsono. 1963. Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum. Surabaya Usaha Nasional Ar Razi, Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir .Mukhtar Ash Shihah, jilid 1 As, Asmaran. 2002. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta RajaGrafindo Pustaka 23 Bertens, K. 1984. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta Yayasan Kanisius, Cet. IV Hanafi, A. 1970. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam. Jakarta Bulan Bintang. Hanafi, M. 2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta PT. Pustaka Al Husna Baru Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. Bandung CV Pustaka Setia Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, madah fiqih Al Mishbah Al Munir Nasution, Harun. 1973. Filsafat agama. Jakarta Bulan Bintang -. 1973. Filsafat & Mistisme dalam Islam Jakarta Bulan Bintang Nicholson, Fi al-Tasawuf al-Islam wa Tarikhuh, terj. Abu al-Ala Afifi, Kairo Lajnah al-Ta’lif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr, 1969. Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika dalam Islam. Yogyakarta Narasi Solihin, M. dan M. Rosyid Anawar. 2005. Akhlak Tasawuf Manusia, Etika, dan Makna Hidup. Bandung Penerbit Nuansa Sobur, Alex .2003. Psikologi Umum. Bandung Pustaka Setia Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum. Rosda Karya Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya IAIN Sunan Ampel press Tiswani. 2007. Akhlak Tasawuf. Jakarta Bina Pratama Ubaidillah bin Mas’ud Al Mahbubi Al Bukhari Al Hanafi, At Taudhih ala At Tanqih, jilid 1 Zakaria, A. 2008. Pokok-pokok Ilmu Tauhid. Garut IBN AZKA Press Zar, Sirajuddin .2010. Filsafat Islam. Jakarta Raja Group Persada 24
TitikTemu Antara Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam 1. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam Al-Ghazali lebih dikenal sebagai sufi ketimbang mutakallim karena dalam sejarahnya Al-Ghazali pernah mengkritik bangunan pemikiran filsafat dan ilmu kalam. Al-Ghazali menurut M. Amin Abdullah, tidak serta merta menolak ilmu Kalam namun ia
Ada sebagian umat Islam yang takut membicarakan tasawuf. Dalam bayangan banyak orang, Tasawuf ini adalah ilmu yang sering dikaitkan dengan kegilaan jika seseorang tidak kuat menjalaninya. Padahal tidak demikian adanya, hal ini didasarkan pada sebagai tokoh yang menjalankan hidup menjadi seorang tasawuf. Tasawuf kerap diartikan sebagai hal yang dikaitkan dengan sufisme. Sufisme sendiri cenderung lebih dikenal dengan hal-hal yang berbau anti modern dan terkesan kuno. Pemahaman semacam itu ada benarnya, sebab sufisme atau Tasawuf cenderung meninggalkan kemodernan jika itu bertentangan dengan hal yang bisa dibenarkan. Pengertian Tasawuf Tasawuf dalam kaitan kebahasaan bisa diartikan dengan serambi. Ini karena ada satu pendapat yang mengatakan istilah Tasawuf berasal dari kata Shuffah. Zaman dulu, banyak sahabat yang mondok pada Nabi. Tetapi mereka bukan tinggal di asrama, melainkan tinggal di serambi masjid. Merekalah yang disebut sebagai Ahlussuffah. Dari situ kemudian Tasawuf dikaitkan dengan kebiasaan para Ahlussuffah tersebut. Ada lagi yang berpendapat asal istilah Tasawuf dari kata Shaf yang bermakna barisan. Alasannya, ahli Tasawuf lah yang menjadi barisan paling depan dalam hal ibadah atau hal lain yang baik. Namun begitu, ada juga yang berpendapat asal istilah Tasawuf dari kata Shafa. Shafa merupakan salah satu kayu yang bisa bertahan di tengah tandus gurun pasir. Dan demikian lah perumpamaan keteguhan iman ahli Tasawuf. Dari semua pendapat muasal istilah Tasawuf, pendapat yang paling banyak dipahami justru adalah, kata Shuf atau bulu domba asal istilah Tasawuf. Alasannya, salah satu kebiasaan ahli Tasawuf zaman dahulu adalah menggunakan pakaian dari bulu domba. Pakaian itu adalah pakaian sederhana yang jauh dari mewah. Bahkan pakaian tersebut terasa kasar bila digunakan. Lantas bagaimana sebenarnya definisi istilah Tasawuf? Menurut Imam Junaid, seorang sufi dari Baghdad, Tasawuf merupakan sikap yang mau mengambil mulia serta meninggalkan hal yang rendah atau merendahkan. Pendapat lain disampaikan oleh Syeikh Ahmaz Zorruq dari Maroko, terkait definisi Tasawuf. Menurutnya, Tasawuf adalah bidang ilmu tentang perbaikan hati yang dilakukan murni karena Allah, dengan menggunakan pengetahuan tentang jalan keislaman. Pengetahuan itu pun bukan hanya terbatas pada fiqhiyyah saja, tetapi melingkupi ilmu yang berkaitan dengan amalan dan ketauhidan. Dari definisi yang sudah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada cukup banyak definisi dari ulama-ulama ahli Tasawuf yang lain. Namun, definisi yang ditulis di atas sudah cukup bisa mewakili definisi-definisi lain meski dengan susunan kata berbeda. Hekekat Tasawuf Jika diambil inti sari, Tasawuf merupakan bentuk keilmuan yang mempelajari tentang bagaimana membersihkan hati. Tentu bukan dari kotoran yang tampak oleh mata, melainkan dari kotoran-kotoran hati yang menjadi bawaan nafsu buruk. Pada akhirnya, bersih hati ini akan membawa seseorang semakin dekat dengan Pencipta. Dan hidupnya benar-benar ditujukan untuk Allah saja. Tentu saja ini bukan hal yang mudah, apalagi jika disamakan dengan membalik tangan. Sebab, kadang-kadang, setelah seseorang mempelajari ilmu Tasawuf, orang tersebut tidak cukup mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan. Kadang bukan membersihkan, namun hanya mampu mengedentisifikasi. Secara, hal ini sudah cukup baik. Sebab dengan hasil identifikasi sikap dan perbuatan, seseorang sudah memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Dia juga berkesempatan untuk menjadikan perbuatan baiknya lebih berkualitas. Berbeda dengan orang yang tidak tahu sama sekali. Orang yang tidak tahu atau tidak pernah mengidentifikasi perbuatan, akan menganggap perbuatan baiknya adalah baik. Padahal tidak semua perbuatan baik selalu baik. Apa maksud perbuatan baik tidak selalu baik? Dalam ilmu Tasawuf perbuatan baik selalu memiliki ruh. Ruh itu adalah keikhlasan. Keikhlasan sendiri adalah pemurnian amal tanpa ada sifat buruk yang menyertainya. Seringkali hal yang terlihat sebagai amal dunia adalah amal akhirat. Begitu pun sebaliknya. Hal-hal yang ada di dalam Tasawuf tidak ada satu pun yang bertentangan dengan al Quran atau pun Hadits. Tasawuf adalah jalan, sedang dua hal itu, Quran dan Hadits adalah petunjuk. Tentu saja, jalan kebaikan apapun tidak boleh lepas dari petunjuk. Di dalam al Quran, ada beberapa ayat yang biasa dikaitkan dengan sufi atau Tasawuf, Ayat-ayat tersebut adalah وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ [البقرة/115] Titik inti dari ayat tersebut adalah di mana pun atau ke arah manapun orang menghadap, maka di situlah dia bisa menghadap Allah. Tentu saja ini kaitannya dengan ketauhidan dan bagaimana seseorang memposisikan diri sebagai hamba bagi Allah. Ada lagi ayat وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ [البقرة/186] Secara inti, isi ayat tersebut adalah jarak Allah dan hamba-Nya itu dekat. Allah akan mengabulkan doa hamba yang mau berdoa. Hubungan kedekatan antara Allah dan hamba-Nya dalam ayat ini yang menjadi fokus pembahasan ilmu Tasawuf. Ada juga ayat tentang Tasawuf yang berbunyi وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ [ق/16] Ayat tersebut memberitahukan, bahwa kedekatan Allah dengan hamba-Nya bahkan lebih dekat dari urat leher. Allah juga mengetahui dengan jelas apa yang menjadi gerak hati hamba-Nya. Ayat yang lain lagi adalah فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آَتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا [الكهف/65] Ayat tersebut adalah ayat yang menceritakan tentang Nabi Musa saat mencari Nabi Khidir. Nabi Khidir lah yang disebut dalam ayat tersebut memiliki ilmu yang telah Allah ajarkan. Ilmu itu adalah ilmu yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa. Dan itu sebabnya, Allah meminta Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir. Tujuan Tasawuf Tujuan adanya tasawuf, antara lain; Pendekatan Pemurnian. Tasawuf akan mendekatkan seseorang terhadap Allah. Tasawuf juga yang akan memurnikan perbuatan-perbuatan seseorang. Dengan begitu, seluruh kebaikan yang dilakukannya hanya tertuju dan terkhusus untuk Allah saja. Akhirnya, hasil yang didapat adalah kedekatan hamba dengan tuhannya. Jika ada pendapat yang mengatakan tujuan Tasawuf adalah untuk memperbaiki akhlak dan ibadah, maka pendapat tersebut tidak salah. Sebab, Tasawuf erat kaitannya dengan akhlak dan ibadah. Baik akhlak, ibadah, atau pun Tasawuf sendiri memiliki tujuan dan hasil akhir yang sama Allah. Fungsi Tasawuf dan Contohnya Tasawuf merupakan latihan dan cara untuk membersihkan diri terutama hati. Maka di dalam Tasawuf diajarkan bagaimana menghilangkan mengenali sifat-sifat buruk yang sering menciderai perbuatan baik. Jika dalam kaca mata umum perbuatan baik adalah perbuatan baik saja, dalam Tasawuf perbuatan baik masih dipilah antara yang ikhlas dan yang tidak. Perkara membuat ikhlas tersebut adalah tugas Tasawuf. Lantas, bagaimana jelasnya fungsi dari Tasawuf? Fungsi Tasawuf adalah satu membentuk jalan agar manusia dekat dengan tuhannya. Bagaimana caranya? Dengan membahas banyak hal terkait bisikan hati dan perubahan-perubahan di dalamnya. Selain itu, ilmu Tasawuf juga akan mengupas tentang ibadah yang murni karena Allah. Seperti yang sudah ditulis di atas, ibadah atau perbuatan ada yang murni dan ada yang tidak. Seperti apa ibadah yang murni, Tasawuf yang akan membahasnya. Tasawuf juga akan mengidentifikasi sifat-sifat buruk manusia yang sering menciderai ibadah. Dalam tataran Fiqih misalnya, harta yang wajib dizakati memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu syaratnya adalah sudah haul atau sudah satu tahun. Dan bisa saja, orang yang tidak mempelajari Tasawuf akan berbuat sesuatu yang membuat syarat zakat tersebut tidak cukup. Dalam masalah ini, fiqih menghukumi tidak wajib zakat. Namun secara Tasawuf, orang yang berbuat demikian termasuk orang yang tidak berakhlak. Biasanya dalam Tasawuf, materi yang selalu dibahas adalah terkait taubat, wara’ atau menjaga diri dari hal-hal subhat, zuhud, sabar, juga ridho. Tentang ibadah-ibadah yang sifatnya sunnah juga banyak dibahas dalam ilmu-ilmu Tasawuf, bahkan ibadah sunnah yang biasanya tidak disinggung oleh Fiqih. Di sinilah asyiknya mempelajari Tasawuf. Asyik dan penting. Sebab, mendekatkan diri kepada allah tidak cukup hanya dengan beribadah sunnah ala fiqhiyyah, tetapi juga harus ditambah dengan banyak ibadah sunnah. Ibadah wajib merupakan kewajiban, tambahannya adalah ibadah sunnah. Demikianlah serangkaian bentuk penjelasan tentang pengertian tasawuf, hekekat, tujuan, fungsi, dan contohnya yang bisa kami berikan. Semoga melalui materi ini bisa memberikan wawasan dan menambah pengetahuan bagi segenap pembaca sekalian. Trimakasih,
IetU4. eqyv7bywqh.pages.dev/357eqyv7bywqh.pages.dev/291eqyv7bywqh.pages.dev/188eqyv7bywqh.pages.dev/224eqyv7bywqh.pages.dev/359eqyv7bywqh.pages.dev/176eqyv7bywqh.pages.dev/388eqyv7bywqh.pages.dev/92
pengertian ilmu tauhid ilmu fiqih dan ilmu tasawuf